Hatiku hanya satu, kemudian kamu curi. Aku bisa apa selain menginginkanmu.
*
Ada banyak cara untuk seseorang jatuh cinta.
Mulai dari rasa kasihan yang membenani, tertarik pada pandangan pertama atau rasa nyaman yang tercipta oleh keseringan bersama. Tapi dari semua itu, tidak ada yang lebih sepele dari jatuh cinta karena sebuah kata 'ciee.'
Bukan hanya karena kata itu tidak terlalu agung untuk bersanding dengan jatuh cinta, tapi kata 'ciee' sejatinya diucapkan hanya untuk menggoda, meramaikan suasana.
Namun, dari kata 'ciee' tanpa makna itulah cinta mulai bertumbuh di hati Haidee. Dee, begitu dia akrab disapa, tidak pernah menyangka bahwa hatinya akan tetap jatuh cinta pada orang yang sama selama bertahun-tahun hanya karena sebuah godaan yang dilemparkan oleh sahabatnya untuk membuat heboh pada setiap pertemuan mereka.
"Muka lo kusut banget?"
Komentar itu sudah didengarnya sejak tadi, tapi Dee tetap bungkam sambil menggenggam ponselnya. Kedua lututnya ditekuk merapat ke dada untuk menyangga kepalanya yang sedang semrawut.
"Kenapa, sih?" Seanna bertanya heran. "Muka elo kusut banget. Lama-lama bisa bikin batal puasa orang yang ngeliat."
Dee menghela napasnya, lantas mendongak untuk melihat Seanna yang sudah berdiri di hadapannya. Namun alih-alih menanggapi pertanyaan adiknya, ia justru melemparkan tatapan minta dikasihani. Dee ingin Seanna mengerti bahwa ia masih ingin tenggelam dalam keriweuhan pikirannya.
"Mending elo ke dapur deh," suruh Seanna. "Bantuin mama masak kek, nyuci piring kek, atau ngafalin bumbu dapur sana, itung-itung upgrading pengetahuan."
Dee masih tetap bergeming. Mengabaikan Seanna, membiarkan adiknya itu berbuat sesuka hati, tidak berselera untuk beradu argumen kali ini. Sejak handphone-nya berdenting dua puluh menit yang lalu, Dee hanya ingin menjadi manusia tanpa suara.
Bagaimana tidak, tiba-tiba saja ia sudah tergabung dalam sebuah grup chat baru. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa grup obrolan itu merupakan tempat teman-teman masa kecilnya bercengkrama. Setelah enam tahun tidak pernah saling berkomunikasi, bahkan sengaja acuh setiap kali bertemu tanpa sengaja, sudah hampir seperti orang asing satu sama lain, hari ini mereka terlihat santai membicarakan sebuah reuni.
Di tengah lamunan Dee, ponselnya kembali bergetar. Sederet nomor asing tertera di layar handphone-nya. Ia tidak perlu berpikir lebih keras hanya untuk mengetahui kalau yang meneleponnya adalah salah satu dari teman masa kecilnya tersebut. Dee meremas ponsel sebelum meletakkannya ke telinga.
"Halo, Dee. Ini gue." Dee mengernyit, tidak butuh waktu lama baginya untuk mengenali suara tersebut. "Kenapa lo belum respons apa-apa di grup?"
Dee tersenyum meskipun Rara tidak bisa melihatnya. "Halo, Ra. Ini baru mau gue bales," jawab Dee sembari membenarkan posisi duduknya. "Ada angin apa? Tiba-tiba bisa ngumpul di whatsapp?" tanyanya terdengar ceria.
"Udah pada tobat kayanya dari gengsi masing-masing," jawab Rara yang membuat Dee menyunggingkan senyum tipis. "Hape gue udah heboh banget dari pagi, tahunya si Ilham. Setelah ngumpulin nomor kita semua, dia bikin grup."
Dee mengangguk mengerti. Beberapa waktu yang lalu, Rara memang meminta nomor ponselnya melalui Instagram. Namun Dee tidak menyangka jika itu akan berakhir di Ilham.
"Lo di mana sekarang? Mudik, kan? Kita mau reunian perdana, nih. Jangan sampe nggak dateng."
Dee meremas ponselnya kuat, "Gue udah di rumah."
"Bagus." Rara langsung menyahut. "Gak sabar, gila. Udah lama banget nggak ketemu."
Dee menggigit bibirnya ragu, lalu membalas ucapan Rara. "Gue juga."
"Ngomong-ngmong, lo tahu kan kalo Ade udah pulang?"
Dee langsung terdiam, satu hal ini sebenarnya yang membuat ia seketika menjadi manusia bisu dengan sejuta pikiran serta emosi yang berlebihan. Dee masih sibuk dengan pikirannya ketika samar-samar ada suara yang berteriak memanggil Rara.
"Eh, gue dipanggil. Gue chat lo di grup. Dibales ya, tolong!" Sambungan terputus begitu saja, menyisakan Dee yang kembali mengubur wajah ke dalam lututnya. Notifikasi masih beruntun masuk ke handphone-nya, tapi Dee tidak peduli.
Ia ingin memiliki waktu, sebelum kemudian kinerja hatinya akan sangat menyusahkan Dee.
*
Katanya, Dee masih membutuhkan waktu. Semoga waktu bersedia menunggunya, tapi kita semua tahu itu tidak akan terjadi. Jadi, kalau kalian berada di posisi Dee, apa yang akan kalian lakukan?
Ngomong-ngomong, selamat membaca. Semoga betah sampai cerita ini selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLACEABLE
RomansaDee tidak pernah mengenal cinta selain apa yang telah menetap di hatinya. Sejak pertama nama itu bertahta, sampai terlanjur kadaluarsa, Dee masih mengagungkan namanya untuk dicinta. Sekalipun semesta tidak berpihak padanya, meniadakan bersama untuk...
