Layak

343 30 1
                                    

Iya kita layak bahagia,
Atas hasil perjuangan kita masing-masing.

“Mbak, mbak gak perlu ikut, biar Ami saja.”

“Loh mbak kan ikut karena niatnya memang mau menemani kamu selama kamu di kota.”

“Ami janji, Ami gak akan lama,
Ami akan jaga diri,
mbak jangan kemana-mana ya,
mbak istirahat dulu mbak.”

“Tapi Ami…”

“Mbak, mbak percaya sama Ami kan,
Ami akan segera pulang.”

“Maaf mbak biar masalah ini aku yang menyelesaikan, sudah cukup.
Jangan ada lagi yang terseret kedalam masalah ku, biar aku yang mencari jawaban atas setiap pertanyaan ini.”-Batin Amira

Amira bergegas menuju tempat itu,
setelah tadi pagi,
ia janjian untuk bertemu disana jam 08:00.

Amira clingak-clinguk di taman itu,
mencoba mengenali tiap orang yang ada disana, namun nihil satu jam sudah Ami menunggu, sosok yang ia tunggu justru tak terlihat sama sekali.
Ia beranjak dari bangku taman itu.

“Permisi.”
Ami coba mengenali laki-laki asing yang berdiri tepat didepannya,
itu bukan orang yang ia harap,
ia juga tidak mengenalnya sama sekali,
lelaki yang mengenakan penutup mulut itu benar-benar asing.

“Ada paket ,
maaf mbak atas keterlambatannya.”
Hanya begitu kemudian ia berlalu pergi.

Sebuah kotak persegi panjang tidak cukup berat, bahkan itu sangat ringan.
Ami membuka kotak itu,
lantas ia justru membuat pengunjung taman lainnya menjatuhkan perhatian kepadanya.

“Astagfirullah.”
Didalam kotak itu ada potret yang ia masih ia ingat,
bidikan itu diambil saat acara layang-layang di kampung Gading.
Disana ada wajahnya beserta kedua anaknya dengan Halim dan serta tak luput pemilik ponsel jelas ikut mengukir senyumnya,
iya siapa lagi jika bukan Zabir.

Yang membuatnya terkejut wajah Zabir di coret dengan tinta merah,
ia mencoba berfikir positif namun ia juga tidak bisa menepis pikiran buruk yang terus berlalu-lalang.

“Kenapa disini wajah Zabir dicoret tinta merah? Sekarang justru Zabir tidak ada kabar.
Apa yang terjadi sama kamu nak?
Maafkan ibu yang menyeret kamu kedalam masalah ini,
maafkan aku mas,
semua kacau.”

Amira bergegas pergi dari taman itu,
air matanya terseret-seret di setiap jalan yang ia lalui.

MENCINTAI ABDI NEGARA [COMPLETED✓]Where stories live. Discover now