Rianita Antasari.

35 8 2
                                    

Siang itu sinar mentari begitu terik. Berdiri di tengah cakrawala. Menyadarkan setiap jiwa jiwa yang panas akan harapan. Terlihat sosok gadis remaja duduk menepi dibawah pohon rindang yang berada di belakang gedung sekolah SMA Melati Aksa.

Rianita Antasari adalah gadis remaja berusia 16 tahun. Yang masih duduk di bangku kelas 11 IPA ini biasa di panggil Rii oleh banyak orang yang mengenalnya. Ia memiliki kepribadian yang lugu, polos, dan baik, ia juga siswi berprestasi di sekolahnya.

Banyak murid lain yang iri atas prestasi prestasi yang di raihnya, maka tak heran jika ia tidak memiliki teman di sekolahnya.

Ia anak tunggal dari keluarga sederhana yang dulunya cukup harmonis. Namun berjalannya waktu, semakin ia dewasa semakin tak ada yang mempedulikannya.

Wajar ia merasa sendirian, ia sama sekali tak memilik teman, saudara bahkan orang yang peduli padanya.

🍁🍁🍁

Siang ini sama seperti biasanya ia hanya diam di taman belakang sekolah yang cukup sepi. Membaca buku buku yang di bawanya.

"Ghemm"

Rii melihat arah pemilik suara itu. Rii Membelalakkan mata ketika tau siapa pemilik suara itu.

"Biasa ya kalo orang kampung, udah miskin, sok pinter lagi" Adena dan the geng menyengir seolah menghina.

Perasaan Rii saat itu benar benar kesal tapi dia tak bisa melawan. Rii lebih memilih pergi dari tempat itu dari pada meladeni  Adena dkk.

Namun pergelangan tangannya di genggam erat oleh adena.

"Auwwh, sakit lepasin"

"Kerjain tugas kita!" Adena memberikan setumpuk buku tugas pada Rii.

"Tidak bisa seperti itu Adena! Ini tugas kamu, maaf aku tidak mau!"

"Eh mulai nyolot lo ya? Hah berani sama gua?" Felin pun mendorong bahu Rii dan berdecak kesal.

Adena dkk meninggalkan Rii sendiri di belakang gedung sekolah. Rii yang kebingungan pada saat itu hanya terdiam mengerjakan tugas tugas adena dkk. Padahal ia tidak menginginkan hal ini.  Dia kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan adena dkk.

"Seandainya aku memiliki keberanian, mungkin sudah ku tampar mereka, huhhh apa apaan ini. Ck!" Gerutu Rii yang sedari tadi berdecak kesal.

Waktu istirahat masih panjang, tugas tugas yang di berikan adena pun sudah hampir selesai. Kini hanya tinggal tugas fisika.

🍁🍁🍁

Kini sudah waktunya pulang. Semua siswa dan siswi berhamburan keluar dari kelas. Mereka berdesak desakan berebut pintu keluar, namun Rii memilih untuk menunggu hingga semua murid tak lagi berdasarkan.

Ia menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai sepi tak ada murid. Suasana begitu tenang saat sepi. Yah, bagi rii sepi adalah teman terbaik.


"Eh Rii!"

Suara itu sudah Rii kenali, pasti adena dkk.

'Fiuhh ada apa lagi ?, huhh pasti ada yang salah.' Rii membatin

Rii membalikkan badannya, mencoba tenang.

"Kenapa dena? "

"Lo niat ya bikin nilai kita jelek hah? Niat? Maksut lo apaan?. Hah?" Adena yang kesal karna nilainya sangat sangat anjlok marah pada Rii yang memang tidak tahu akan seperti itu.

"Aku bener ga tahu  kalo bakal salah dena, setiap manusia pasti punya kesalahan." Jelas Rii.

"Halah ga usah muna dah lo!" Spontan felin emosi.  

"lo niat kan emang? Bilang aja kali ga usah muna" mona pun ikut emosi saat itu.

"Jangan mentang mentang lo pinter lo kepercayaan guru guru. Trs lo seenaknya!" Adena mulai menarik rambut indah Rii.

"Auh. Sakit dena, lepas sakit"

"Ini hukuman buat lo karna lo udah bikin nilai kita hancur. NGERTI! Adena berucap dengan meninggikan kata ngerti.

"Lepas dena sakit"

"Terima aja hukuman lo. Ini masih ga seberapa di banding sakit gua! "

"Auhw sakit dena lepas." Ringis Rii yang kesakitan.

Akhirnya dena melepas tangan kasarnya dari rambut indah rii.

"Ini akibatnya kalo macem macem sama gua." Membelalakan mata seolah dia mengancam Rii.

"Ayo pergi!"

Adena dkk meninggalkan rii sendiri di koridor sekolah tepat di depan kelas 11 IPA 2. Rii yang sendiri di sana memegangi kepalanya yangsedikit pusing akibat tarikan tangan kasar adena.

Maaf ya  kalau ceritanya membosankan karna masih bingung mau gimana 😁 minta saran ya kalo udah baca😊 maaf kalo masih banyak kesalahan dan typo typo😅 mohon krisannya sekali lagi😁

Re dan Ri Where stories live. Discover now