{60} pendapat masing-masing

Start from the beginning
                                    

sekarang, ia hanya ingin tidur, tidur, dan tidur. tifa ingin melupakan masalahnya sejenak untuk tidur.

"semoga saja tifa bangun langsung dapat jawaban, aamiin." gumamnya yang langsung mematikan seluruh lampu dan menyisakan lampu tidurnya.

sangat jarang sekali untuk tifa tidur jam segini, karena memang pekerjaannya sangat padat.

perlahan matanya menutup dan ia meninggalkan dunia hanya sekejap.

vivi

vivi benar-benar tidak habis pikir dengan anak gadis tunggalnya. kalau saja ia tidak bisa menahan emosinya, tifa bisa saja kabur dari rumah.

ia sangat benci dengan yang namanya sakit hati. vivi tau bila dari dulu tifa selalu tersakiti, tetapi seenggaknya vivi mengajarkan agar tidak menyakiti hati seseorang.

sampai saat ini pun vivi masih ingat dengan kata-kata yang pernah dilontarkan tifa kepadanya.

"tifa gaakan nyakitin hati seseorang ma, karena tifa tau itu sakit." 

kata-kata tersebut sangat terngiang-ngiang dikepala vivi.  ia merasa gagal menjadi ibu untuk tifa.  

"kenapa ma?" tanya hermansyah tiba-tiba.

"anak gadismu itu benar-benar buat aku bingung." protes vivi seraya duduk diatas kasurnya.

"kenapa?" tanya hermansyah kembali.

vivi mulai menjelaskan satu per satu masalah mengenai tifa dan juga orvin.

hermansyah terbilang sangat sabar dan bahkan sangat jarang untuk marah. tetapi sekalinya marah, semua barang bisa ia banting begitu saja.

"dia udah besar ma, jangan sering diikuti campur, walaupun ini menyakiti hati, tapi kita udah gabisa ikut campur seperti dulu." kini hermansyah mulai menasehati vivi yang selalu saja suka ikut campur dengan urusan anaknya.

"mas, muka ku mau ditaroh mana mas? malu aku sama keluarga orvin." protes vivi.

"ma! dia anakmu juga lo, gimana pun sifat dia, dia tetep anak kandungmu!" hermansyah sangat marah bila vivi berkata seperti itu.

seakan-akan vivi sangat menyesal mempunyai anak seperti tifa. itu sangat dibenci oleh hermansyah.

"sejelek-jeleknya dia, gaada yang namanya mantan anak."  lanjut hermansyah.

vivi sadar bahwa dirinya memang sangat amat egois. ia tak memikirkan hati anaknya yang lebih sakit karena mendengar ucapan vivi.

tanpa memikirkan apapun, vivi lamgsung beranjak menuju kamar tifa. ternyata anak gadisnya begitu cepat untuk tertidur.

ini semua karena ulah vivi yang tak bisa menjaga ucapannya.

"maaf nak." gumamnya dari ambang pintu lalu menutupnya kembali.

ia menuruni tangga dengan hati yang suntuk. ternyata tak semudah itu untuk sabar menghadapi anak.

hari sudah mulai sore, matahari pun juga sudah terlihat akan tenggelam. kini vivi memilih untuk menuju kamar dan niat untuk tidur sebentar saja.

-----------------------------------------------------------

karel yang sedari tadi terjebak macet hanya bisa melamun memikirkan tifa.  entahlah, mungkin ini yang dinamakan cinta setengah mati.

jadi terasa bahwa sakit hati itu seperti antara hidup dan mati.

kali ini, ia berusaha untuk menghilangkan pikirannya tentang tifa yang sebentar lagi akan menjadi istri orang.

hatinya tak sekuat baja, wajar saja bila ia menangis karena merasakan sakit.

"gue ikhlas tif, gue ikhlas asal lo bahagia." gumam karel seraya memukul mukul setir mobil.

sekarang, ia harus fokus untuk melanjutkan sekolahnya terlebih dahulu, baru ia akan mencari calon istri.

macetnya kota tersebut benar-benar membuat karel semakin suntuk. karena ia ingin segara sampai rumah dan menceritakan semuanya kepada adel.

sudah lama sekali ia tak merasakan bercerita tentang kesehariannya.

jujur, karel sangat merindukan semuanya. merindukan momen dimana ia sangat bahagia bersama kedua wanita yang sangat ia cintai.

"AAGGHHHH!!!! TAPI SEMUANYA TERLAMBAT TIFF!!!" teriak karel mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

1 jam kemudian...

karel memasuki rumah dengan wajah yang paksakan untuk tersenyum.

terlihat adel dan bara yang tengah duduk santai di ruang keluarga sembari menonton televisi.

"eh rel, gimana tadi sama tifa?" tanya bara yang melihat karel sudah pulang.

karel meletakkan sepatunya terlebih dahulu dan memposisikan dirinya agar jauh lebih nyaman.

"karel telat pa." hanya itu yang keluar dari mulut karel.

setelah mengucapkan kata tersebut, ia langsung berjalan meninggalkan mereka berdua yang masih tak mengerti maksud karel.

adel kesal karena karel pergi yang hanya meninggalkan teka-teki tanpa memberikan jawaban yang sesungguhnya.

kedua orang tua karel hanya bisa saling menatap lalu menghembuskan nafasnya dengan besar.








MAAF BANGETT YAA PUBLISHNYA TELAT, SOALNYA TADI MALEM MASIH ADA KENDALA, DAN AKU ADA ACARAA.

SEMOGA SUKAA YAA❤

me or her? [END]Where stories live. Discover now