{44} posesif bestfriend

52 9 0
                                    

"kak den, gausa malu-malu." ujar tifa yang kini sudah tepat dihadapan dena.

terlihat oleh mata tifa bahwa dena ketakutan melihat sosok orvin. tifa pun mengikuti arah pandang dena dengan cepat.

orvin yang tengah melihat mereka berdua dengan datar membuat hati tifa sedikit merasa takut.

"apasih vin, kak dena jangan lo sudutin mulu elah." jelas tifa dengan tatapan tajamnya.

"lah, gue emang kayak gini." balas orvin menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"udah udah, gue duduk disini aja, kalian main, nanti kalau udah kalian panggil gue aja." saran dena seraya tersenyum.

"kakak pikir tifa dengan gampang meninggalkan kakak sendirian?? enggak!" jelas tifa seraya menarik tangan dena.

"ayo keburu malem." sahut orvin sudah malas dengan kedatangan dena.

karena tifa takut bila dena berpisah dengannya, ia pun terus menggandeng tangan dena dengan sangat erat.

dena dapat merasakan genggaman yang sangat tulus yang pernah diberikan seseorang kepada dena. air matanya menetes begitu saja. dengan segera tangan kanan dena mnghapus air matanya tersebut yang sudah berada di pipinya.

untuk pemanasan, mereka memilih untuk menaiki wahana kora-kora yang seperti perahu.

dari dulu, tifa tidak pernah punya nyali untuk menaiki seperti ini, tetapi kalau bukan karena sahabatnya, tifa juga tidak akan pergi kesana.

jantungnya tifa sudah berdetak sangat kencang, ia kini mendekatkan dirinya ke orvin karena tifa,dena, dan orvin kini tengah dikelilingi dengan segerombolan pria-pria yang sepertinya seumuran orvin.

"kenapa jantung lo kenceng banget hahaha." ledek orvin membuat tifa memukul lengan orvin dengan sedikit keras. "becanda doang, sinian lo, bentar lagi lengen lo bersentuhan sama dia." ujar orvin seraya menarik tubuh tifa kedekapannya.

orvin memang lebih over dibandingkan dengan orang tuanya atau karel. itu yang tifa suka dari seorang karel.

"kalau kena yaudasih." ujar tifa santai.

"apa lo bilang?? yauda?? gue garela." balas orvin sewot.

"iya orvinio tinaga kuuuuhhh." ucap tifa seraya memeluk orvin dengan erat.

orvin merasakan kebahagian yang tidak bisa ia jabarkan. sebenarnya ia sudah dari lama juga menyimpan rasa yang sangat dalam, tetapi ia sadar bahwa tifa tidak mempunyai rasa kepada orvin.

orvin melihat dengan jelas wajah dena yang penuh dengan rasa bersalah, karena sedari tadi dena hanya menundukkan kepalanya saja.

sampai akhirnya orvin membuka suara yang sedikit membuang tifa heran.

"den, lo kalau emang bener-bener ngerasa bersalah, lo buktiin ke tifa. dan kalau sampai gue tau lo berbuat ulah lagi, gak segan-segan gue akan berbuat. gue maafin lo." ujarnya dengan tatapan dingin.

dena yang sedari tadi hanya menunduk, kini ia mendongakkan kepalanya menatap orvin dengan mata yang berbinar-binar.

inilah momen yang ditunggu-tunggu oleh dena. orvin memaafkan kesalahan dena.

"orvin, lo sama kakak kelas juga harus sopan dong." bentak tifa mengerucutkan bibirnya.

"serah gue lah tif, yang penting sama lo gue tetep sayang." balas orvin tanpa sadar.

"hah??" tanya tifa pura-pura tak mendengar.

belum sempet orvin membalas ucapan tifa, kini giliran mereka untuk menaiki wahana tersebut.

me or her? [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat