Kedatangan Halimah

816 58 5
                                    

Di sebuah ruangan dengan cat warna abu-abu, Vano duduk terpaku menatap beberapa desain yang tertempel di meja dan dinding ruangan tersebut.

Melihatnya saja sudah membuat perasaan Vano tidak karuan.
Padahal hanya tulisan dan gambar, tetapi sudah membuat Vano merindukannya.

Ruangan itu adalah ruang kerja yang biasa ditempati oleh Kirana. Hanya beberapa bulan, tetap meninggalkan bekas yang sulit hilang di hati Vanno.

Kirana...
Nama itu masih ada di hatinya. Sesakit apa pun kenyataan yang diberikan Kirana. Ia tetap tidak bisa dengan mudah melupakan wanita itu.

Tring..
Ponsel Vanno di atas meja berbunyi.
Wajah pria itu semakin masam saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Sebuah panggilan masuk dari 'Ibu'.
Vanno masih kesal dengan ibunya, yang sudah membuat hubungannya dengan Kirana putus. Vanno pun dengan sengaja mengabaikan telepon itu.

Moodnya akan semakin buruk nanti, karena Vanno tahu, ibunya akan kembali bicara tentang perjodohan.
Yaa.. Ibu Vano berniat menjodohkan Vanno dengan Bianca, wanita yang saat itu ikut datang bersama ibunya ke restauran.

Vanno baru saja ingin  pergi dari tempat itu, saat tiba-tiba salah satu pegawainya datang dan memberitahukan kalau ada orang yang sedang mencarinya di bawah.

"Siapa?" tanya Vano bingung.

"Mereka sepasang suami istri, Pak. Katanya datang dari desa. Hemm, namanya siapa ya tadi... kalau nggak salah Pak Adi sama... " pegawai itu mencoba untuk mengingat.

Vanno langsung tahu siapa yang dimaksud pegawai itu. Maka tanpa menunggu lagi, ia bergegas keluar dan turun ke lantai bawah untuk menemui tamu yang mencarinya itu.

Senyum Vano seketika mengembang, ketika dari kejauhan ia melihat sepasang suami istri paruh baya, tengah berdiri di depan butiknya.

Kirana.. Aku tahu kelemahanmu.
Aku yakin, mereka tidak akan setuju jika kamu kembali pada Alex.
Batin vanno.

**************

"Apaa?"

Halimah sangat terkejut mendengar cerita dari Vanno, yang mengatakan kalau Kirana telah berhenti bekerja. Bahkan Kirana juga pindah dari rumah yang diberikan oleh Vanno.

Kedatangan Halimah dan Adi ke kota, tujuannya ingin bertemu dengan Kirana. Mereka khawatir terjadi sesuatu dengannya dan Danish, karena sudah dua bulan Kirana tidak memberikan kabar.

Biasanya hampir setiap hari Kirana akan menelepon ke desa. Menanyakan kabar Ibu serta ayah barunya itu, Pak Adi.

"Jadi Kirana kemana? bukannya kalian berdua menjalin hubungan? terakhir aku dengar dari Kirana, kalian ingin menikah." ucap Halimah lagi.

Vanno terdiam. Ia tidak mungkin mengatakan kalau Ibunya sendiri yang tidak setuju dan malah menghina Kirana saat pertemuan berlangsung.

"Kirana... pergi sama pria lain, Bu." jawab Vano.

Halimah dan Adi saling berpandangan. Mereka sama-sama bingung dengan apa yang terjadi.

Kirana pergi bersama pria lain?
Rasanya tidak mungkin.
Kirana bukan wanita yang seperti itu. Apalagi Vanno sudah sangat membantunya, selama Kirana hidup di kota. Mustahil kalau Kirana pergi bersama pria lain.

"Tolong ceritakan pada kami Nak Vanno. Sebenarnya apa yang terjadi? Ibu Kirana sangat khawatir." kali ini Adi yang bicara.

Vanno menghela napas. Ia menatap Halimah dan Adi bergantian. Sebelum cerita tentang Kirana dan Alex mengalir dari bibirnya.

