Perkenalan

26 1 0
                                    

Geni terheran-heran dengan Alam.Ada dua alasan mengapa dia heran dengan pria itu.Pertama, dari sejak pergi ke toilet tadi ia tak kunjung datang ke kelas dan baru datang ke kelas ketika bel tanda pulang berbunyi lebih tepatnya ketika Pak Sudirman keluar kelas.Alam dengan baju seragamnya yang sudah lusuh masuk ke kelas dengan santai, berkebalikan dengan murid lain yang berbondong-bondong keluar.Alasan kedua karena reaksi Alam ketika mendengar handphone-nya dirusak oleh Nayaka tidak seperti bayangannya.Alih-alih bereaksi marah, Alam malah terlihat tenang-tenang saja dan dengan entengnya pula membuang handphonenya yang sudah rusak ke tong sampah.

“Lam kamu gak marah sama Nayaka?”tanya Geni saat mereka berjalan di koridor.Geni tidak bisa menahan rasa penasarannya.

“Nggaklah.Itu udah biasa.”

“Maksudnya udah biasa?”

“Ya udah biasa si ambis nan angkuh itu ngerusak handphone gue.Mungkin ada sepuluh kali  dia ngerusak handphone gue.”jawab Alam.Geni cukup kaget dengan fakta yang didengarnya itu.

“Pantes aja reaksi kamu biasa aja.Eh tapii, nantinya Nayaka minta maaf dan ganti rugi, gak sih?”Pertanyaan yang diajukan Geni sukses membuat Alam tertawa untuk beberapa saat.Geni yang melihat itu hanya bisa mengernyit bingung.Ia tidak tahu dimana titik lucunya.

“Lo tanya tu cewek bakal minta maaf dan ganti rugi atau enggak?Ya enggaklah!Kiamat kali ini bumi kalau dia sampe minta maaf dan ganti rugi.”

“Kalau kamu sendiri?”tanya Geni.Alam menoleh.

“Maksudnya?”

“Iya, kamu sendiri suka minta maaf gak sama Nayaka?Kan, kamu juga salah udah ganggu dia.”Pertanyaan yang tidak terduga itu membuat Alam menghentikan langkahnya.Ia menatap Geni dengan tatapan yang sulit dijelaskan apa maksudnya.

“Jujur ini pertama kalinya ada yang tanya itu.Gue nggak nyangka.”ujar Alam sambil menepuk bahu Geni.

“Sama seperti dia tentunya, gue gak mungkin minta maaf.Bisa hilang seluruh derajat dan kehormatan gue kalau ngelakuin itu.Udahlah jangan bahas dia lagi, males gue.Eh lo mau balik bareng gak sama gue?”tanya Alam memutuskan percakapan mengenai Nayaka.Geni menggeleng.

“Enggak, Lam.Lain kali aja, soalnya saya mau dijemput sama orang tua saya.Katanya mau ke rumah temennya dulu.”

“Ohh, yaudah gue cabut duluan.”ujar Alam sembari menepuk bahu Geni lantas berjalan menuju motor trailnya yang terpakir sembarangan di parkiran.Geni mengehela nafas ketika melihat cara Geni mengendarai motornya.

“Dia Valentino Rossi atau apa?”




.........................


“Gio lo dimana?!”

Geni yang sedang duduk di kursi depan ruang UKS yang kebetulan dekat dengan parkiran terperanjat mendengar suara itu.Geni menoleh ke arah suara itu dan menemukan Nayaka Mahameru berjalan menuju arahnya.Perempuan itu masih sibuk bicara dengan seseorang di balik teleponnya dan tidak tahu bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya.Geni tertawa kecil melihat Nayaka yang begitu cerewet memarahi Gio yang tidak menunggunya.Geni tahu siapa Gio, dia adalah pria gendut yang menjadi teman sebangku Nayaka.Ketika Nayaka mengakhiri telepon, Geni sontak berdiri dari kursi.

“Hai!”

Nayaka yang sedang memasukan handphone ke tas ranselnya mendongkak, lantas  terjengkit kaget melihat wajah Geni.

Sorry kalau saya ngagetin.Btw, saya Geni.Kita dari tadi belum kenalan.”ujar Geni sembari mengulurkan tangan ke arah Nayaka.Senyum lebar tercetak di bibir merahnya membuat lesung pipi yang ia miliki terlihat.

LEBURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang