Bagian Enam | Impian Keisya

35.3K 3.2K 76
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Jum'at 12 Juni 2020
Republish: Kamis, 03 Maret 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Bagian 6 | Impian Keisya

()()()

Keisya merenung, matanya menatap indahnya senja sembari menunggu azan magrib berkumandang. Wanita itu bersedekap dada dan memandang langit bewarna oranye dari balkon kamar. Zaid dan Berlian tadi izin membeli batagor di depan komplek. Keisya menghela napas, masih tidak menyangka dengan hidupnya sekarang. Bisa hidup jauh dari pondok pesantren yang telah membesarkannya dengan ilmu agama. Namun, di saat dewasa Keisya tidak lagi bisa berbakti di sana karena memilih pergi.

Sekarang status Keisya sudah berubah semenjak lima tahun yang lalu ketika seorang pria mengucapkan qabul untuk dirinya. Sejenak Keisya kembali mengingat sang sahabat kecil yang juga sudah berumah tangga. Sahabat yang sampai saat ini masih belum berani untuk dia temui ataupun hubungi padahal dulu keduanya pernah berjanji akan tetap menjalin hubungan baik dan menceritakan apa yang terjadi di rumah tangga masing-masing. Berjanji akan saling mengenalkan putra dan putri mereka agar mereka juga menjadi sahabat seperti mereka. Namun, itu semua hanya menjadi impian indah yang tak pernah menjadi nyata. Impian yang masih tersimpan rapi dalam ingatan tetapi tidak menjadi kenyataan. Andai saja lima tahun lalu, Zaid tidak gila dalam mencintai Afsheen —sahabatnya— atau dirinya tidak berbuat nekad karena cemburu, mungkin hubungan mereka masih sebaik dulu.

Selain itu, impian yang paling Keisya ingat adalah 'malam romantis' yang sudah mereka rencanakan. Malam romantis yang berbeda dengan pemikiran wanita lain. Keisya tersenyum perih disertai air mata yang juga ikut jatuh membasahi pipinya. Dia teringat percakapan mereka sekitar sepuluh tahun yang lalu dengan sang sahabat.

"Kei, kalau kita nikah kita harus ngelakuin malam romantis sama suami kita nanti." Afsheen yang waktu itu masih berusia 16 tahun berucap.

"Oh malam romantis yang itu, kan?" Keisya menjawab. Gadis cantik yang tadi sedang memasukkan baju ke lemarinya menghampiri sang sahabat yang duduk di atas kasur.

"Kira-kira jodoh aku siapa ya, Af? Kalau kamu  mungkin bakalan nikah sama Kak Zaid, kalau aku sama siapa, ya? Aku pengen dapet yang kayak Kak Zaid juga, tapi minus sikap dinginnya." Keisya berbicara sambil membayangkan sosok suami masa depannya.

Tanpa sadar Afsheen mengulum senyum dengan pipi yang sudah merona. Muhammad Zaid Aska. Nama itu memang sering kali mereka berdua bicarakan. Keisya juga setuju saja jika Zaid dan Afsheen menikah karena dia tahu bahwa Afsheen memang sudah jatuh cinta kepada Zaid semenjak pertama kali bertemu.

"Kamu mah! Gak mungkin Kak Zaid suka aku, kan?"

Keisya menoleh menatap Afsheen yang tersenyum malu-malu. Keisya merangkul sang sahabat akrab, bagi Keisya Afsheen sudah seperti adiknya sendiri walaupun mereka seumuran hanya saja sikap Keisya lebih dewasa.

"Gak peduli siapa nanti yang bakalan jadi jodoh kita. Yang penting kita selalu bersama dan malam romantis itu harus dilakukan!!" Keisya berucap tegas.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang