FOUR

2.8K 491 43
                                    

"Iris, kau tidak boleh menunjukkan sihirmu."

Dengan mata birunya yang jernih, Iris menatap pria yang berlutut di depannya. Pria setengah baya yang diketahuinya adalah ayahnya. Kata ibu dayang, pria yang kini sedang datang ke tempatnya adalah ayahnya dan orang itu adalah Raja. Iris tidak mengerti mengapa ayahnya hanya menemuinya sendirian di paviliunnya yang jauh dari istana utama. Dan Iris juga tidak mengerti mengapa orang yang jarang menemuinya itu tiba-tiba melarangnya bermain sihir. Bukankah memiliki sihir sepertinya itu menarik? Lihatlah, Iris bisa membentuk lingkaran biru yang melindunginya saat bermain bola bersama para dayang dan bola mereka tidak bisa mengenai Iris karena ada lingkaran itu yang melindunginya. Iris bahkan bisa memanggil mahluk-mahluk kecil bersayap dan bertelinga runcing yang membantunya menanam bunga. Bukankah itu bermanfaat? Mengapa ayahnya melarangnya?

"Mengapa?"

Sang Raja memegang bahu Iris. "Sihirmu akan melukai Ratu dan saudari-saudarimu."

"Ini tidak menyakiti siapapun, Ayah." Iris menjawab dengan riang dan mulai menggerakkan telapak tangannya. "Aku bahkan bisa membuat bola air dari ini dan..."

"Tidak boleh!" Raja membentak Iris. "Jangan pernah menunjukkan sihirmu jika kau ingin bersama kami di istana Utama."

Iris tidak pernah melihat ayahnya semarah itu. Pria yang memakai jubah mewah itu melangkah pergi dan meninggalkan Iris sendirian di tamannya. Ia menunggu setiap minggu yang menjadi jadwal ayahnya muncul, namun kali ini ayahnya tidak datang. Iris mulai menangis dan ibu dayang memeluknya.

"Apakah ayah marah padaku?" Iris menatap Ibu dayang dengan mata berlinang.

Ibu dayang pengasuh memeluk Iris dan berkata lembut. "Raja sangat menyayangi Puteri. Paduka meminta agar Putri menyembunyikan sihir Putri." Ia menunduk dan memegang wajah yang mungil itu.

"Jika aku menyembunyikan sihir, apakah ayah akan datang?"

"Paduka bahkan akan membawa anda ke istana utama." Ibu dayang pengasuh tersenyum.

"Istana utama? Tempat Ratu dan para kakak?"

Ibu dayang pengasuh mengangguk. "Ke tempat Ratu dan para putri lainnya." Ia memeluk Iris. "Berjanjilah anda tidak lagi memakai sihir ya."

Iris mengangguk mantap dan tersenyum. "Aku berjanji." Dan seperti janji yang ditepatinya, tak lama ayahnya muncul bersama para kesatria dan ajudannya, membawa Iris ke istana utama dan meninggalkan paviliun kecil yang memiliki taman yang indah di tempat paling belakang istana utama, tempat Iris sejak lahir bersama para dayang dan setelahnya menjadi kosong melompong.

Iris tak pernah lagi menemukan ibu dayang pengasuh dan para dayangnya yang selama ini mengurusnya.

****

REFUSE THE DUKE'S CHARMWhere stories live. Discover now