Bab 1

1.8K 21 0
                                    

I just can't love no-one, as hard, as strong, as true
Cos all the world have nothing on you

Song by Josh Daniel - Nothing On You
(Ost. The World Of The Married)

Enjoy and Happy Reading

Malam mulai larut, ketika terdengar deringan sesaat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam mulai larut, ketika terdengar deringan sesaat. Arandra melirik ke meja kecil di samping tempat tidurnya, mengambil ponselnya. Ada pesan singkat dari Luna sahabatnya dari semasa kuliah. Seperti biasa, lontaran sejuta keluh kesah.

Dihelanya nafas panjang. Di kepalanya sendiri masalah pun rasanya sudah segudang. Namun tetap ditanggapinya, walaupun sekedar basa-basi saja.

"Perkawinanku sudah di ambang batas. Aku tahu aku salah, aku menyesal. Aku ingin mencoba memperbaikinya, tapi Damian tak pernah mau memberi aku kesempatan," begitu bunyi pesannya.

"Aku telepon saja lah.., aku malas ngetik," singkat, Arandra menjawab. Ia sendiri sedang sibuk mempersiapkan draft replik perceraiannya dengan Elvan. Ya, ia memang tidak memakai pengacara untuk mengurus masalahnya ini. Percuma membuang-buang uang untuk sesuatu yang telah telanjur menjadi ampas dan sama sekali tak ada gunanya. Lagipula sebagai pengacara handal, hal seperti ini adalah hal mudah baginya. Namun tetap saja, tidak pernah terlintas sedikitpun jika pada akhirnya ia harus mengurus perceraiannya sendiri. Mengapa hidupnya menjadi sangat pelik dan rumit. Dan jika semakin lama dipikirkan, entah mengapa lika-liku ini terasa sangat lucu.

Belum lagi urusan sahabatnya ini, yang sepertinya hidupnya hanya diisi dengan mengeluh saja, dan ia yang selalu menjadi penampungan. Seakan-akan tidak ada satu kesenanganpun yang pernah diberikan Tuhan untuknya dan dunia ini hanya penuh dengan problemanya saja.

Tak lama kemudian, meluncurlah kata-kata panjang tanpa titik koma dari suara di seberang. Suara Aluna. Arandra hanya bisa menyimak sepintas, mengambil intinya. Kepalanya sudah terlalu penuh untuk menyimpan berbagai masalah. Jangankan untuk orang lain, untuk dirinya sendiri saja sebagian keluh kesah kepahitan hidupnya sudah dibuangnya ke tong sampah. Tak ingin diingat lagi atau diucap.

Diiringi isak tangis, Luna mengutarakan apa yang diinginkan darinya. "Dra, tolong aku ya. Coba bicara dengan Damian , agar dia bisa menerima aku kembali. Posisimu kan sama dengannya, teraniaya. Mungkin dia bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi denganmu, sehingga dia mau kembali padaku demi anak," pinta Luna memelas.

Arandra menghela nafas panjang. Disingkirkannya sejenak batu besar yang serasa menindih benaknya, berusaha berempati. "Ok, kapan aku harus menemuinya..?" tanyanya.

"Besok malam. Aku kasih kamu nomor ponselnya. Tolong hubungi dia secepatnya. Aku percayakan urusan ini padamu," pasrah suara Luna terdengar.

Maaf, Ku Pinjam Suamimu SemalamWhere stories live. Discover now