Part 1

36 3 2
                                    

Vote and Coment ya ;)

Biar aku tahu ceritaku menarik atau enggak, dan aku bisa memperbaiki kekurangan :(

jangan lupa baca cuap-cuap author di bagian bawa juga ya ;)

check it out :)











"Dasar anak tidak tahu diuntung! Aku sudah membesarkanmu dengan baik selama ini. Begini balasan mu pada ayahmu hah? Aku hanya meminta uang padamu, apakah sesulit itu untuk memberiku uang?" Seorang lelaki paruh baya sedang menjambak rambut perempuan muda yang sedang terduduk, meringis kesakitan.

"ampun pah. tapi aku benar-benar tidak punya uang." Lelaki tua itu semakin mengereratkan jambakannya.

"berani kamu berbohong? Aku lihat sendiri kemarin kau pulang dengan membawa uang" perempuan itu menangis karena sakit yang teramat pada kulit kepalanya.

"u-uangnya a-ku pa-pakai untuk u-uang seko-lah Jovi" Lelaki itu menghempaskan kasar kepala sang gadis.

"anak sialan itu" pria itu menggeram dan beranjak tapi kaki nya ditahan. Gabriella, nama gadis yang dijambak tadi. Ia memeluk kaki pria yang berstatus ayahnya itu.

"kumohon jangan sakiti Jovi pa. Dia tidak bersalah, Ellie janji akan berikan uang besok. Ellie mohon jangan sakiti Jovi" Pria itu menghempas kuat kakinya, membuat Gabriella terpental cukup kuat.

"awas saja kau sampai tidak membawa uang padaku besok. Ku habisi anak sialan itu" Pria itu keluar dari rumah kecil tempat tinggal mereka sambil menghempas pintu dengan kuat.

"kakk... hiks kakak tidak apa-apa?" lelaki kecil berlari ke arah Gabriella dan memeluk tubuhnya.

"kakak tidak apa-apa, tenanglah, berhenti menangis okay?" Ellie menghapus air mata adik lelakinya itu dan mengusap kepalanya.

"kamu sudah makan? ayo kita pergi makan, kamu harus isi perut agar bisa sekolah dengan baik besok" Ellie menggenggam tangan kecil adiknya dan membawanya keluar rumah.

Gabriella Geraldine, gadis 19 tahun yang harus menghadapi kejamnya kehidupan. Ayahnya seorang pemabuk. Ibunya suka menjadi wanita simpanan lelaki tua dan kaya untuk mendapat uang. Adik perempuannya kelas 2 SMA suka menghambur-hamburkan uang. dan adik kecilnya Jovian Janson kelas 1 SMP. Ayahnya sangat membenci Jovi karena jovi anak hasil hubungan gelap ibunya dengan salah satu lelakinya

Gabriella masih kuliah semester 2 dengan mengandalkan beasiswa. Saat tidak ada jam matkul atau saat masuk matkul pagi Ellie akan bekerja part time di sebuah Kafe dekat kampusnya. Ellie juga bekerja sebagai pelayan di salah satu Bar. Ia harus menghasilkan banyak uang untuk keperluan pribadi dan adiknya Jovian. Belum lagi jika ayah atau saudara perempuannya tiba-tiba meminta uang padanya. Ibunya hanya memberi uang pada saudara perempuannya saja. Beberapa kali memang ibunya memberi uang pada Ellie, tapi ia tolak. ia tak ingin menggunakan uang yang dihasilkan dengan cara tidak benar.

"kamu tetap dikamar ok? Kakak akan pergi bekerja. Kemungkinan besar mereka tidak akan pulang kerumah kecuali Lita, tapi kamu harus tetap waspada ok? Kunci pintu kamarmu. Jangan sampai mereka memukulmu lagi, terutama papa" Jovi mengangguk dan masuk ke kamarnya. Orang tua mereka memang jarang sekali pulang saat malam. hanya adik perempuannya yang pulang setiap hari. tapi mereka harus waspada jika Ayahnya pulang saat malam hari. Itu berarti ayahnya sedang mabuk dan akan semakin kasar.

Ellie mempersiapkan barang-barangnya dan segera pergi ke bar yang cukup jauh dari rumahnya. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke sana dengan bis umum.

Ellie mengganti baju nya dengan seragam yang telah disediakan untuk pelayan. Kemeja putih berlengan pendek agak ketat dengan blazer hitam tanpa lengan serta rok span hitam sepaha. Ellie menguncir rambut sepinggangnya tinggi dan keluar dari ruang ganti.

