Teen

88 3 0
                                    

Senja berlari di koridor sepi rumah sakit itu, batre hp nya low. Jika saja gadis sialan itu tidak membohonginya, ini semua tidak akan terjadi. Berkali-kali pria tampan itu menyeka air matanya, ia sangat merasa tak bisa menjaga kekasihnya bahkan setelah papahnya Rindu mempercayainya.

Didepan ruang rawat Rindu, Senja seakan mati rasa untuk memasuki ruangan dimana gadisnya terkapar tak berdaya. Senja melihat didalam sana terdapat papa dan mamanya yang sedang menjaga Rindu.

Sampai akhirnya..

"Sini lo!"

Bughh...

Bugh..

Bugh...

Senja yang mendapat serangan tiba-tiba dari Feri pun meringis tak tertahan. Ia mengusap darah segar yang mengalir di bibirnya.

"Lo kemana saat dia sekarat bego! Lo dengan enaknya berduaan sama cewek yang baru lo kenal? Sedangkan Rindu? Cewek lo! Dia pulang sendiri, mana yang katanya Senja selalu sayang Rindu,Senja selalu menjaga Rindu?MANA!!?? Ja, gue fikir setelah gue ngelepasin Rindu buat lo, lo bakal mikir,bakal lebih ngejaga Rindu bukan malah ninggalin dia di sekolah!" Suara Feri menggebu-gebu, untung saja malam ini tidak terlalu ramai.

Senja menatap Feri datar.

"Lo gak tau apa-apa!"

"Apa yang gue gak tau Senja? Lo nganterin Rara karna dia pingsan gara-gara lo? Lo rela ninggalin cewek lo pulang sendiri demi cewek lain? Lo gak nyoba nungguin Rindu keluar? Lagipula dia gak akan mati karna nunggu Rindu keluar kelas. Gue heran sama lo, apa yang lo sukai dari Rara? Kalo dibandingin sama Rindu,bedanya jauh! Lo gak mikir emang? Nyari yang kaya gimana lagi sih Ja!" Teriak Feri frustasi.

"Gue gak bermaksud. Dan gue gak suka sama Rara."

Feri mendelik. Ia duduk di kursi tunggu, tak lama suara berat membuat keduanya menoleh.

"Ada apa ribut-ribut?"

Ah ,papanya Rindu.

Keduanya diam.

"Kalian ingin menjenguk Rindu?"

"Iya Om." Balas keduanya.

"Besok saja. Ini sudah malam, lebih baik kalian beristirahat. Terutama Feri, terimakasih dari tadi sudah menemani istri saya ya."

"Iya om sama-sama. Kalau gitu Feri pamit ya, kalo ada apa-apa hubungi Feri."

Feri pergi setelah mendapat anggukkan dari Papanya Rindu.

Senja diam dengan kepala menunduk.

"Pulanglah Senja, besok saja jika ingin menjenguk putri saya."

"Tapi Om sa-"

"Senja! Saya peringatkan sekali lagi,jika kamu masih mau saya restui hubungan kalian, pulang sekarang. Lagipula ini sudah jam 10 malam, Rindu butuh istirahat yang banyak." Setelah mengucapkan itu, Papa Rindu pergi dihadapan Senja yang mematung di tempat. Baiklah ia akan pulang sekarang.

___

Siang ini sesudah pulang dari sekolah, Senja dan Elsa sudah berada di ruang inap Rindu. Rindu belum melewati masa koma nya, sudah satu minggu ini Rindu hanya bisa hidup dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya. 

Elsa yang mengerti ia pun angkat bicara, "Ja, gue ke kantin dulu ya. Kalo ada apa-apa hubungin gue."

Senja hanya membalas ucapan Elsa dengan anggukkan, entahlah Senja malas berbicara akhir-akhir ini. Tak terasa ia menitikan air matanya saat melihat mata Rindu berair, diusap pipi lembut milik Rindu dengan pelan, lalu ia mengecup bibir dan dahi yang dibaluti perban.

"Aku kangen kamu sayang." Ucapnya dengan suara serak.

"Aku minta maaf, aku gagal jaga kamu."

"Aku udah jauhin Rara, dan gak akan pernah dia gangguin aku lagi."

Lagi-lagi, Senja tak mendapat balasan.

"Bangun sayang... Aku mohon." Senja berbicara dengan pelan dan sedikit isakan.

Saat Senja mengabari bundanya, bundanya pun marah besar kepadanya.
Bahkan Ria menangis saat melihat calon menantunya terbaring dengan keadaan yang sangat lemah.

"Bang.." tiba-tiba suara pelan Raina terdengar di sisi kanan Senja.

Senja menoleh,seperti bertanya 'ada apa?'

"Katanya suruh keluar dulu, semuanya lagi ngobrol di depan." Sahutnya pelan, Raina tau kakaknya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Baiklah." Senja berjalan lebih dulu.

Raina belum keluar, ia mengusap lengan pucat milik Rindu.

"Kak Rindu cepet bangun ya kak, disini banyak yang sayang sama kakak, banyak yang nungguin kakak pulih,termasuk Bang Senja. Bang Senja rindu kakak, Raina pun juga." Raina menitikan air matanya,ia membenarkan selimut di atas tubuh Rindu, setelah itu ia keluar.

Ternyata di depan sudah ada Elsa, Ria,Hendra,Aryanti,Raina,Senja dan dokter yang menangani Rindu.

"Sudah satu minggu ini pasien tidak ada peningkatan, bahkan bisa dibilang menurun. Pasien hanya hidup dengan alat-alat medis. Saya hanya menjalani tugas saya dengan sebaik mungkin,tapi kekuasaan tetap ditangan tuhan, Bu Aryanti dan Pak Hendra bagaimana?" Kata dokter Irman.

"Saya ingin membawa anak saya keluar negri,agar mendapatkan penangan yang lebih dari ini." Ucapan Hendra bagaikan petir yang menyambar di siang hari bagi Senja. Aryanti menangis di pelukan Elsa. Ria mengusap bahu Senja yang terlihat murung.

"Baiklah jika itu keinginan Bapak, saya akan membuatkan surat rujukannya."

Saat dokter itu pergi, Hendra menatap Senja.

"Ikhlaskan Rindu, Senja. Ini demi kesembuhan dia. Jika kamu ingin menjenguknya, kabari saya. Rindu akan saya bawa ke Singapur, dan maaf. Sepertinya saya dan keluarga akan tinggal disana beberapa tahun. Atau mungkin menetap."

"O-Om.."

"Maaf Senja, tapi jika kamu mencintai anak saya, kamu pasti akan menemani masa sulitnya, kamu pasti akan menunggunya."

"Saya doakan semoga Rindu disana bisa cepat pulih." Timpal Ria.

Aryanti memeluk Ria, "terimakasih Jeng."

Ria tersenyum dan mengusap bahu calon besannya dengan lembut. Semuanya bersedih,bersedih atas kejadian ini.

Raina hanya berdoa semoga kesedihan ini cepat beeakhir dengan bahagia.











To be continue.

Senja Dan Rindu #NUBARYOU&I - ONE SHOOT! (TAMAT✓)Where stories live. Discover now