🍁 s a t u ;

87 12 4
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Being a dancer is such a horrible and a beautiful moment, sometimes. Kau bisa menari dengan indah, mengutarakan semua isi hati yang terpendam. Namun kau tak lain hanyalah wayang penari yang dituntun untuk bergerak dengan sebuah lagu.

Correct me if i'm wrong.

But, ya. This shit is what I feel after so long time being a dancer.

Aku bukan penari profesional. Aku hanya menari ketika aku ingin. Menjadi bagian dari 1MILLION DANCE sebenarnya bukan hal yang buruk. Aku punya banyak teman, yang pastinya mereka sangat bagus dalam hal menari.

Dan, uhm. I have a boy friend tho. Perhatikan ini baik-baik, boy friend, not a boyfriend. Perbedaan kecil itu sangat berharga.

Hari ini adalah jadwalku melatih beberapa beginner class dancer. Mereka semua masih sangat muda, tapi mereka bekerja sangat keras untuk meraih mimpi mereka menjadi dancer. Sementara aku hanya bolak-balik gedung 1M tanpa menyelesaikan kuliahku.

Entahlah, orang tuaku tidak terlalu memusingkan kuliahku. Mereka berpikir jika aku punya sebuah hobby, aku harus menekuninya.

But, still. Education is the 1st.

Anyway, namaku Ryujin. Mahasiswi pada salah satu Universitas di Korea Selatan. Aku juga bekerja menjadi pelatih sekaligus choreographer di 1M DANCE Studio, juga untuk belajar dan memperdalam kemampuan dance ku sendiri.

Aku memasuki gedung 1M sambil meminum americano. Cuaca hari ini sedang baik, mood ku pun ikut membaik. Kau tahu? Cuaca benar-benar mempengaruhi mood seseorang.

"Ryujin!"

Seseorang memanggilku. Aku menoleh dan mendapati sunbae ku berjalan ke arahku.

"Oh, sunbae?"

"Lo mau naik ke ruang latihan, kan?" tanyanya.

"Yes? And what are you doing here? Today is not your schedule."

Dia tertawa. Ah, manisnya.

"Gue datang pengen nengokin beginner class. Lo yang ngelatih mereka, kan?"

"Uhm, yes. But still, buat apaan, sunbae?"

Ia mengendikkan bahu, "Pengen aja," Lalu tersenyum.

Park Jimin, seorang penari kontemporer yang luar biasa. Ia merupakan salah satu sunbae yang kuhormati. Berada dalam satu studio dance yang sama dengannya is one of many lucky thing in my life.

Aku dan sunbae berjalan berdampingan menuju ruang latihan. Setibanya di atas, para beginner class dancer sudah berkumpul. Melakukan bowing padaku dan sunbae saat kami baru saja memasuki ruangan.

Aku menyimpan tas selempang dan gelas americano diatas meja di sudut ruang. Aku melihat Jimin sunbae sedang memberi beberapa wejangan pada semua dancer disini.

Aku mendekat, segera menuntun mereka untuk melakukan pemanasan. Sementara Jimin sunbae hanya berdiri sambil melipat kedua tangan, memperhatikan.

"Okay, so today lagunya kita ambil lagu yang slow aja ya. Itung-itung kemaren kalian kagok kan pake lagu yang hard, jadi kali ini yang slow aja. Ohiya, hari ini spesial banget guys. Karna kita kedatangan salah satu dancer terbaik di 1M ini. Tepuk tangan dulu dong,"

Semua bertepuk tangan, begitupun aku. Kulihat Jimin sunbae hanya tertawa malu sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Hari ini gue datang buat ngeliat perkembangan kalian. Karena mungkin beberapa diantara kalian udah memenuhi untuk beralih ke middle class dancer. Gue yang bakal jadi pelatih kalian nanti," Katanya sambil tersenyum.

Oh, ternyata bukan sekedar ingin seperti katanya tadi.

"Langsung aja deh ya, lagunya 24K Magic by Bruno Mars. Nanti setelah udah agak bisa, akan ada evaluasi tiga tiga orang, dan besok atau mungkin lusa kita rekaman. Okay, guys?"

"Yes coach!"



🍁 🍁 🍁




Mendung.

Cuaca benar-benar tidak bisa diprediksi. Padahal pagi tadi cuaca tidak semendung ini. Aku harus segera pulang dan menyelesaikan tugas kuliahku.

Aku tinggal sendirian di sebuah apartemen yang diberikan oleh Ayah. Orang tuaku meminta aku tinggal sendirian, katanya agar aku bisa mandiri dan tidak merepotkan. Sebenarnya aku tidak masalah. Hanya saja terkadang ada beberapa masalah dengan fasilitas apartemen ini.

Sudah mulai gerimis, dan sialnya aku tidak membawa payung.

"So, how can I arrived at home without getting wet by rain? Should I call him? No! You don't have to call him, Ryujin. Remember, you still angry to him,"

"Call who?" Seseorang tiba tiba menarik lenganku dari belakang, membuatku terkejut.

"What theㅡ Astaga. Hampir aja gue ngumpat. Lo ngapain sih, kampret!"

Dia tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Baru pulang dari 1M ya?"

"Ya menurut lo?????"

Hah. Padahal dia orang yang paling kuhindari sekarang. Bagaimana bisa dia tiba-tiba muncul disini? Freaking guy.

"Pulang bareng gue lah, mau ujan ini,"

Aku memutar bola mata malas.

"Emang lo bawa mobil?"

Dia mengangguk, "Tuh disono,"

"Sianying jauh banget lo parkir,"

"Hehe, yuk!" Ia meraih lenganku dan membawaku bersamanya.

He bring me next to him. Under this cloudy sky, we walk together.




•   •   •



🍁 autumn leaves 🍁Where stories live. Discover now