1. Paksaan

166 22 9
                                    

Kali ini aku bawa cerita baru gaiss, mungkin udah banyak cerita yang kayak gini tapi aku lagi pengen aja nulis cerita kayak gini. Jadi cuss di baca aja ya gaiss, semoga kalian terhibur.
.

.

.

.

🍳Happy Reading 🍳

Tidak pernah ada bayangan, aku menjadi istri secepat ini. Perasaan baru saja bulan lalu aku lulus kuliah sekarang aku sudah menikah saja. Tepatnya, kemarin pagi adalah hari pernikahanku.

"Aku jadi istri beneran ya ini?" gumamku pelan masih berbaring di balik selimut tebal.

Ingin menangis rasanya, pernikahan ini bukanlah hal yang aku inginkan. Aku menikah karena terpaksa, cowok itu datang melamarku tiba- tiba.

Aku menghela napas, entah sudah keberapa kali setelah aku bangun pagi ini. Aku tidak suka dengan pernikahan ini, pokoknya aku tidak suka. Sekali tidak suka, ya tidak suka.

"Huh"

"Dimana dia?" gumamku.

Kriettt

Aku menoleh, pintu kamar mandi terbuka lebar. Cowok itu baru saja mandi ternyata. Jam berapa ini? Sepagi ini?

"Sudah bangun?" tanyanya.

Suaranya yanh begitu dingin masuk ke dalam gendang telingaku. Aku mengerjap sejenak melihatnya berdiri di samping ranjang sambil berkaca dan mengeringkan rambut dengan handuknya.

"Hm" dehamku.

"Keluarlah sebentar" ujarnya datar masih menatap ke arah kaca.

"Gakmau! Aku masih mau tiduran" jawabku sinis.

"Saya mau ganti baju" balasnya.

"Ya..yaudah si tinggal ganti"

"Oke.."

Apa dia bilang? Oke, tunggu, tunggu sepertinya aku salah bicara.

"HUAAAAA" teriakku saat melihatnya hendak membuka bathrobe sontak aku menutup seluruh kepalaku dengan selimut.

Dia sudah gila ya?

Sungguh tidak tahu malu!

.

.

.

Sepertinya 15 menit sudah berlalu. Lama sekali, masa aku harus begini terus? Atau aku buka saja, siapa tahu sudah selesai. Tapi.. enggak, enggak.

"Buatkan saya sarapan, saya lapar!" katanya menganggetkan, bagaimana tidak kaget, dia menarik selimutku.

"Gakmau!"

Dia menatap tajam ke arahku, "Mau keluar sendiri, atau saya bawa kamu?"

"Gak mau keluar sendiri?" tanyanya lagi, aku masih diam dengan mengerucutkan bibir.

Detik berikutnya aku berteriak karena dengan tiba- tiba dia membopongku keluar kamar.

"Lepasin"

"Lepasin gak, ih lepasin" kesalku sambil melayangkan bertubi- tubi pukulan di dadanya.

Tapi dia tidak merespon apapun lalu menurunkanku di dekat kompor.

"Bisa masak kan?" Tanyanya dengan wajah datar.

"Hm" jawabku terpaksa.

"Saya suka apapun asal dibuat dengan hati yang ikhlas" ucapnya samar lalu meninggalkanku.

Untung Saja Aku! Where stories live. Discover now