Chapter 43

56 16 92
                                    

"Bagaimana dengan ritual? Siapa yang akan melakukan?" tanya salah satu orang.

"Bakar mereka bersamaan ... tanpa ritual atau apa pun," jawab Xu Long.

***

Suasana mulai ramai, tidak setuju dengan perkataan Xu Long. Bahkan Yi Wen, Fu Rong dan Xiao Meng tidak mengatakan apa-apa dan hanya mendengar perkataan orang-orang yang menentang keputusan Xu Long.

"Apa kalian ingin melihat mereka yang masih berjuang hidup berakhir seperti mereka!?" teriak Xu Long, menunjuk ke arah mayat.

"Penyakit ini menular dengan cepat, tidak butuh waktu lama untuk mencabut nyawa. Jika harus melakukan ritual dan sebagainya ... maka kita akan berakhir melakukan ritual kematian berikutnya dan seterusnya. Apa itu yang ingin kalian lakukan?"

"Kita kehabisan waktu. Bukan! Kita tidak ada waktu," ujar Xu Long lagi sambil berdiri.

"Kami akan melakukan seperti arahanmu," ujar Yi Wen.

Xu Long menatap ketiga temannya, melihat keyakinan penuh dalam mata mereka terhadap dirinya. Hal itu kembali menguatkan Xu Long, mengesampingkan rasa dukanya agar tidak lagi merasakan duka setelah ini.

"Bakar mayat mereka bersamaan untuk mempercepat waktu. Setelah itu aku minta kalian untuk mengambil kelapa sebanyak mungkin. Semakin banyak maka semakin baik."

"Kelapa? Untuk apa?" tanya Xiao Meng.

"Air kelapa memiliki cairan yang penting buat tubuh, sangat cocok untuk tubuh yang kehilangan cairan. Selain itu, dapat mengeluarkan racun dari tubuh layaknya pengobatan terhadap penyakit cacar," jawab Xu Long.

"Tapi, para penderita tidak bisa menelan air sama sekali," kata Fu Rong.

"Tidak peduli bagaimana caranya, kita harus membuat mereka menelan masuk air itu."

"Baiklah, kami akan segera melakukannya," ujar Yi Wen.

Xu Long membagi semua orang ke dalam tiga tugas. Ada yang mengurus mayat, ada yang pergi untuk mengumpul kelapa dan ada yang bertugas membuat bubur untuk penderita. Biar bagaimanapun mereka tidak boleh sampai kehilangan energi.

Saat semua orang sibuk dengan tugas tersebut. Xu Long memilih menyibukkan diri memeriksa kondisi setiap penderita. Setelahnya akan mengikat kain berwarna pada pergelangan tangan kanan masing-masing penderita.

Sementara di sisi lain dalam gua. Semua orang yang tidak tertular hanya bisa menunggu dengan khawatir. Mereka hanya bisa berharap dan sesekali melihat ke arah luar, berharap salah satu orang datang untuk memberi tahu bahwa semua baik-baik saja.

"Kalian tidak perlu khawatir. Ingat! Ada Xu Long di sana jadi semua pasti membaik," ujar Ayong.

"Lalu asap apa yang kita lihat tadi pagi?" tanya salah satu orang.

"Tidak peduli asap apa itu. Yang pasti semua hal buruk ini pasti akan teratasi," jawab Ying Da.

"Karena itu, kita juga harus menjaga kesehatan agar tidak memperparah situasi," tambah Paman Ming.

"Pa istirahatlah dulu, biar aku yang mengurus itu."

Ayong duduk di pinggir api yang tengah membakar kentang, mengambil pekerjaan ayahnya barusan. Sementara Paman Ming berbaur dengan yang lainnya, meyakinkan mereka semua agar lebih semangat lagi dan percaya semua ini akan berakhir.

"Ayong!" panggil Ying Da.

Tersadar, Ayong seketika melihat Ying Da di sampingnya. Dirinya memajukan dagu ke arah perapian, memberi tahu apa yang Ayong telah lakukan. Terlihat kentang yang hancur akibat tusukan sembarangan Ayong.

"Maaf ...."

"Kau tidak perlu minta maaf." Ying Da mengambil kayu dari tangan Ayong.

"Aku tahu dan sangat mengerti perasaan dan pikiranmu," tambah Ying Da.

"Apa mereka baik-baik saja?"

"Percayalah pada mereka, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang," jawab Ying Da.

"Tapi ... asap pagi tadi tampaknya bukan hal baik."

Mata mereka melihat ke arah luar gua. Terasa angin dingin malam berbau tanah basah dengan kelembapan masuk, menggerakkan api perapian yang bayangannya terpampang pada dinding batu, bayangan yang seolah menari untuk menghibur dalam dingin dan sepinya gua layaknya hati mereka yang khawatir akan hal di luar sana.

"Ini semua yang kau minta. Apa sudah cukup?" tanya Xiao Meng.

"Untuk malam ini kurasa cukup. Kalian sudah bekerja keras," jawab Xu Long.

Mereka semua membagikan air kelapa. Memaksa semua penderita untuk meminumnya meskipun sulit. Dalam sesaat, suara muntahan dan erangan mulai memenuhi tempat.

"Pastikan air kelapa itu masuk dalam tubuh mereka!" teriak Xu Long.

"Untuk apa kau mengikat kain pada pergelangan tangan mereka?" tanya Xiao Meng.

"Aku mengelompokkan mereka, jadi akan memudahkanku dalam mengobati."

"Apa warna merah berarti ...?" tanya Fu Rong, tidak berani menyelesaikan perkataannya. Mungkin, demi menjaga perasaan Xu Long.

"Hmmm ... mereka dalam kondisi parah. Berharap saja air kelapa bisa memberi efek setidaknya sedikit saja," jawab Xu Long.

"Kita harus memastikan warna hijau tidak menjadi kuning dan kuning tidak menjadi merah. Mari fokus pada mereka ... sementara merah, aku sendiri tidak yakin mereka bisa melewati malam ini." Xu Long mendesah berat.

"Kau sudah bekerja keras. Jangan menyalahkan dirimu," balas Yi Wen.

"Tetap saja, aku telah gagal melindungi banyak nyawa. Hal itu membuat diriku ragu dan ... bertanya kembali pada diriku sendiri. Membuat rasa yakinku hilang."

"Kau boleh merasa seperti itu ... tapi jangan membawanya terlalu lama." Fu Rong menepuk bahu Xu Long.

Mereka kemudian sibuk membantu semua orang. Menyuapi air kelapa lalu memberikan bubur dan merawat penderita sepanjang malam tanpa tahu bahwa gua rahasia yang menyimpan banyak catatan rahasia, tempat di mana hanya Yi Wen, Xu Long dan Fu Rong yang tahu saat ini telah dimasuki oleh seseorang yang misterius. Seseorang yang mengenakan jubah bertudung hitam. Terlihat dirinya berdiri di depan rak dan menyeringai menang.

Alohomora : The Secret (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang