"Anda menyerang saya dengan sihir." Eras menemukan jawaban netral akan pertanyaan Iris. Ia memajukan tubuhnya ke tengah meja. "Setahu saya Lovec adalah negara yang tak diberkahi sihir. Bagaimana anda bisa menggunakan sihir, putri?"

Iris terdiam. Ia tahu hanya dengan sihirlah ia bisa melindungi dirinya. Bagaimana dia menjelaskan kepada Duke Adorien bahwa hanya dialah satu-satunya putri Raja yang memiliki sihir karena terlahir dari ibu yang seorang selir yang awalnya adalah seorang penyihir? Ibu Iris meninggal saat melahirkan Iris dan kemampuan sihir itu langsung berpindah kepada Iris. Ayahnya, Raja Lovec, menyembunyikan kekuatan sihir Iris selama ini karena tak ingin Iris dituduh sebagai penyihir.

Eras menyadari keengganan Iris menjelaskan tentang sihir yang dimiliki gadis itu. Dia tidak akan menekan Iris soal itu sekarang. Yang harus dilakukannya saat ini adalah membuat Iris yakin bahwa Eras takkan membunuh Iris.

"Lupakan pertanyaan saya." Eras berkata tenang. Ia kembali menyeruput tehnya dan menatap Iris. "Jika Kaisar tahu saya membiarkan salah satu keturunan Raja Lovec masih hidup, apakah anda tahu bagaimana dengan nasib anda?"

Ini saatnya, pikir Iris kecut. Saat menyadari bahwa ia masih hidup, Iris bertekad bahwa dia harus tetap hidup. Itulah mengapa dia sudah bersiap dengan sihir untuk menyerang Duke Adorien. "Saya..." Iris membuka telapak tangannya, perlahan aura sihirnya mulai merangkak naik dan...

"Jangan menyerang saya dengan sihir."

Iris terkejut saat tanpa disadari, Duke Adorien sudah bergerak dari duduknya dan menangkap tangan Iris yang berada di bawah meja. Tubuh besar pria itu tepat di depan Iris, setengah membungkuk dan sepasang mata merahnya menatap Iris dengan penasaran alih-alih beringas. "Yang Mulia..."

Eras tersenyum miring. Ia menggenggam pergelangan tangan Iris, tidak terlalu kuat tetapi Iris tahu ia tak memiliki kekuatan untuk menepis tangan yang besar dan kokoh itu. "Di sini tak ada yang ingin membunuh anda putri." Pelan, Eras melepaskan pegangan tangannya pada Iris. Ia berdiri tegak dan menjulang. "Justru saya akan memberikan tawaran kepada anda."

Jantung Iris berdebar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jantung Iris berdebar. Duke Adorien kembali ke kursinya dan duduk kembali dengan tenang. Pergelangan tangan bekas dipegang pria itu terasa panas dan Iris mengusap itu dengan pelan. "Tawaran?"

"Pernikahan kontrak." Eras mengucapkan itu dengan santai. Jelas-jelas ia melihat Iris melongo. "Menikahlah dengan saya dan saya akan menjamin keselamatan anda. Kita akan membuat kesepakatan."

****

Iris terpaku mendengar tawaran Duke Adorien. Menikah? Menikah kontrak dengan pria ini? Bagaimana seharusnya reaksi Iris? Jika melihat situasi yang ada, posisi Iris sama sekali tidak memungkinkan hidup dengan aman sejak ia berada di kekaisaran Agrynnor dan sepertinya posisi Duke Adorien sangat kuat di kekaisaran. Jika tidak tak mungkin pria itu memiliki wilayah terluas di Agrynnor –Iris mempelajari tentang Agrynnor dari gurunya dan Adorien adalah wilayah terluas- istana yang megah dan memimpin langsung medan perang. Seorang Duke memiliki pengaruh yang kuat dan hanya setingkat di bawah kaisar. Hidup Iris sedang dipertaruhkan. Ia tak memiliki siapapun. Ayahnya telah terbunuh, negaranya hancur dan dia bukanlah seorang pewaris kerajaannya.

REFUSE THE DUKE'S CHARMWhere stories live. Discover now