Chapter Five

27.3K 1.5K 30
                                    

Keesokan harinya Denish bangun pagi-pagi, dia membuka matanya dan sadar kalau dia tak berada di kamarnya melainkan di kamar Andrew. Dia melihat ke sampingnya, Andrew masih terlelap sambil memeluknya. Denish tersenyum miris melihat Andrew seperti ini. Dia sangat tahu perasaan Andrew, tumbuh besar menjadi anak yang pintar tapi kurang sekali perhatian. Dan yang membuatnya salut pada anak ini adalah meskipun dia kurang perhatian tapi dia tidak pernah menjadi anak yang nakal. Dia membangunkan Andrew dengan hati-hati.

"Tuan mudah bangunlah!" Denish mengguncangkan pelan bahu Andrew.

"Ehm." Erang Andrew sambil menggeliat pelan, dia tidak bangun dan malah mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

"Tuan muda ayo bangun! nanti nyonya datang dan membangunkanmu dengan caranya yang aneh!" bujuk Denish sambil menggoyangkan bahu Andrew pelan.

"Paman, sebentar lagi saja aku masih ngantuk." Jawab Andrew kemudian melanjutkan kembali tidurnya.

"Ayolah tuan muda, nanti nyonya akan marah padamu!" Denish kembali membujuk Andrew.

"Iya.... Iya.... Aku bangun! Paman tahu, paman sama cerewetnya dengan Ryuzaki!" Ujar Andrew sambil mendudukan dirinya diatas kasur.

"Benarkah?" tanya Denish tidak percaya.

"Benar paman, tapi dia lebih cerewet!" jawab Andrew terkekeh mengingat sikap cerewet sahabatnya itu.

"Siapa yang kau bilang cerewet hah?" tanya Ryuzaki kesal, entah sejak kapan dia ada di depan pintu kamar Andrew. Sepertinya dia menguping semua percakapan Andrew dan Denish karena itu dia kesal.

"Tidak! Aku tidak bilang apa-apa! ya sudah aku mau mandi dulu!" elak Andrew sambil beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Setelah Andrew selesai mandi dia ganti baju dengan seragam dan menyiapkan segala perlengkapan sekolahnya. Setelah semua siap dia keluar dari kamarnya lalu pergi ke ruang makan, saat sedang berjalan dia baru sadar kalau kakinya tak sesakit kemarin bahkan sakitnya hampir tak terasa.

"Akhirnya kau sudah siap juga, apa kau mau terlambat ke sekolah?" tanya Oma Maria kesal, cucunya itu selalu saja sulit bangun.

"Tidak Oma, lagi pula akukan sudah siap jadi kenapa Oma mengomel!" jawab Andrew kesal karena Oma Maria mengomelinya pagi-pagi seperti ini.

"Sudahlah Andrew jangan bertengkar dengan Oma mu lebih baik kau cepat sarapan nanti terlambat." Lerai Haruka, mereka berdua itu jika tidak lerai akan terus bertengkar. Oma Maria akan terus mengomeli Andrew, dan Andrew akan terus menjawab karena kesal diomeli oleh Omanya. Tapi meskipun begitu, mereka tidak saling membenci. Justru itulah cara mereka memperlihatkan kedekatan mereka.

"Iya, bi." Andrew patuh, dia kemudian duduk di salah satu kursi lalu memakan sarapannya. Setelah dia sarapannya habis Andrew diantar ke sekolah oleh Denish. Diikuti mobil Ryuzaki dibelakangnya, sesampainya di sekolah semua siswa disana kaget melihat kedatangan Andrew yang tak biasanya. Dan juga kedatangan Ryuzaki yang tiba-tiba memakai mobil sport berwarna hijau, dan ketika kedua orang itu keluar dari mobil masing-masing mereka terus melihat Andrew dan Ryuzaki. Kali ini bukan karena kekagetan mereka tapi wajah mereka tampan, apalagi di tambah Andrew dan Ryuzaki yang tidak langsung masuk ke kelas. Ryuzaki memang bersama Andrew tapi di samping mobil Andrew tepatnya di bagian supir sebab mereka sedang bicara dengan Denish.

"Paman terimakasih!" Ujar Andrew

"Iya, nanti kalau pulang telpon paman saja. Paman akan segera ke sini." Kata Denish, Andrew hanya mengangguk mengiyakan perkataan Denish.

"Sepertinya tak perlu paman, biar nanti pulangnya bersamaku saja aku yakin paman pasti akan mendapat banyak tugas dari Oma selama paman disini." Sela Ryuzaki.

Magic TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang