19. Sang Predator?✔

Start bij het begin
                                    

Diantara riuh penonton, seorang gadis dengan pakaian serba hitam berdiri bersandar di sebelah trimbun. Matanya sedari tadi mengawasi seseorang yang tengah berdiri menatap sang lawan di atas ring.

Gadis yang diawasinya itu kini maju berhadapan dengan lawannya yang merupakan jagoan sang tuan rumah. Terlihat sang wasit mengatakan beberapa peraturan pada keduanya. Sebelum bunyi dentingan tanda pertandingan dimulai.

Dua orang di atas sana terus beradu, mencari celah untuk saling menjatuhkan lawannya.

Waktu terus berjalan, belum ada tanda-tanda kemenangan diantara keduanya. Hingga menjelang menit-menit terakhir, salah satu gadis yang memakai pakaian sport berwarna abu-abu melayangkan tinjunya kebelakang lengan gadis lainnya. Hingga membuat gadis berpakaian serba hitam itu terkecoh. Ia yang ingin menepis tangan lawannya justru malah membuka kesempatan sang lawan untuk menyentuh titik vitalnya.

Yeah, dengan gerakan cepat gadis itu menyerang bagian vitalnya (area diantara rahang dan lehernya). Ia terus menghujamnya dengan tinjunya hingga lawannya terjatuh. Melihat itu, wasit segera memisahkan keduanya. Dan mulai menghitung. Bersamaan dengan suara dentingan tanda berakhirnya petarungan.

Gadis itu berdiri tegak di tempatnya. Tak ada raut senang pada wajahnya. Matanya untuk sesaat melihat pada lawannya yang mulai bangkit dengan sebelah tangannya memegang bawah rahangnya. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi lain selain datar. Walau beberapa saat lalu, tampak ada sedikit emosi yang ia tunjukkan ketika memukul lawannya tadi.

”Dan pemenang kita malam ini, Argina Khaislova! Indonesia!“ seru sang pembawa acara dalam bahasa korea, bersamaan dengan  diangkatnya tangan salah satu gadis di sana oleh sang wasit.

Setelah penyerahan hadiah utama dan sabuk juara oleh ketua penyelenggara, Argina segera turun dan bergabung dengan teamnya yang sudah bersiap menyambutnya. Dan benar saja, hampir semua teamnya mengerumuninya dan memeluknya. Setelah itu, salah satu pelatihnya menepuk bahunya pelan. ”Terimakasih sudah mau membela negara kita,“ ujar sang pelatih dengan senyuman tipis. Yang diangguki oleh Argina.

”Terimakasih semuanya,“ ucap Gina singkat pada teman-teman teamnya.

”Ok, untuk merayakan pencapaian kalian dan kemenangan Gina. Mari kita berpesta sebelum pulang. Ayo kita berpesta!“ seru salah satu dari mereka dengan semangatnya.

”Hei, kamu juga ikut Gin!“ tegur salah satu dari teamnya, ketika melihat Gina hanya diam dibelakang.

Gina menatapnya malas, ”Kalian saja. Ada yang harus saya lakukan,“ ujar gadis itu lalu melangkah meninggalkan orang yang mengajaknya tadi.

”Salwah! Ayo!“

”Oke, aku datang!“

.
.
.

”Maaf pak, saya pulang duluan. Dan maaf tidak bisa bergabung dengan yang lain.” ujar Gina pada seseorang diseberang telepon.

”.......“

”Iya, terimakasih. Saya tutup dulu. Sampai jumpa!“

”..........“

Hah, sedikit lagi. Mungkin masih bisa.

Alisnya tampak berkerut, dengan peluh dipelipisnya. ”Pak, bisa tolong lebih cepat?“ tanya nya pada sang supir taksi dalam bahasa Korea. Baik, nona.“ sahut si supir, wajahnya terlihat khawatir terhadap kondisi penumpangnya itu.

Begitu sampai di depan pintu masuk sebuah bangunan rumah sakit, beliau buru-buru membuka pintu belakang dan membantu memapah si penumpang masuk ke dalam rumah sakit. Beliau juga memanggil perawat yang beruntung cepat bertindak.

Tubuhnya dibaringkan ke brankar, tak lama kemudian seorang dokter tampak memeriksanya. Tak berselang lama tirai penutupnya dibuka oleh salah seorang perawat. Sang sopir terlihat berbincang dengan dokter yang menangani penumpangnya tadi. Dokter itu menjelaskan Beberapa hal yang diangguki olehnya.

.
.
.

Permisi,tuan. Apa Anda yang membawa nona tadi kesini?“ tiba-tiba saja seorang gadis dengan pakaian serba hitam sudah duduk disamping sopir Ahn dan bertanya sopan.

Walau agak bingung, Pak Ahn mengangguk membenarkan. ”Ya. Ada apa? Apa nona teman nona yang saya tolong?“ gadis itu mengangguk, sedikit ragu.

Saya hanya ingin berterimakasih atas bantuan Anda. Berkat Anda teman saya bisa ditangani dengan cepat. Terimakasih sekali lagi, ujar gadis itu tulus.

”Yeah. Sama-sama. Lagipula, kita sebagai manusia sudah sewajarnya saling tolong menolong 'kan.“ balas pak supir sambil tersenyum.

”Ah, iya pak. Karena menunggu teman saya, Anda sampai tidak bisa kembali bekerja. Jadi ini ... sebagai ucapan terimakasih atas kebaikan Anda.“ kata gadis itu mengulurkan amplop kuning yang berisi uang pada Pak Ahn. Beliau yang awalnya menolak akhirnya menerimanya juga.

Setelah menyerahkan beberapa jumlah uang tadi pada Pak sopir Ahn, gadis itu pamit dan melenggang pergi. Ia lalu masuk kedalam ruangan tempat seseorang tengah dirawat.

Ia menarik napas pelan begitu memperhatikan keadaan orang yang kini berbaring nyaman dibrankar dengan selang infus ditangannya. Bibirnya yang pucat, membuat gadis itu menatapnya sedikit iba.

Ia lalu mengambil duduk di kursi samping brankar. Ia mengambil ponsel sekadar menghilangkan kebosanan dalam menunggu kesadaran orang itu kembali.

.
.
.

Bersambung....


(Revisi)

Kalo ada yang bingung, maaf yaa. Kan saya sudah beritahukan sejak awal, kalo cerita ini agak membingungkan dan berpotensi membuat orang membacanya menjadi kesal serta sakit hati. So, mending tinggalkan sebelum Anda semakin terjebak dan merasakan sakit kepala nanti. But, kalo Anda tetap memaksakan diri, saya angkat kaki nggak mau menanggung kebencian Anda sekalian. Oke, bye! Udah kebanyakan bacotannya😅😁🥱

My Darkness Girl[TAMAT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu