Brown

1.3K 185 16
                                    

Kejujuran,

Ketulusan,

Kesetiaan,

Jiwa ksatria telah berjanji dengan sebuah sumpah di bawah mata pedang.

Tinggal bagaimana hatinya memilih.

.

.

.


Malam itu Felix dipaksa tidur setelah diberi sihir pelelap oleh Lucas. Mungkin dari luar terlihat tanpa efek samping, padahal nyatanya kini Felix seolah berada dalam lucid dream. Ia sadar dirinya telah jatuh ke dalam mimpi. Berusaha mencari ujungnya pun sepertinya akan sia-sia. Maka dirinya hanya mengarungi mimpi itu seorang diri.

Bukan tentang sesuatu yang menyeramkan. Yang ia lihat sejauh mata memandang tampak sangat familiar baginya. Ya, tak lain adalah istana kerajaan Obelia. Tanah kelahirannya yang teramat ia cintai. Keadaan damai yang ia dambakan selalu. Kemudian,

Ada sang raja yang terlihat hidup dengan baik disana.

Mungkin benar, saat seseorang mengatakan bahwa mimpi akan lebih baik dari kenyataan. Itu juga yang dirasakan Felix saat ini. Merasa bahwa kedamaian inilah yang ia inginkan. Kehidupan yang baik untuk raja dan tanah kelahirannya, juga matahari hangat yang menerangi Obelia.

Bagaikan sebuah fatamorgana, jika saja Felix terus merasa terlena dengan apa yang ia lihat. Untung saja nalarnya masih bekerja. Semerbak harum bunga yang ia hirup juga tak begitu menghipnotisnya untuk tetap berada di mimpi ini. Dirinya hanya menunggu. Menunggu waktu tubuhnya terbangun dengan sendirinya.

Sampai sebuah suara seolah berbisik padanya. Suara yang tidak ia kenal.

'Kau ingin bahagia bersama rajamu?'

Felix tak mengeluarkan suara untuk menjawab. Hanya dalam pikirannya ia mengatakan iya.

'Kau ingin membuat kedamaian selalu menyertai kerajaan?'

Lagi-lagi Felix hanya mengiyakan melalui pikirannya.

'Maka bawalah raja ke sini bersamamu.'

Untuk kali ini Felix tak menjawab dalam pikiran. Apalagi menjawab dengan mulutnya sendiri. Dirinya ragu. Terasa jelas ada yang aneh dengan pernyataan suara misterius itu. Jelas saat ini Felix masih berada dalam kesadarannya. Ia masih sadar bahwa ini mimpi. Maka dari itu ia berpikir bagaimana caranya membawa raja kemari.

Menoleh kesana-kemari, berharap menemukan sosok asing yang mengajaknya berbicara. Dan jarak pandangnya yang minim tak menampakkan sosok asing dimanapun. Disana hanya ada--

Sang raja.

Angin yang berhembus perlahan menggerakkan rambut Claude di hadapannya. Begitu juga dengan pakaian santai yang biasa dikenakan pria bernetra berlian itu.

"Felix."

Ia berbicara pada Felix. Bukan sebuah halusinasi, meski ini adalah mimpi.

"Jujurlah padaku, apa yang kau inginkan tentangku?"

Meski dalam mimpi, tentu saja Felix harus menjawab pertanyaan sang raja. Ini adalah alam bawah sadar yang detailnya mungkin akan dilupakan kala bangun.

"Saya ingin anda hidup dengan damai."

"Lalu ketulusan apa yang akan kau lakukan?"

Sejenak Felix terdiam, memberi jeda untuk memilih jawaban terbaik yang ia punya.

Your Servant (Suddenly I Became a Princess)Where stories live. Discover now