"kau sudah selesai ganti baju By?" Lelaki muda yang berprofesi sebagai bartender menyapa Ellie. Ellie mengangguk.

"Sudah Nic, ada pesanan yang perlu aku antar?" tanya Ellie. Nicolas mengangguk dan meletakan sebuah minuman warna warni di atas nampan.

"meja 13. berhati-hatilah Gabby, Pria tua itu sangat mesum" Ellie terkekeh, Nicolas selalu memanggilnya Gabby karena merasa nama panggilannya 'Ellie' terlalu kuno dan terdengar tua.

"kurasa hampir semua laki-laki disini mesum, right?" Nicolas ikut terkekeh.

"kecuali aku tentunya" Ellie memasang wajah mengejek dan pergi mengantarkan minuman ke meja 13.

Ellie terus berjalan mondar-mandir dari tadi. Banyak pesanan yang datang dan ia juga masih harus membersihkan meja-meja bekas pelanggan. Hari semakin malam dan pelanggan juga semakin banyak. Beberapa orang menggoda Ellie dan di tepis dengan sopan oleh Ellie. Ellie sudah terbiasa dengan itu. Sudah hampir satu tahun Ellie bekerja di sini. Pada awalnya Ia merasa sangat terganggu, tapi itu konsekuensi yang harus dihadapinya. Gaji pekerjaan ini cukup besar dibanding pekerjaan lain.

"By! ini pesanan meja nomor 13 yang tadi. Dia ingin kamu yang mengantar. Aku punya firasat buruk tentang ini. Be careful ok?" Nicolas lagi-lagi meperingati Ellie dan dibalas anggukan dan senyum menenangkan. Ellie sangat beruntung mempunyai rekan seperti Nicolas. Lelaki 29 tahun itu selalu memperlakukan Ellie seperti adik perempuannya, membuat Ellie nyaman dengannya. Nicolas pernah berkata bahwa ia dulu mempunyai adik perempuan yang meninggal karena kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Jika masih hidup, Adiknya pasti seumuran dengan Gabriella.

Sepertinya firasat Nicolas benar. Salah satu lelaki di meja nomor 13 mejulurkan kakinya sehingga Ellie terjatuh dan minuman yang di bawanya tumpah mengotori baju pria berperut buncit yang dibilang sangat mesum oleh Nicolas tadi

"kau! Dasar jalang kecil, Apa yang sudah kau lakukan hah?" Ellie dengan cepat berdiri dan mengambil sapu tangan di saku blazer nya.

"Maaf tuan. Saya ceroboh karena tidak memperhatikan langkah saya" Ucap Ellie gemetar. Ia mencoba menghapus noda minuman di baju pria itu. Pria tua itu tersenyum mesum. Tangannya terangkat mengelus pinggang dan bokong Ellie. Dengan cepat Ellie mendorong pria itu.

"Berani kau mendorong ku? Dasar tidak tahu diri. Kau harus bertanggung jawab atas jas mahalku ini. Harganya bahkan lebih mahal dari harga dirimu kau tahu!" Pria itu membentak dan menarik tangan Ellie mendekat. Tangannya mengelus wajah gadis mungil yang gemetar ketakutan itu.

" Bagaimana jika kau membayar dengan tubuh mu? Akan ku anggap masalah ini selesai setelah kau malayani ku" Dengan sisa keberaniannya, Ellie menampar wajah pria itu. Ia tak perduli lagi walaupun akan di pecat dari pekerjaannya ini.

"beraninya kau" Ellie memejamkan matanya melihat tangan besar itu akan menamparnya. Sebuah suara lelaki memasuki indra pendengarannya

" Lelaki tidak boleh menyakiti wanita"

.

.

.

.

.

T. B. C

Haloooo....

Aku hadir dengan cerita baru. Maaf banget buat cerita yang belum bisa di lanjutin #emot nangis :(

sebener nya cerita-cerita yang lain udah ada part yang baru, cuma gak tau kenapa ragu aja buat post, eh malah post cerita baru #maafkan authorrrr

cerita ini udah setengah tamat di draf author. Udah sampai konflik walaupun belum konflik utama. dan kalau respon pembacanya bagus, bakal di update setiap minggu. hehehe

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT GAESSSSS

Into HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang