12

862 92 1
                                    

Lari

Satu-satunya hal yang bisa Sandra lakukan sekarang. Sedari tadi ia terus memandangi jam di layar ponselnya. Pukul tujuh lebih sepuluh. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Yang artinya sudah jelas,

"Aduh mati gue! Kena bantai pasti habis ini."

Poninya terasa basah dan lengket karena keringat, jantungnya berdebar dua kali lebih kencang, dan ia bahkan bisa merasakan aliran darah pelipisnya. Sandra merasakan kakinya semakin berat, sudah tak sanggup lagi berlari.

Dengan satu tangan membawa tas jinjing sedang tangan lainnya menggenggam ponsel, Sandra berlari menyusuri koridor yang tampak asing baginya, karena memang baru pertama kali cewek itu pergi ke tempat tersebut.

"Tadi kata satpamnya gimana ya?" Sandra berhenti di ujung koridor dekat ruang terbuka hijau, sambil mengamati sekitar. "Lurus apa belok kanan ya?" Bingungnya.

Terasa sebuah tepukan mendarat di pundak sebelah kirinya, yang otomatis membuat cewek itu memasang mode bertahan, dengan...

"AAHH!!" Teriaknya kaget.

Teriakan cewek itu otomatis membuat orang di belakangnya mundur selangkah sambil mengangkat kedua tangannya setinggi dada. "Calm down, Calm down. Gue gak macem-macem kok." Ucapnya.

"Sorry sorry. Tadi refleks aja." Balas cewek itu.

"It's okay. Santai aja, San." Ucap orang itu. "Nama lo Sandra kan?"

Sandra menatap dengan kening berkerut, bagaimana bisa cowok yang di hadapannya itu mengetahui namanya? Padahal ia sendiri tak kenal dengan cowok itu.

"Gue Keenan." Cowok itu mengulurkan tangan kanannya. "Kru video klipnya Nico kemaren, bagian artistik."

Sandra ber-oh mendengar perkataan cowok itu. "Sorry ya gue gak tau."

"Udah, santai aja." Balas Keenan. "Oh iya, lo kesini ngapain? Murid pindahan? Atau panitia buat liga persahabatan?"

"Eh, bukan. Gue kesini karena ada-"

Ehem...

Belum rampung Sandra menyelesaikan kalimat, tiba-tiba muncullah sesosok penampakan yang entah darimana datangnya, kini sudah berdiri di belakang cewek itu dan berdehem di dekat telinganya.

Sandra menghela napas berat. "Iya, tau. Gue telat, jadi udah ya gak usah marah-marah lagi. Mending tenaganya disimpen buat pertandingan ntar." Ucapnya panjang lebar. Ia tak perlu menoleh, karena bisa dipastikan 99,9% sosok yang ada di belakangnya itu ialah,

"Lo ada janji sama Arka?" Tanya Keenan.

Arka mengangkat tangan kanannya, kemudian melingkarkannya di pundak Sandra. "Yoi, men." Ucapnya santai.

"Kalian." Keenan menunjuk dengan tatapan penuh tanya. "Pacaran?"

"Iya."

"Enggak"

Jawab Arka dan Sandra bersamaan, yang dilanjutkan dengan duel-tatapan-maut.

"Oh gue paham." Keenan menyimpulkan. "Friendzone? Atau kakak-adek-zone?" Tebaknya.

Sandra tersenyum kecut. Andai seindah itu, namun nyatanya, hidupnya dan hubungannya dengan Arka tak seindah drama korea. "Kita duluan ya." Pamitnya. Ia lalu menyambar tangan Arka, menyeretnya menjauh.

"Lo kira gue kambing apa pake ditarik-tarik segala?" Dengus Arka.

"Bukan kambing, tapi domba." Balas Sandra, "Domba yang tersesat."

"Kampret."

"Bodo." Sandra masih menyeret tangan cowok itu, hingga kini mereka sampai di tepi lapangan tengah, tempat yang nantinya digunakan untuk liga persahabatan.

LYSANDRA [Completed]Where stories live. Discover now