BAB 07

600 83 76
                                    

"Gue janjian sama Brian di Bolywings hari Sabtu jam 9 malem, Gi. Nama gue Pinkan. Gue ceritanya tau kontak Brian dari temen gue. Pancing dia buat ngaku apa dia punya cewek atau nggak."

Nigi mengembuskan napas pendek, lalu melangkah masuk ke dalam bangunan dengan konsep Bar & Restaurants di depannya. Di sana, Nigi langsung disambut oleh pelayan yang dengan segera mengantarkannya ke meja reservasi. Setelah pelayan itu pergi dan mempersilakan Nigi memilih-milih di buku menu, Nigi lantas mengedarkan pandangannya dan memindai seluruh pasang wajah yang ada di sana.

"Gue mau pesen salted egg chicken wings, Gi. Lo mau pesen apa?" kata Dimi yang sedari tadi mengekor di belakang Nigi. Wajah cowok itu berbinar-binar. Tangannya tak berhenti untuk membolak-balik lembar buku menu di hadapannya.

Nigi memilih untuk mengabaikan pertanyaan Dimi barusan dan menatap cowok itu serius. "Kalau ada apa-apa, gue beneran bisa ngandelin lo kan, Dim?" tanya Nigi harap-harap cemas.

Dimi terdiam. Tidak langsung menjawab.

Jujur, sebenarnya Nigi sudah lebih dulu minta tolong pada Davi untuk mengantar dan menemaninya bertemu Brian malam ini. Namun sayang, lantaran jadwal cowok itu yang kelewat padat melebihi jadwal om-om kantoran di kota-kota, Nigi pun harus merelakan bodyguard yang menjaganya malam ini adalah Dimi—cowok ingusan yang kadang sampai merengek-rengek hanya agar dibelikan permen Milkita di kantin.

Aduh, mengingatnya, Nigi seketika jadi ingin membatalkan misinya saja! Belum cukup Nigi suka ketiban apes kalau sedang melakukan job untuk memenuhi permintaan kliennya, ini dia malah bersama Dimi yang justru menjadi raja sial dari semua orang-orang sial.

"Santai aja kenapa? Tenang. Chill. Lo belum liat aja kan kalo gue lagi berantem gimana?" sahut Dimi akhirnya, dengan wajah tersinggung berat dan tangan bersedekapnya.

"Oooh, Dek Dimi bisa berantem?" cibir Nigi meledek.

"Kakek gue punya padepokan silat. Enggak tau kan lo?"

"Oooh, pinter silat tapi pernah nangis waktu Sejarahnya dapet nilai 4?"

"Wah!!! Gini ya cara main lo, Bocil? Bawa-bawa aib orang segala! Gue tinggalin ya lo nanti! Gak akan gue anterin balik!"

"Kita aja tadi naik Grab Bike, goblok!"

Di tengah-tengah sesi debatnya dengan Dimi, mata Nigi tiba-tiba saja menangkap satu wajah familier yang sejak kemarin selalu ia coba untuk ingat-ingat. Dengan cepat, dikeluarkannya ponsel dari dalam clutch bag, lalu dilihatnya wajah yang terpampang di layar itu dengan kening berkerut-kerut samar.

Dan begitu akhirnya otak Nigi memberi sinyal bahwa kedua wajah yang tengah diperhatikannya secara bergantian itu adalah wajah yang sama, langsung saja ditepuknya tangan Dimi keras, dan dilemparkannya kode pada cowok itu untuk melihat ke arah meja bar di belakang.

"Dim, itu Brian, Dim," kata Nigi mulai heboh.

Dimi yang tadinya masih mengoceh pun langsung berhenti. Cowok itu kemudian menoleh, mengikuti ke mana arah pandang Nigi tertuju dan spontan berkomentar.

"Kepalanya beneran botak, Gi?"

"Gak tau! Di foto sih ada rambutnya!"

"Asli lo mau nemuin dia?"

"Emang kenapa?"

"Gue mau balik aja ah."

"Sialan! Lo bilang kakek lo punya padepokan silat!"

"Kagak itu mah kakeknya sepupu dari tante pihak ayahnya gue!"

"Brengsek!"

Mendadak saja, seseorang tampak berjalan menghampiri Brian. Mereka berdua terlibat perbincangan yang cukup lama, sampai-sampai Dimi yang tadi berceloteh di depan Nigi kini sudah asik dengan chicken wings sekaligus soju yakult yang tadi sempat dipesannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paper & InkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang