8 : Tamu Tak Di Undang

Beginne am Anfang
                                    

"Sebenernya cuma perlu di biasain aja sih biar ga terlalu bergantung sama uang mbak."

Sekar dan Dirga terus mengobrol seputar permasalahan yang Sekar alami. Toko semakin ramai, sepertinya rasa yang di tawarkan oleh Mantra sangat cocok di lidah para kaum milenial Jogjakarta ini. Seperti terdapat sebait Mantra di dalam secangkir kopi, Tama dan Dirga menyajikan segala menu dengan penuh ketelitian dan cinta. Cinta melihat para manusia-manusia itu bahagia menikmati hasil jerih payah hasil racikan kopi mereka.

Lalu datang seorang wanita dengan Vespa kuning, ia membawa tas gitar. Ia masuk ke kafe dan menemui Tama.

"Tamaaaa, jadikan aku manggung disini?" Tanya nya pada Tama. 

Tama mengangguk. Ia berjalan menuju tempat yang telah dipersiapkan untuk panggung akustik kecil-kecilan dan mempersiapkan semuanya.

"Aqilla sendirian aja? ga sama temenya?" Tanya Tama

"Iya nih, dia lagi ada urusan, jadi aku sendirian aja."

Musik akustik menambah mood para kaum milenial yang berlabuh di Mantra Coffee, apalagi musiknya di bawakan oleh seorang wanita yang cantik, bersuara merdu dan lihai bermain gitar.


Aqilla membawakan lagu dari Band Dewa 19 - Pupus.

Semua pengunjung dan juga para Mantra terhanyut kedalam lagu yang di bawakan oleh Aqilla. Tama tersenyum, seakan bangga karena telah membawa seorang dewi musik datang untuk menebar kebahagian kedalam Mantra Coffee.

"Kenapa lu cengar-cengir?" Tanya Ajay.

Tama hanya melihat Ajay, kemudian lanjut membuat beberapa pesanan tanpa menanggapi pertanyaan Ajay.

"Kayak bukan lu aja Tam." Lanjutnya.

Terdengar tepuk tangan yang meriah setelah Aqilla membawakan sebuah lagu.

"Baru ditinggal sehari, udah update aja ini tempat jadi moody banget."

"Eh ada kak Indah sama Varah." Sapa Andis.

"Eh ada mas Andis, nyari Varah ya mas?" Balas Indah.

"Hueheuhe yaudah kalo maksa." Jawab Andis bercanda sambil melakukan gerakan aneh.

"Ih apasih ga jelas banget deh." Ceteluk Varah sambil tertawa melihat kelakuan Andis.

"Gimana Varah bener ga jawabanya?" Tanya Andis.

"Entah, masih jadi misteri, hantunya ga muncul lagi." Jawabnya sambil meminum segelas ice coffee latte dengan sedotan.

"Bagus deh kalo gitu." Sambil melihat hantu anak kecil dengan boneka di samping tangga.

"Lo enak, setanye pindah dimari gara-gara betah ngopi." Ujar Andis dalam hati.

Tidak lama setelah itu datanglah seorang pria dengan sebuah tongkat, berpakaian hitam serta mengenakan topi hitam duduk di kursi pojok yang memang jarang di tempati pengunjung. 

 

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Mantra Coffee ClassicWo Geschichten leben. Entdecke jetzt