Chapter 5: Penguntit!

7 3 1
                                    


Amy seperti merasakan Dejavu, dia merasakan hal yang sama persis dengan mimpnya. Selain dari faktanya hari ini memang hari minggu pagi dimana Amy tidak perlu bekerja, Amy memastikan kali ini jika Amy dia sendiri sedang tidak berada di dalam mimpi dengan cara mencubit pipinya, aduh sakit, itu yang dirasakan olehnya.

'Ting Tong! ... Ting Tong! ... Ting Tong!...' suara kencang bel pintu dipencet tanpa hentinya, membuat Amy segera menuju ke arah pintu rumahnya.

'Klik' 'Klik' 'Klik'....'Krek''Krek''Krek', suara pintu yang diunlock dan dibuka secara perlahan-lahan.

Kali ini yang berdiri di depan bukanlah kedua orang tuannya, melainkan seorang pemuda pengantar paket. Ketika menerima paket berwarna hitam keemasan ini, Amy agak ragu membuka paket tersebut. Pertama, karena dia tidak mengenal nama pengirimnya! Kedua, rasa penasaran yang berapi-api memberanikan dirinya untuk membongkar paket tersebut.

Alangkah terkejutnya Amy ketika menemukan foto muka dirinya yang diperlebar seperti pas foto dan dibingkai navy dengan standard frame (8x10 inch), beserta dengan sebuah kartu ucapan di dalamnya.

Sekilas tidak ada yang aneh dengan foto tersebut, namun jika dilihat lebih dekat lagi, Amy barulah sadar bahwa foto itu adalah foto mozaik. Foto yang terbentuk dengan menggabungkan semua foto-foto kecil candid Amy ketika menjalankan rutinitasnya setiap hari bolak-balik kantor. Dia bahkan tidak sadar, kapan dirinya diintai di dalam jangkauan kamera si penguntit. Keringat membasahi kening, bulu kuduknya mulai berdiri, Amy gelisah dan penguntit ini berhasil membuat Amy merinding dengan tindakan jijiknya ini.

Sementara di dalam kartu ucapan, tertulis sebagai berikut:


Dear Amy,

Kemarin di Toscano kamu sangat cantik, apalagi ketika kamu melepaskan heels navy kamu!

Bersabarlah, kita akan berjumpa sebentar lagi, semoga kamu suka hadiahnya!

From your lovely, Mr. X


'Sret...Sret...Sret...!' Amy menarik sebuah kardus besar dari sebuah gudang, di dalam kardus ini berisi berbagai macam paket kiriman lainnya. Amy mulai duduk merenung sejenak di samping kardusnya.

Amy mulai kesal dan berpikir apakah sudah saatnya untuk melaporkan kejadian ini ke polisi. Sejauh ini si penguntit masih sebatas gangguan berupa kiriman paket menjijikan dan belum sampai melakukan sesuatu yang membahayakan Amy, lalu apakah polisi akan menanggapi kasus Amy dengan serius. Jika dibandingkan dengan puluhan tindakan kriminal lain yang terjadi, seperti pembunuhan maupun pembobolan rumah tetanga, semua itu jauh lebih mendesak dibandingkan kasus penguntit Amy.

Sembari fokus kembali menatap kardus besar yang ada di sampingnya, di dalam kardus tersebut tertumpuk puluhan surat cinta dan foto candid Amy, kemudian ada cokelat permen yang belum dibuka segelnya sama sekali, bunga yang sudah layu, kiriman boneka Barbie hingga boneka voodoo yang tertusuk jarum. Sudah sebulan lebih Amy terganggu oleh kehadiran si penguntit, setidaknya dalam seminggu pasti akan ada 2(dua)-3(tiga) paket rutin yang dikirimkan ke Amy dan paket yang diterima semuanya berakhir di dalam kardus ini.

'Bruk.. Bruk.. Bruk.. !' Amy tanpa ragu membuang paket yang diterimanya hari ini di dalam kardus besar itu dan kemudian mendorong kembali kardus tersebut ke area gudang.

.

Sejenak Amy teringat kembali dengan mimpi buruknya pagi ini, di lain hal perasaannya bercampur senang dan sedih. Tentu saja tidak ada senang dengan cara mati yang terbakar hidup-hidup bukan? Namun jika mimpinya adalah sebuah kenyataan, Amy juga senang karena setidaknya dia bisa bertemu kembali dengan kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Amy sudah meninggal 20 (dua puluh) tahun yang lalu yang disebabkan oleh insiden kebakaran rumah. Saat itu Amy masih berumur 9 tahun, dia juga tidak pernah ingat mengapa dia bisa selamat dari insiden tersebut. 

The Darkest SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang