05. Talk

1 0 0
                                    


"Aku tak suka dia. Tiap ada kesempatan memakai baju ketat yang sangat vulgar, memang tidak ada yang mengajarinya untuk berpakaian sopan?!"

"Tapi, bukannya dia menggunakan baju yang tertutup? Menurutku bukan masalah. Lagipula, terserah dia mau memakai baju seperti apa," jawabku.

Dia memberiku tatapan tajamnya, yang sejujurnya tidak berefek apapun. "Astaga kau ini! Kok bela-belain orang seperti itu, sih!"

"Aku tidak―"

"Oh ya, dengerin ini. Kata orang-orang dia juga egois, masa saat kerja kelompok dia hanya ikut sekali?" selanya. Memotong kalimatku dengan ejekan-ejekan lain terhadap seorang gadis di kelas sebelah yang aku lupa namanya.

"Memangnya kau pernah sekelompok dengannya?"

"Tidak, sih. Kalau misalkan aku sekelompok dengannya pasti sudah minta pindah kelompok ke guru! Sekelompok dengannya sama buruk dengan sekelompok dengan si C.

"Si C ya, sok banget! Sok jadi ketua, terus juga sok pinter! Semua-semua dia yang kerjakan jadi yang lain seperti tidak ada kerjaan,"

Atas dasar 'bodo amat' dan kebosanan, aku mulai mengaduk-aduk segelas teh manis dihadapanku sambil sesekali menjawab 'oh? Benarkah?', 'Hmm, begitu', dan lainnya.

Pikiranku membawaku ke berbagai tempat hasil imajinasi ataupun kuis pertanyaan tentang situasi yang fisiku sekarang sedang hadapi.

"Apakah sebegitu pentingnya membicarakan selera pakaian orang lain?"

"Bukankah enak jika kau tidak perlu mengerjakan apa-apa dan hanya bersantai mendapat nilai?"

"Mengapa manusia begitu merepotkan?"

Dan hari itu aku mendapat peringatan keras dari teman bicaraku untuk tidak melamun saat dia sedang bercerita.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Clair de LuneWhere stories live. Discover now