Part 9

1.6K 133 7
                                    

Kesal, marah dan ingin berteriak itu yang di rasakan Alex saat ini.

Kenapa?
Itu karena ia seperti supir pribadi sekarang. Mengemudi mobil, dengan Kirana, Danish dan Vano duduk di kursi belakang.

Semua berawal dari satu jam yang lalu...

Alex datang ke sekolah Danish, dia ingin mengorek informasi dari bocah itu.
Sayangnya, di sana sudah ada Vano dan Kirana.
Alex ingin kembali pulang, namun mereka kelihatan kebingungan, jadilah Alex menghampiri mereka.

"Wow kebetulan sekali bertemu kalian di sini. Ada apa?" tanya Alex basa-basi.

Kirana dan Vano saling berpandangan bingung. Sedangkan Danish, dia mengenal Alex dan menghampirinya.

"Halo, Om. Gimana kabarnya?" tanya Danish, dengan gayanya yang sok tua.
"Ban mobil papa Danish bocor nih, Om. Nebeng dong..."

Dan beginilah keadaannya sekarang. Alex masih tidak mengerti, kenapa dia tidak bisa membantah perkataan anak kecil itu. Padahal bisa saja Alex menolak untuk memberi tumpangan. Tapi bibirnya kelu untuk menolak.

"Om kenapa? pusing ya?" tanya Danish tiba-tiba, kepalanya muncul dari balik celah kursi depan.

"Danish, duduk! jangan begitu. Nanti kamu jatuh." ucap Kirana khawatir.

"Nih si Om cemberut aja sih, Ma. Jadi Danish mau ajak ngobrol."

"Siapa yang cemberut?" Alex tidak terima, harga dirinya jatuh.

"Ayo Om, Danish temenin ngobrol ya, di depan. Biar Om gak kesepian. Kan kita udah jadi teman sekarang."

Tiba-tiba saja Danish berpindah tempat duduk. Alex melihatnya, hingga ia sengaja memperlambat laju mobil.

Kirana dan Vano hanya saling berpandangan, bingung harus bersikap apa.

Ketika Danish sudah duduk, dia menyandarkan tubuhnya lalu memakai kaca mata hitam, yang dia ambil dari saku.

"Gimana, Om? Danish cocok gak jadi orang kaya?"

"Pfft." Alex menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan tawanya.

"Emang cita-cita kamu apa?" tanya Alex kemudian.

"Jadi orang kaya raya, punya uang satu juta, taman bermain sendiri, sama kolam renang sendiri." jawab Danish dengan polosnya.

Alex akhirnya tidak bisa lagi menahan tawa, "Haha. Satu juta?memang cukup?"

"Cukup dong. Buat beli permen sama mainan."

"Kalau begitu nanti om belikan mainan buat kamu."

Mata Danish menyipit menatap ke arah Alex, "Beneran? Om gak bohong?"

"Om gak pernah bohong, kamu bisa tanya ke mama kamu di belakang."

Kirana tersentak, sejak tadi ia hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka.
Dari kaca spion depan, Kirana dapat melihat kalau Alex memandangnya dengan tersenyum.

Sedangkan Vano, ia mati-matian menahan amarah. Kesal melihat kedekatan Danish dan Alex.

"Oke deh, Danish percaya. Yang mahalnya mainannya. Om kan orang kaya. Kalau yang murah Danish udah banyak, gak perlu!"

"Danish!" seru Kirana.

"Gak apa, Kiran... lagipula aku kan belum memberi hadiah untuk putra kecil sahabatku ini. Iya kan, Vano?"

Vano tidak menjawab, dia tahu kalau Alex sedang menyindirnya sekarang.

Apa yang kamu ketahui, Alex? apa kamu sudah tahu kalau Danish sebenarnya anakmu? ceracau Vano dalam hati.

Selanjutnya tidak ada yang bicara, hanya celotehan Danish yang terdengar. Anak kecil itu terus berbicara tanpa henti sampai akhirnya tertidur karena lelah.

🌸🌸🌸

Vano mendorong kasar tubuh Alex ke samping rumah Kirana.

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Lex?" Vano mendesis padanya.

"Apa maksudmu?"

Vano tersenyum sinis, "Kamu yang paling tahu maksudku. Jangan dekati Kirana lagi!"

"Apa hak kamu? sedangkan kamu hanya orang tua palsu Danish." balas Alex dengan sengit.

Vano terkesiap mendengarnya. Dia sudah tahu kalau Alex pasti akan menyelidiki ini. Tidak ada yang mustahil untuk orang seperti Alex.

"Kami akan menikah secepatnya."

Tawa renyah Alex menggema, dia mendorong Vano agar menyingkir dari hadapannya.

"Baru akan! dan kita tidak akan tahu apa yang terjadi selanjutnya." bisik Alex, dengan mata yang berkilat marah.

Setelah itu, Alex pergi begitu saja meninggalkan rumah Kirana. Bukan karena takut pada Vano, namun ada panggilan mendesak dari Zidan.
Orang suruhannya itu bilang, sudah menemukan bukti akurat tentang Kirana. Diam-diam Alex tersenyum. Tunggulah Kirana, aku akan kupas habis semua hal yang kamu sembunyikan.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Ini pak semua bukti yang bapak pinta." Zidan meletakkan beberapa dokumen di atas meja Alex.

Tanpa menunggu lama, Alex meraihnya. Melihat beberapa foto yang di dapat oleh Zidan.

"Dari mana kamu dapat ini?" tanya Alex.

"Saya dapatkan info dari kantor Vano. Katanya Kirana berasal dari desa itu. Setelahnya, saya langsung meluncur ke sana, dan saya jamin data ini akurat."

Alex menghela napas berat, sungguh dia tidak menyangka. Takdir telah begitu kejam mempermainkannya.
Kirana saat itu hamil?
Kenapa aku begitu bodoh menyerah?
Harusnya aku berusaha lebih keras lagi mencarinya.
Jadi benar Danish adalah anakku?

Alex menatap foto Danish, sambil membandingkan dengan fotonya sendiri saat kecil. Sangat mirip. Rambut coklat, bentuk dan warna mata yang sama.

"Pergilah." titah Alex.

Zidan menundukkan kepala, setelah itu pergi dari ruang kerja Alex.

Saat ini Alex ingin sendiri. Karena Danish adalah anaknya, Alex bertekad untuk mendapatkan Kirana kembali.
Tiba-tiba hatinya merasa sakit, mengingat bagaimana Danish memanggil Vano dengan sebutan papa.

Harusnya aku yang di panggil papa. Bukan Vano.

Seringai licik kembali muncul di wajah Alex. Tidak ada yang boleh merebut sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Itu prinsip Alex.

Lihat saja! jangan harap kalian bisa menikah.

🌸🌸🌸

KIRANAWhere stories live. Discover now