[TEN] PAINT

18 6 0
                                    

Tangan Allison bergerak gelisah. Wajahnya tertunduk dengan sesekali melirik ke arah Tom. Sungguh dia takut jika dia berpakaian dengan tidak layak. Mengapa dia bisa berpikiran seperti itu? Karena Tom beberapa kali menoleh dengan senyum jenaka. Hal itu membuat Allison berpikiran aneh-aneh.

"Ada apa? Sepertinya kamu terlihat gelisah?" tanya Tom yang kini bisa melihat kegelisahan Allison.

"Tidak, hanya saja--" Allison menjeda sejenak, "kamu dari tadi melihatku sambil tertawa. Apakah aku salah kostum?" lanjut Allison membuat Tom tertawa.

"Bukan, bukan! Kamu salah paham!" seru Tom terkekeh.

"Lalu?"

Tom berdeham, "kamu terlihat sangat cantik dengan baju itu."

Wajah Allison memerah. Dipuji secara langsung oleh Tom membuat tubuhnya memanas. Dia juga seakan melayang meninggalkan pijakan bumi. Dia kini semakin salah tingkah.

"Th-Thank you..." bisik Allison malu-malu. Sungguh dia tidak bisa dipuji seperti itu.

"Nah ini dia, sudah sampai." ucap Tom kemudian ketika mereka tiba di komplek apartemen bergengsi milik Tom. Tom memarkirkan mobilnya di basement. Lalu membukakan pintu mobil untuk Allison.

Mereka lalu berjalan beriringan menuju lift untuk segera menuju apartemen sang bujangan. Ketika mereka sampai, Allison tidak bisa menahan kekagumannya begitu melihat begitu artistiknya hunian milik pelukis terkenal itu.

"Welcome to my home sweet home!" seru Tom.

Tom lalu mempersilahkan Allison untuk duduk. "Tea or?"

"Tea please... "

Tom dengan cepat menyeduh teh untuk Allison. Dia juga mengeluarkan beberapa camilan.

"Maaf jika rumahnya agak berantakan. Aku belum sempat membereskannya." ucap Tom sambil membawakan hidangan untuk Allison.

Berantakan? Allison hampir tersedak udara ketika melihat begitu rapinya keadaan apartemen milik Tom. Bahkan jika dibandingkan dengan kamarnya, apartemen Tom sudah tergolong sangat rapi.

"Tidak masalah. Kamarku bahkan lebih berantakan daripada milikmu."

Mendengar pernyataan polos Allison, Tom hanya tergelak. Untuk beberapa saat Tom terdiam hanya memandang Allison, terutama dia bola mata birunya yang sangat mempesona. Allison yang sedang meminum tehnya menjadi sangat gugup ketika lirikan matanya bertemu dengan tatapan mata Tom. Jantungnya bahkan tidak berhenti bedetak kencang.

"Tom, jangan melihatku seperti itu. Kamu membuatku gugup." ucap Allison lalu menunduk semakin gugup.

"Oh, My bad! Aku hanya terkesima dengan tatapan matamu." ungkap Tom jujur. Wajah putih Allison seketika muncul semburat merah yang makin membuat Tom terpesona.

"Gorgeous..."

Allison semakin berdebar, apalagi mendapat pujian langsung dari Tom. Pria yang selama ini hanya bisa dia impikan setiap melihat karya-karyanya di internet.

Tom lalu mengajak Allison menuju studio lukis nya. Tangan mungil Allison digenggaman Tom terasa sangat pas. Detakan jantung keduanya mendadak seirama. Seolah takdir telah menyatakan jika mereka tercipta satu sama lain. Dan kini itu yang diharapakan oleh Tom dan Allison. Berharap mereka bisa saling mengisi satu sama lain.

Allison saat masuk ke dalam studio itu langsung terkesiama. Begitu banyak lukisan indah yang belum pernah dipublikasikan oleh Tom sebelumnya. Namun ada satu hal yang membuatnya penasaran. Satu lukisan besar tertutup oleh kain putih. Allison mendekati lukisan itu, dia lalu menoleh kepada Tom yang tengah bersender di dinding dang melipat tangannya sambil menatap intens Allison.

"Penasaran?"

Allison mengangguk, Tom lalu berjalan perlahan mendekati Allison. Dia menatap Allison sejenak kemudian berbisik.

"Ini hadiahku untukmu. Sebuah lukisan terindah di dunia."

Tom membuka kain penutup lukisan itu. Allison tersentak, dia bisa melihat wajah dirinya terlukis indah dalam kanvas besar. "Me? Are you serious?"

Tom mengangguk. "Gorgeous right?"

Tom semakin dekat dengan Allison. Tangan indah Tom lalu menyentuh lembut rambut Allison. Allison seakan terhipnotis dengan mata dominan sangat pria. Dia tidak bergerak hanya bisa menatap Tom, pujaannya.

"Ally, Kau sungguh mempesona."

Detik berikutnya mereka terhanyut antara satu sama lain. Menikmati indah cinta yang mulai tumbuh tak terbendung.

▶The Changing Time◀

"Hollyshit!"

Tyra mengernyitkan dahinya ketika mendengar Mark mengumpat. "What's going on?"

"Kamu terlalu kejam, Tyra!"

"Why?"

"Rumor yang kamu sebarkan di kantor tentang Allison sungguh mengerikan!"

Tyra memamerkan deretan gigi putihnya. "Bukankah ini yang kamu inginkan? Agar image Ally rusak sehingga Tom tidak menyukainya lagi. Setelah Ally patah hati, kamu bisa masuk menajdi pahlawan dan mendapatkannya. Bukankah itu rencananya?"

"Tapi tetap saja! Mendengar orang-orang membicarakan Allison dengan kalimat jahat membuat emosiku naik. Sungguh sejujurnya aku tidak bisa menahannya lagi!"

"Sabarlah, jika kau tidak sabar. Semua rencana kita akan sia-sia! Think about it!"

Mark lalu berpikir kembali. Tidak ada sesuatu yang tanpa pengorbanan. Dia harus sabar untuk mendapatkan cinta sang gadis pujaan.

"By the way, cobalah hubungi Ally. Tanya saja kabar atau apalah. Anggap saja untuk membuka jalan mun agar bisa lebih akrab." ucap Tyra memberi usul.

Mark sejujurnya ingin melakukan apa yang diusulkan oleh Tyra sejak lama. Tapi banyak pertimbangan yang dia pikirkan. Dia tahu Allison tidak suka pada pria yang terlalu agresif. Oleh karena itu dia sedang mengurangi pendekatan brutalnya kepada gadis bermata biru terang itu.

"Ah, jangan sekarang Tyra. Ada waktunya aku mulai mendekati dia lagi dengan cara yang lebih halus."

Tyra tertawa, "makanya jangan terlalu agresif! Allison lari baru tahu rasa!"

Mark semakin sewot mendengar perkataan Tyra.  Dia kemudian bertekad, dia gak akan pernah membiarkan Allison lepas begitu  saja. 

Tbc

Gak bisa buat adegan wikwik jadi skip aja🤣🤣🤣🤣

The Changing TimeWhere stories live. Discover now