6. Mimpi

486 45 19
                                    

Sebentar lagi matahari akan ditelan malam. Beruntung Zenitsu sampai ke rumah tepat waktu. Padahal kakinya sendiri masih pincang.

"Aku pulang"

Disana, tiba-tiba saja sebuah pedang telah meluncur kebawah kaki Zenitsu. Terlihat juga seorang pria berdiri dihadapannya.

Alasan tertentu tidak muncul dari bibir halus si pria berambut hitam panjang dihadapan Zenitsu itu, melainkan dirinya langsung ingin menantang Zenitsu.

"Angkat katana itu dan bertarunglah!"

"Ta..tapi ayah-"

"Ayah bilang bertarung!"

Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh Zenitsu saat ini. Yang Kojuro inginkan hanyalah melatih ketangkasan dan kekuatan Zenitsu, anaknya.

Pertama, tangan remaja berhaori kuning itu mengepal- Zenitsu bungkam saat sorot matanya menangkap senjata tajam berukuran panjang itu.

"Aku tidak bisa bertarung" gemetar Zenitsu

Kojuro bergegas menghampiri Zenitsu dalam waktu beberapa detik. Ketika berhadapan langsung, salah satu tangan Kojuro meluncurkan tamparan ke arah pipi Zenitsu.

"Dasar lemah!"

Zenitsu menahan rasa sakit di pipinya.

"Tidak, bukan itu ayah"

"Cih, kamu selalu banyak alasan, apalagi sekarang kondisimu sedang tidak baik. Apa kamu menggunakan alasan ini juga?"

"Aku belum bilang apapun ayah"

"Nah kalau begitu tunjukkan saja kemarahanmu!"

"Tidak! Aku masih tidak bisaaa!!"

Hiks...hikss..hiks...

"Aku mohon jangan paksa aku ayah. Aku tidak sanggup"

Air mata Zenitsu mulai mengalir.

Membuat remaja berambut kuning itu menangis sudah menjadi kebiasaan sang ayah seolah merupakan sebuah bakat.

"Jangan selalu menunjukkan kelemahanmu!"

"Cengeng bukan berarti lemah, tau"

"Jangan banyak bicara. Cepat lawan aku!"

Sekali terkena bentakan, Zenitsu selalu meresponnya dengan ratapan dan sering membuat keluarganya jengkel. Maka dari itu, untuk mempertegaskan lagi, Kojuro mulai menyerang Zenitsu dengan cara menebas salah satu lengan dari Zenitsu, kemudian Kojuro menendang perut putranya sampai terhempas jauh.

"Hiks...hiks...sakit ayah"

"DENGAR, AKU TIDAK SUKA MELIHATMU SELALU MENANGIS! BUKTIKAN BAHWA KAMU ADALAH KSATRIA!!!"

Katana hijau milik Kojuro hampir saja menancap ke bagian dagu Zenitsu. Namun dengam menggunakan rasa belas kasihannya, keputusan Kojuro untuk melukai putranya berubah. Lalu Kojuro pun hanya menyodorkan katana-nya tanpa harus menusuk dagu Zenitsu.

Cihh...

Bola mata itu, merupakan tatapan kemarahan dan kesedihan dari seorang ayah. Dia ingin melatih seberapa besar kekuatan anaknya yang dihasilkan. Ayah, aku mengerti maksudmu. Batin Zenitsu.

BRAAGGG!!

Lagi-lagi Zenitsu terhempas akibat tendangan Kojuro. Kali ini membuat tanah halamannya menjadi berkabut. Badan Zenitsu terbentur ke arah pohon besar di halaman rumah mereka. Tanpa hentinya, Kojuro bersikeras dalam menyadarkan Zenitsu dan terus menyerang putranya agar Zenitsu lekas mengeluarkan kekuatan maksimal dari dalam tubuhnya.

Zenitsu X Nezuko Story [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang