• • •

Wajah tan tersebut terlihat sangat berkeringat. Kala pancarannya menyendu, tertuju pada sang gadis tercinta yang kini tampak sengat terpukul, manik mata miliknya serasa berat bahkan berair.

"Asal kau tahu, Hinata..." entah kenapa hanya sebatas itu volume suara yang dapat ia keluarkan. Lirih hingga samar-samar kalimatnya dapat terdengar. "Aku memiliki kisah yang mungkin lebih menyakitkan dari pada kisahmu bersama Toneri. Kita adalah pihak yang sama-sama pernah terluka. Apa tanpa penjelasan dan fakta dariku kau akan percaya begitu saja dengan semua ini?"

Hinata diam membatu walau ada yang menariknya untuk berhambur memeluk sang terkasih. Tak dapat dipungkiri, hatinya mulai sedikit terbuka dengan apa yang Naruto katakan.

"Naruto-kun, sudahlah aku ada di sini..."

Tidak... Naruto tak ingin mendengar suara wanita iblis itu. Sudah cukup masa lalu mengantarkannya pada rasa sakit mendalam. Ia tak mau Saara kembali berulah hingga membuat Hinata termakan dengan hal ini.

"Kau dulu wanita baik dan sangat pengertian padaku. Harus kuakui, peranmu begitu penting dalam hidupku..." ia menunduk dalam. Hidungnya terus saja mengucurkan darah akibat pukulan telak Toneri yang memanfaatkan situasi seperti sekarang ini. "Tapi 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untukku bisa melupakanmu. Apa yang kau bayangkan ketika aku sebagai lelaki, melihat orang yang kusayangi dihamili pria lain?"

Pancaran shapire itu beralih. Ia tatap si manis yang sangat dicintainya itu dengan seulas senyum tulus. Hinata terlihat kacau dengan keraguan yang terpancar dari manik lavendernya.

Di sisi lain, Saara mulai kehilangan akal untuk melanjutkan rencana. Bibirnya bergetar meski hanya untuk menguntai kalimat.

"Naruto-kun aku ha-hanya,"

"Tidak ada toleransi untuk wanita sepertimu, Saara..."

Bibir Saara terkatup dengan ingatan masa lalu yang mulai melintas. Sejujurnya ia tak mengerti, kenapa harus menjadi sejahat ini hanya demi pria. Bahkan tanpa ia sadari, Naruto kembali menjadi korban akan kebodohannya.

Di sisi lain, Toneri cukup tahu kondisi tidak memungkinkan untuknya berkilah. Ia harus sesegera mungkin membawa Hinata sebelum semuanya sia-sia.

Ia menatap Saara yang nampak tidak dapat diajak kerja sama dengan baik. wanita itu seolah melupakan perannya di sini. Entah kenapa otaknya buntu tidak satu pun cara agar membuat rencana ini kembali berjalan.

"Apa kau akan terus di sini?" tak ragu ia belai pipi gembul Hinata yang kini sembab memerah. Tatapannya cukup memuja melihat betapa Hinata terlihat sangat cantik. "Jika kau terus melihat, hanya akan ada luka yang datang. Biarkan Naruto dan wanita itu menyelesaikan masalah mereka. Aku ingin kau tenang, dan mulailah membuka hati untukku lagi..."

Dari arah dekat, Naruto mendengus geli mendengar pernyataan Toneri. Ia mulai paham, di sini Toneri terlibat. Ada beberapa hal mencurigakan yang mulai dipahaminya. Ia bersumpah akan membuat Hinata percaya akan sebuah kebenaran.

"Toneri..."

Suara Naruto menginstrupsi, namanya menjadi objek di sini. Toneri hanya merespon dengan tatapan penuh tanda tanya.

Let's Play and Finish, OK! ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