Vanno bercerita kalau Kirana pergi meninggalkannya, setelah bertemu kembali dengan Alex.
Ia juga mengatakan kalau Kirana dan Alex akan segera menikah...

Mendengar hal itu, wajah Halimah memerah karena marah.
Ia sangat tidak senang mendengar nama Alex. Pria yang telah menghancurkan hidup putrinya dulu.

Halimah masih sangat mengingat kejadian masa lalu yang suram itu.
Saat Kirana pulang ke desa dengan keadaan hamil. Mereka menjadi bahan cemoohan di desa. Sampai-sampai mereka di usir dari desa itu.

"Bagaimana ini, Mas. Kirana ternyata bertemu dengan pria itu lagi. Apa yang harus aku lakukan?" Halimah berkata sambil terisak.

Adi yang duduk di sebelahnya, berusaha untuk menenangkan Halimah. Mengusap tangan wanita itu dengan lembut.

Adi tahu cerita mereka, karena dia-lah yang menolong Halimah dan Kirana dulu, saat mereka luntang-lantung di jalan tanpa arah dan tujuan.

"Tenang dulu, Dek. Sebaiknya kita hubungi Kirana dulu. Setelah itu minta penjelasan langsung dari dia." ucap Adu dengan penuh wibawa.

"Aku hanya tidak mau Kirana terluka lagi... Huu huu. Dasar anak itu! Padahal sudah ada Danish. Kenapa dia malah terjerat dengan pria brengsek itu lagi sih." omel Halimah masih dengan isakannya.

Diam-diam Vanno merasa senang. Dalam hatinya tertawa melihat reaksi Halimah.
Seperti dugaannya, ternyata Halimah sama sekali tidak menyetujui Kirana menikah dengan Alex.

"Mas Adi, aku harus bicara dengan Kirana sekarang juga."

"Baik. Kita hubungi Kirana dulu ya." Adi mengeluarkan ponselnya dan langsung menekan tombol dial.

Hening sejenak. Sampai akhirnya telepon itu tersambung. Kirana mengangkatnya.
Mendengar itu, Vanno duduk menegakkan tubuhnya.

Pria itu penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Kirana.
Halimah juga seperti itu. Ia memberikan isyarat pada Adi, sampai akhirnya Adi menekan tombol speaker.
Maka suara Kirana pun terdengar dengan jelas.

"Ya.. Assalamu'alaikum Pak Adi. Ada apa?" ucap Kirana di seberang sana.

"Waalaikumsalam. Nak Kirana bagaimana kabarnya? Ibumu ini loh, kangen sama kamu. Katanya sudah dua bulan nggak kasih kabar." jawab Adi.

"Oh iya Pak... Maaf ya. Kirana sibuk banget akhir-akhir ini. Banyak kerjaan di butik."

Halimah meradang mendengarnya. Putrinya itu sudah berani berbohong. Padahal ia sudah tau semuanya dari Vanno.
Halimah pun langsung meraih ponsel itu dari tangan Adi.

"Kirana.. Ibu dan Pak Adi sekarang sudah ada di Kota. Cepat datang ke sini. Di butik Vanno."

Hening. Tidak ada jawaban dari seberang sana. Kirana pasti sangat terkejut mendengar Ibu dan ayah tirinya sudah berada di Kota. Apalagi di tempat Vanno.

"I-- ibu... Ada di sana?"

"Iya. Cepat datang, bawa Danish juga. Ibu tunggu!"

Tutt.
Telepon di matikan oleh Halimah. Wanita paruh baya itu terlihat sangat marah.
Dadanya naik turun menahan emosi yang sejak tadi ingin meledak.

"Sabar, Dek..."

Kedua mata Halimah kembali mengeluarkan air matanya.
"Kirana.. Bisa-bisanya dia bohongin aku, Mas."

Vanno hanya diam memperhatikan interaksi Halimah dan Adi di hadapannya.
Dalam hati Vanno, ia merasa puas karena berhasil membuat Kirana tak berkutik.
Kirana pasti akan datang kesini.
Ia pun tidak sabar untuk melihat drama apa yang terjadi selanjutnya.

************

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KIRANAWhere stories live. Discover now