CHAPTER 5

49 3 0
                                    

                                ***
                                  •
                                  •
                                  •

Semenjak beberapa hari setelah kejadian na'as itu. Mas Dafa seperti selalu berusaha menghindar dengan Aku.

Contohnya saat makan malam. Apa-apaan coba dia menolak makan bersama dengan alasan lagi gak nafsu ngunyah or nyapek.

Tidak logis.

Terus saat berpapasan dengan aku, pasti dia menjauh dengan memberi jarak 2 meter lebih.

Plis deh.

Penghuni rumah ini terbebas dari Virus yang lagi viral.

Naudzubilah jangan sampai kena.

Yang bikin herannya tuh, pasti aja si Masnya nanyain terus sama ibu.

' Liat Leha gak bu?'

' Lehanya dimana bu?'

' Kok Leha gak lewat-lewat sini sih bu?'

' Leha sakit?'

' Tolong panggilin Leha, closet di toilet saya mampet'

Tolong.

Permintaan yang terakhir itu bukan tugas saya.

Tapi, tugasnya kang sedot WC.

Heran deh.

Sama bujang lapuk itu. Apa dia berasa jadi perawan ting-ting yang takut digoda.

Yasudah.

Kita cuekin balik.

Pas banget si Mas ada di garasi dekat teras.

Aku berjalan dengan santai tanpa menyapa.

Mau beli sayur di kang sayur.

Yakali di kang yakul.

" Disini orang lho bukan tulul." si Mas nyeletuk.

Abaikan.

" Oh, balas dendam."

Abaikan.

" Saya hanya bercanda lho yang kemarin itu."

Abaikan.

" Kenapa kamu malah membalas saya. Bukannya merayu atau bermanis-manis?"

Abaikan.

" Padahal meskipun bukan tuyul, tapi penghasilan saya melebihi dia."

Hm. Godaan.

Masih abaikan.

" Apakah kamu tidak sudi jadi pengurus tuyul ini dan mendapat rupiah melimpah?"

Oke. Gak kuat godaanya.

Aku berbalik dan berjalan ke arahnya.

" Mas apa-apaan kalau ketemu saya selalu menghindar. Kaya saya kena virus aja. Kita disini sama-sama steril yah mas." ucapku sewot.

" Namanya juga bercanda."

Ngeles aja.

" Bercandaannya gak lucu." ucapku sambil mendelik.

" Maaf deh. Sekarang kamu mau kemana?"

" Mau ketemu gebetan di depan tuh." ucapku sambil menunjuk keluar gerbang.

Tempat kang sayur.

Mas Dafa mendelik tidak suka. " Kan sudah dibuat perjanjian bahwa kamu tidak akan bertemu dengan gebetan lagi. Selama fasilitas saya kasih ke kamu." ucapnya protes.

" Pengingat aja nih Mas. Bulan sekarang belum ada uang bulanan yang diterima Leha. Si Mas sih sibuk menghindar terus. Jadi, lupakan Masnya. Artinya perjanjian di pending bukan batal." ucapku bernegosiasi

Takut hangus dong uangnya.

" Pokonya jangan ketemu gebetan kamu. Sekarang juga saya kasih 2x lipat buat kamu." ucap Mas Dafa sambil berusaha menarik tanganku.

" Gabisa dong mas. Kuota bulan ini saya dibayarin sama dia. Kalau mau, ayo mas bayar sendiri ke dia bareng saya. Dia suka maksa kalau lewat handphone doang." ucapku dramatis.

Emang bener.

Mang sayurnya udah nunggu.

Kalau habis bahan-bahannya kan berabe.

Sepertinya Mas Dafa terpancing. Buktinya kedua kupingnya memerah sampai leher. Ditambah kedua tangannya yang terkepal.

"Mana!Biar saya samperin tuh orang."

" Sini mas ikutin saya."

Mas Dafa mengekor dibelakang. Mulutnya tanpa henti mengoceh menyumpah serapah siapapun gebetanku itu.

Gimana yah reaksinya kalau tau aku bo'ong.

" Yang mana orangnya, Leha?" ucap Mas Dafa. Gelagatnya dia sudah seperti anak yang mau tawuran. Kan gawat

" Disini mas..." ucapku saat sudah di tempat Kang sayur. Mas Dafa Menyerngit bingung.

" Disini, saya mau ketemu Amang sayur. Mau belanja. Hehehe." ucapku sambil cengengesan.

Yasaalam.

Dikepala Mas Dafa tambah ada tanduk dua lagi.

" Saya benar-benar marah, Leha..." ucap Mas Dafa rendah sambil menggeram.

Gak perlu diperjelas.

Udah jelas.

Aku abaikan dulu.

Prioritasku membeli sayur dulu.

" 55 ribu yah mang? Ada diskon gak nih?"

Bernegosiasu dulu lah.

" Lah gak ada Neng, bonus sepotong semangka aja noh. Ambil satu aja yak!"

" Okeee."

Aku ambil semangkanya. Lumayan untuk meredakan hawa panas yang ditimbulkan dari si Mas nih.

" Saya kaya ghaib, diabaikan mulu dari tadi."

Waduh. Datar banget suaranya.

Kubuang semangkanya setelah habis. Lalu fokusku sepenuhnya kepada Mas Dafa.

" Ngambek nih."

"..."

Kutengok wajah orang disampingku. Dingin banget. Sepertinya hanya ini cara yang ampuh.

Tanganku merayap secara perlakan ke tangannya. Saat tangan kami bersentuhan sedikit, dia hanya melirik. Kugerakan lagi tanganku memasukan jari-jariku kedalam jari tangannya. Saat tangan kami sudah bergandengan ku tengok wajahnya lagi

Lah, langsung mesem-mesem gitu.

Mana tanganku semakin dipegang erat.

Takut gamau dilepasin lagi nih.

Ah, resiko lah.

Saat kami sudah didalam rumah. " Katanya ngambek. Tolong dilepas dulu tangan sayanya. Mau masak dulu. Dipegangnya jangan terlalu erat. Plis." ucapku.

Sontak membuat Mas Dafa melirik tangan kami sekilas tetapi tidak langsung dilepas.

" Ada yang gak rela nih. Prikitiw." ucapku yang membuat tangan Mas Dafa perlahan melepas dengan pandangan tak rela.

Langsung membuang muka dan berjalan ke arah kamarnya.

Nasib anak perawat mah gitu kali yah.

Leha herman.

*********************************

Gimana guys?

Berasa pendek gak?

Saya memtok sampai situ di chapter ini.

Takut gak berfeel kalau dipaksakan.

Yang penting, UWu nya tetep ada.

Hahahaha.

Ketcup jauh hari sini.

😘😘😘

Cewe MatreWhere stories live. Discover now