Chapter One

48.9K 3K 134
                                    



Malam itu suasana sangat sepi bulan tampak mulai tertutupi oleh bumi sehingga cahaya dari matahari tidak dipantulkan oleh bulan. Di sebuah rumah tampaklah beberapa orang yang sedang menunggu sesuatu dengan gusar. Sementara itu disebuah kamar dirumah itu tampaklah seorang wanita yang sedang berjuang untuk melahirkan anaknya. Sang Tabib yang menanganinya terus memberi arahan pada sang wanita agar terus mengatur napasnya.

"Nyonya ayo tinggal sedikit lagi." Kata sang tabib, sang wanita terus berusaha mengatur napasnya. Dan terus berjuang mengeluarkan anak yang dikandungnya. Sementara itu diluar bulan semakin tertutup oleh bumi, semakin lama cahaya bulan semakin redup dan akhirnya tertutup sempurna oleh bumi dan disaat itulah terdengar suara tangisan bayi.

"Selamat Nyonya bayi anda laki-laki dan dia sangat tampan." Kata Sang tabib sambil menggendong bayi yang baru saja lahir tersebut.

"Bolehkah aku melihatnya?" tanya wanita itu.

"Baiklah Nyonya." Kata tabib itu. Tapi belum sempat sang wanita melihat bayinya perutnya kembali mulas karena ingin melahirkan kembali. Sang tabib pun dengan cepat menyerahkan bayi itu kepada asistennya. Dan kembali memberi arahan kepada sang wanita untuk mengatur nafasnya seperti tadi. Diluar bulan mulai kembali menampakkan cahayanya walaupun baru sedikit tapi lama kelamaan cahaya itu semakin bertambah sampai akhirnya bulan kembali bercahaya dengan sempurna dan di saat itu pula tangisan kedua dari bayi yang dilahirkan oleh wanita itu terdengar. Sang tabib menggendong bayi itu lalu mendekatkannya pada kembarannya yang 15 menit lebih cepat terlahir kedunia daripada adiknya. Tapi saat kedua bayi itu didekatkan, cahaya muncul dari kedua bayi itu. Cahaya yang cukup menyilaukan dan membuat yang melihatnya takjub. Sang tabibpun terkejut dengan yanng baru saja dialaminya, sementara ibu dari kedua bayi tersebut tertidur karena kelelahan.

"Cahaya apa itu?" tanya seorang pria yang tiba-tiba masuk ke kamar yang dijadikan ruang bersalin dadakan tersebut.

"Ampun panglima, itu adalah cahaya dari kedua putera anda." Kata sang tabib menunduk takut, bagaimana tidak? Orang yang dia hadapi adalah seorang panglima tinggi di kerajaannya.

"Benarkah, bagaimana mungkin?" tanya sang Panglima panik, dia takut terjadi sesuatu dengan anaknya.

"Sepertinya kedua putera anda memang terlahir untuk sesuatu yang hebat Panglima, karena seumur hidup saya baru kali ini saya membantu orang melahirkan dan bayinya mengeluarkan cahaya yang menakjubkan seperti tadi!" Jelas sang tabib memberanikan diri menjawab perkataan sang Panglima.

"Sepertinya kau benar tabibku." Jawab Panglima ada nada khawatir di dalam perkataannya itu. Karena jika benar anak-anaknya terlahir untuk sesuatu yang hebat, maka bahaya yang hebat juga akan menyertai anaknya. Dan sebagai orangtua, dia khawatir akan hal tersebut.

Sang tabib, meminta Panglima untuk keluar karena dia akan memandikan terlebih dahulu kedua anak Panglima. Setelah sang panglima keluar, tabib itupun memandikan kedua bayi tersebut, sang tabib terkesima dengan keajaiban yang dimiliki oleh kedua bayi tersebut. Ketika dimandikan keduanya masih saja mengeluarkan cahaya, walaupun akhirnya cahaya itu meredup mulai dari kepala kaki badan dan terakhir ditangan kanan kedua bayi tersebut. Sang tabib memperhatikan kedua tangan kanan bayi itu, bayi yang lahir pertamakali memiliki sebuah tanda seperti tato yang membentuk matahari warnanya berwarna orange terang. Sementara sang adik memiliki tato bergambar bulan dengan warna kuning gading dan disisi-sisinya terdapat lingkaran berwarna biru. Merupakan tanda yang indah pikir tabib itu, setelah selesai memandikan sang tabib membawa kedua bayi itu kepada Ayah mereka yaitu sang panglima. Panglima menggendong salah satu dari bayi itu sementara yang satunya digendong oleh seorang lelaki yang merupakan teman dekat dari sang panglima.

Magic TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang