[ONE] BETTER ALONE

54 27 3
                                    

"Ally! Sudah waktunya!"

Suara teriakan dari bawah tangga membuat Ally, seorang gadis muda mengernyitkan dahinya. Selimut yang menyelimutinya hingga leher ditariknya semakin menutupi kepalanya. Malas, dia tidak mempedulikan yang meneriakkan namanya.

"Ally!!!"

"Jangan sampai aku naik keatas dan menarikmu turun,  young lady!"

Suara itu semakin tidak sabar. Ally membuka selimut dengan bibir mengerucut.

"Just a second Mom!" sahutnya kemudian turun dari kasur empuknya.

Gadis itu kemudian mulai membersihkan diri dan mulai mengenakan baju membosankan pekerja kantoran. Rambut peraknya diikat kuncir kuda hanya untuk menyederhanakan penampilannya. Setelah rapi, dia segera turun dari kamarnya dan bergabung dengan keluarganya yang telah berada si meja makan.

"Morning!" sapanya lalu mencium pipi seorang wanita paruh baya yg lagi menyiapkan makanan. Lalu dia duduk di sebelah gadis yang lebih muda darinya.

"Kenapa susah sekali sih bangunin kamu tidur Al!" protes gadis muda.

"Bukan urusanmu!"

"You suck!"

"Language young lady!" tegur wanita itu melotot.

"Sorry Mom!" sahut keduanya kemudian melanjutkan sarapan.

▶The Changing Time◀

Berlari kecil, Ally menerobos kerumunan orang yang berada dijalan. Dia menyesali tidak bangun lebih pagi. Dia tidak menyangka jika bus yang dinaikinya harus mengalami kerusakan mesin. Dia tidak menyangka dia harus berlari menuju kantor yang berjarak 20 menit dari rumahnya. Dia tidak menyangka jika hari ini dia mengalami kesialan.

Damn!

Ngos-ngosan dia mengutuk karena terlambat. Terlambat satu menit!

"Allison Harvard!" suara berat seorang wanita menyapanya ketika memasuki ruang tempat dia bekerja.

Allison memalingkan wajahnya menuju suara itu. Menelan ludah, dia melihat managernya Tyra Bank berkacak pinggang.

"You're late!"

"I know Miss Bank, sorry!" sahut Allison menyesal.

"Baiklah, kali ini aku maafkan! Tapi lain kali, aku pastikan akan memotong gajimu!"

"Thank you so much!!" ucap Allison dengan mata berbinar.

"Kembali bekerja, sebelum aku berubah pikiran!" hardiknya membuat Allison segera menuju meja kerjanya.

Allison duduk di meja kerja hitam yang dipenuhi berkas dengan angka. Komputer dinyalakannya cepat dan kemudian mulai mengetik cepat. Allison Harvard adalah seorang akuntan sebuah perusahaan jasa keuangan di London. Dia sebenarnya tidak menyukai pekerjaannya. Namun apa daya, ibunya yang meminta dia untuk menjadi akuntan karena penghasilan yang lumayan. Dia berkuliah di jurusan Akutansi hanya setengah hati. Karena sebenarnya dia ingin menjadi seorang pelukis. Ibunya tidak mengerti, dia merasa pelukis tidak bisa menghasilkan uang yang layak. Apalagi sekarang Ayah Allison telah tiada. Tidak ingin mengecewakan ibunya. Allison mengikuti permintaan ibunya.

"Ally, mau makan siang bareng nanti?"

Mendadak suara flamboyan pria terdengar. Allison merasakan risih, karena tangan pria itu mulai mengusap bahunya. Menepis tangan lelaki itu Ally menatapnya dengan dingin.

"Tidak! Terima kasih!"

"Oh, ayolah!  Aku yang traktir!"

"Aku bilang tidak Mr. Filan ! Pekerjaanku masih banyak!" kilah Allison.

Mark Filan, pria tegap bertubuh atletis itu menatap mata bulat Allison kesal. Dia merupakan Manager bagian pemasaran yang memang dikenal menyukai Allison sejak gadis itu mulai bekerja. Tapi semua orang tau, jika Allison sudah sering menolaknya. Bukan karena tidak tampan, tapi karena Allison tidak menyukai sikap genitnya yang berlebihan.

"Jika kamu mau makan siang denganku, aku akan mengajakmu menemui Thomas Hiddleston!"

"Thomas Hiddleston? Pelukis terkenal itu?"

Mata Allison membulat. Dalam hati dia menjerit kencang.

Thomas Hiddleston! Benarkah?

Siapa yang tidak menjerit. Thomas Hiddleston adalah salah satu pria yanh dikaguminya sejak lama. Pelukis dan pemilik Galeri seni terbesar di London, Jotunheim selalu membuatnya terkagum. Bukan hanya karena wajahnya yang tampan. Tapi karya seninya yang luar biasa selalu membuatnya terkagum. Tiket untuk masuk galerynya adalah barang yang cukup mahal bagi dompet Allison. Tapi kini dia disodorkan tiket gratis, bagaimana dia tidak tergoda.

Tunggu dulu! Apakah benar gratis?

"Are you serious!?  This is not joke, right? " tanya Allison minya kejelasan.

"Only lunch! Aku berjanji akan mengajakmu ke galery seni miliknya!"

"Tidak ada yang lain!?"

"Tentu! I promise!"

"Oke! Hanya makan siang!"

Allison mengiyakan dengan segera. Lagipula tidak ada ruginya makan siang bersama bukan?

TBC

Hi reader bagaimana ceritanyaSemoga suka ya

Jangan lupa voment ya...



The Changing TimeWhere stories live. Discover now