Padahal ia sudah ada janji dengan Mark untuk pergi ke beberapa toko untuk berbelanja.


"Jaem kau ini kenapa?" tanya Haechan entah sudah yang keberapa kalinya.


Xiaojun tidak ada di kamar, terakhir Haechan melihat Xiaojun sedang sarapan dengan Yuta dan Papanya.


"Haechannnn." Jaemin kembali merengek pada temannya itu.


"Katakan padaku apa yang terjadi padamu Nakamoto Jaemin, kenapa kau sangat menyebalkan hari ini." keluh Haechan.


Jaemin melepaskan pelukannya lalu menatap Haechan, bibirnya mengerucu lucu. "Jeno Chan."


"Ada apa dengan Jeno?"


"Jen Jeno mengungkapkan perasaannya padaku lal—"


"APA?" sahut Haechan terkejut.


"Ck, dengarkan aku dulu Seo Haechan." gerutu Jaemin.


Haechan memegang bahu Jaemin matanya menatap lurus ke arah mata temannya itu. "Katakan padaku Na, bagaimna Jeno melakukannya. Katakan Na." serunya penasaran.


Kini Jaemin yang memutar bola matanya malas. "Ya Jeno bilang jika ia menyukaiku, tapi Jeno hanya mengatakan itu ia tidak bertanya aku ingin menjadi kekasihnya atau tidak."


"Kenapa Jeno sangat bodoh sih." keluh Haechan.



"Ya apa-apaan." Jaemin tidak terima Jeno di katakan bodoh oleh Haechan.


Haechan mengerutkan keningnya. "Benar bukan teman kita yang satu itu sangat bodoh, ia mengungkapkan perasaannya namun tidak memintamu untuk menjadi kekasihnya itu namanya bodoh Na."


Jaemin memukul pelan paha Haechan. "Bukan seperti itu Seo Haechan, Jeno tidak memintaku untuk menjadi kekasihnya karena Jeno tidak mau memaksaku."


Haechan masih diam, ia menunggu kata yang keluar dari mulut Jaemin selanjutnya.


"Dan aku, eum a-aku tidak menyukai Jeno." Jaemin menunduk, hatinya kembali merasa bersalah.


Mata bulat Haechan melebar mulutnya sedikit terbuka. "A-apa? Kau.. Kau tidak menyukai Jeno?" tanyanya tak percaya.


Jaemin menautkan masing-masing jarinya gugup. "A-aku hanya menganggap Jeno sebagai sahabatku sama sepertimu Chan." mata Jaemin kini mulai basah. "Bagaimana Chan?"


Haechan mengusak wajahnya kasar, tidak percaya apa yang di katakan Jaemin. "Aku pikir, aku pikir kalian sudah sama-sama saling suka dilihat dari tingkah laku kalian satu sama lain tapi ternyata? Arrghh." ia mengusak rambutnya kasat.


"Aku merasa bersalah dengan Jeno." Lirih Jaemin, satu tetes air mata menuruni pipinya.


Haechan menangkup wajah temannya itu. "Jangan menangis Jaem, aku tau bagaimana Jeno dia tidak akan membencimu. Lalu setelah Jeno mengatakan itu apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Haechan lembut.


"A-aku meminta Jeno menunggu karena aku ingin mencoba, aku ingin mencoba menyukai Jeno."


Haechan menarik Jaemin ke pelukannya. "Jangan menangis, tidak apa tidak ada salahnya mencoba bukan? Asal jangan di paksakan karena jika di paksakan itu akan menyakitimu dan juga Jeno."


Jaemin hanya diam ia menyandarkan kepalanya pada bahu Haechan, memejamkan matanya ia teringat lagi bagaimana wajah Jeno saat mengungkapkan perasaannya. "Maafkan aku Jeno." lirih Jaemin.



~~


"Jaehyun."


Taeyong memasuki kamar hotel dengan beberapa belanjaan di tangannya, ia tersenyum hangat pada Jaehyun.


Jaehyun hanya tersenyum melihat Taeyong meletakkan barang yang ia beli. "Sudah selesai hm?"


Taeyong berjalan mendekati Jaehyun lalu memeluk suaminya. "Iya hehe, ini kartumu." Taeyong mengembalikan kartu milik Jaehyun.


Jaehyun meletakkan kartu tersebut di atas meja, ia menarik Taeyong hingga tubuh keduanya jatuh di atas kasur dengan Taeyong di atasnya. "Habis berapa kau belanja hm?" Jaehyun menggesekkan hidungnya pada pipi Taeyong.


Taeyong menempelkan wajahnya pada dada Jaehyun. "Tidak tahu, sepertinya lebih dari dua ratus juta Hyunie." ia mendongak lalu tersenyum manis ke arah Jaehyun.


Jaehyun hanya menghela napas, istrinya jika sudah berbelanja memang tidak akan kenal angka, asal bagus dan ia suka akan ia beli.


"Kenapa banyak sekali sayang, apa saja yang kau beli?"


Taeyong bangkit dari atas tubuh Jaehyun lalu mengambil salah satu paper bag. "Ini lihat, aku membeli iPad untuk Hyunie karena kemarin aku menghancurkan iPad Hyungie." Taeyong memberikan paper bag tersebut pada Jaehyun yang masih berbaring.


Melirik sedikit isi dari paper bag tersebut Jaehyun tertawa kecil. "Terimakasih sayang."


Taeyong kembali berbaring di sebelah Jaehyun. "Iya maafkan aku karena menghancurkan iPadmu kemarin."


Jaehyun mengecup pelipis Taeyong lembut. "Tidak apa, sekarang sudah ada gantinya bukan?"


"Huum, aku membeli tas dan sepatu model terbaru juga Hyunie dan aku membeli beberapa baju untuk Mark dan Jeno."


Jaehyun tau, sebanyak apapun Taeyong berbelanja ia tidak akan lupa untuk membelikan Jeno dan Mark.


"Iya sayang, kau lelah?"


"Sedikit."


"Mau makan siang di resto bawah atau kita pesan saja."


Taeyong mendongak menatap Jaehyun penuh. "Makan disini saja ya."


Jaehyun yang gemas mengeratkan pelukannya. "Iya iya kita pesan makanan ya."

"Hyunie terbaik." Taeyong mengecup bibir Jaehyun berulang kali.


Jaehyun balas mencium hidung Taeyong. "Jangan lupa bayaran untuk belanjaanmu itu." Jaehyun tersenyum miring.


Taeyong mengelus dada Jaehyun pelan. "Tentu saja Daddy~"



TBC




The Love of Mine (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang