ONE

3.9K 487 49
                                    

Iris dan Eras duduk berhadapan di salah satu taman yang ada di istana itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Iris dan Eras duduk berhadapan di salah satu taman yang ada di istana itu. Di bagian barat istana, terdapat taman bunga di antara taman-taman lainnya. Bahkan Iris melihat ada istana kecil yang indah lengkap dihiasi tanaman mawar yang merambat. Untuk ukuran seorang petarung di medan perang, Duke Adorien mengurus istananya benar-benar apik dan sangat indah. Untuk mencapai taman bagian barat saja Iris harus melewati istana utama yang memiliki 110 ruang, tentu saja itu adalah penjelasan singkat sang Duke untuk memecah keheningan mereka selama dalam perjalanan ke taman. Kini duduk berhadapan dengan Eras, di kelilingi taman indah dan udara sore yang cukup hangat membuat Iris mengagumi sekitarnya. bahkan meja minum teh dan peralatan minumnya saja tak luput dari perhatian Iris yang merupakan seorang puteri. Ia memerhatikan dengan seksama dan bergumam dalam hati. Ini peralatan yang luar biasa mewah untuk ukuran minum teh dalam situasi santai. Tunggu! Apakah ini situasi yang santai? Perlahan, Iris melirik ke arah Duke yang ternyata sedang memehatikannya dengan lekat. Iris menegakkan punggungnya dan mencari alasan untuk membuka percakapan.

"Apakah kamarnya membuat anda nyaman? Apakah sesuai standar kamar seorang putri?"

Iris nyaris menyenggol cangkir tehnya saat mendengar Duke Adorien membuka percakapan. Ia menarik pelan tangannya, meletakkannya di atas pangkuannya dan duduk dengan anggun. Iris tak tahu apakah sikap seorang putri masih sanggup diterapkannya di sini mengingat ia adalah seorang tawanan kekaisaran.

"Kamarnya sangat indah dan nyaman. Terima kasih Yang Mulia." Di bawah meja, Iris mengepalkan kedua tangannya. Duke Adorien masih menatapnya lekat, sama sekali tidak bergerak dari posisi awal sejak mereka duduk. Apakah itu karena ia adalah seorang prajurit? Sikap seorang panglima?

Eras merasa bahwa Iris merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Ia berdehem dan meraih cangkirnya. "Teh kamomil sangat harum dan bisa menenangkan perasaan."

Iris tahu itu. Tetapi rasanya dia harus bertanya satu hal pada Duke Adorien. Dia tak bisa hanya duduk santai sambil minum teh tanpa bertanya apa yang akan terjadi terhadap dirinya. "Mengapa anda membiarkan saya tetap hidup?"

Eras meletakkan cangkirnya dan menatap Iris. Ia tersenyum tipis dan melipat tangan di dada sambil bersadar di kursinya. "Sepertinya putri bukan tipe yang sabaran ya?" ia melihat wajah yang putih itu memerah.

Iris menelan ludah. "Saya...saya harus tahu bagaimana nasib saya di tangan anda. Kaisar Agrynnor mengutus anda membasmi negara saya dan tak ada yang tersisa dari keturunan raja kecuali saya..." mati-matian Iris menahan airmatanya. Ia tak boleh menangis dan meratapi nasibnya di hadapan Duke Adorien. Sebaliknya dia menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya. Apakah pria itu akan mengirim kepalanya kepada Kaisar?

Sudah jelas Iris dalam keadaan takut dan kebingungan. Eras menyadari itu. Keputusan membawa Iris ke istananya merupakan langkah nekatnya sebagai prajurit kaisar. Untunglah yang bersamanya saat membantai Raja Lovec dan keluarganya adalah para ksatria milik Adorien sehingga yang lainnya berpikir Duke Adorien membawa gadis bangsawan biasa sebagai tawanannya. Apa yang membuat Eras berubah pikiran?

REFUSE THE DUKE'S CHARMWhere stories live. Discover now