cyprus and delphi.

54 8 0
                                        


Pertama; Siprus dan Delfi.

Siprus, 1572.

                     "Peristiwa terpenting sepanjang masa pemerintahan ini dipicu oleh invasi Utsmaniyah atas , Ibu kota Siprus, dan sejumlah kota lain di pulau itu direbut dalam waktu singkat oleh bala tentara Utsmaniyah yang jauh lebih kuat. menjadi satu-satunya kota yang masih dikuasai Republik Venesia. Namun, bala bantuan dari negara-negara Kristen datang terlambat. Famagusta telanjur jatuh ke tangan bala tentara Utsmaniyah pada bulan Agustus 1571, sesudah 11 bulan terkepung. Dua bulan kemudian, armada gabungan negara-negara Kristen datang dan menghancurkan armada Kesultanan Utsmaniyah dalam . Walaupun begitu, dalam waktu singkat, Kesultanan Utsmaniyah dapat memulihkan kekuatan tempur angkatan lautnya."

Siprus mengalami keadaan yang begitu menegangkan, tak sedikitpun yang merasa resah saat perang itu terjadi. Hampir seluruh penduduk Siprus mengungsi dan meninggalkan kota makmur nan indah itu. Sebelumnya Siprus dan Kreta menjadi pulau jajahan Venesia yang paling berharga, hingga kini Siprus harus diperebutkan, oleh Venesia dan Kesultanan Utsmaniyah. Melalui perang, memangnya tidak ada cara lain untuk mengatasi persoalan rebut-merebut?

Beberapa orang akan pergi dari Siprus dan berlayar menuju Laut Mediterania meskipun mereka tidak memiliki pengalaman pelayaran, siapa yang peduli dipelabuhan mana mereka akan berhenti? Tidak melihat wajah para pasukan perang saja rasanya sudah seperti merdeka. Walaupun sebagian dari mereka akan terdampar dilautan atau tenggelam bersama kapal kayu yang rapuh itu tetapi tidak ada yang mau memikirkan resikonya, hanya saja mereka sudah tidak tahan tinggal bersama kericuhan perang.

Seorang perempuan kecil malang yang berada ditengah lautan dengan kapal yang terbalik, ini adalah hasil perbuatannya yang tergesa-gesa dan terlalu bodoh untuk bertindak. Pasangan paruh baya yang merupakan paman bibinya juga ikut menaiki kapal tersebut namun, mereka telah termakan oleh ombak ganas yang kedatangannya tidak dapat diperkirakan dengan tolok ukur manual atau ramalan yang tidak pasti adanya. Langit gelap dan awan menggulung menutupi separuh langit, angin yang kencang dan badai yang tak kunjung henti membuat jantung perempuan itu berdegup begitu kencang, bahkan sangat kencang hingga Ia bisa mendengarnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, pikirannya sudah tidak bisa digunakan lagi.

Tetapi, sesaat sebelum Ia merasa jika tubuhnya telah dibawa ke akhirat, dengan samar, Ia mendengar suara seorang lelaki.

"Bawa dia kepadaku."

Jika saja Dewa memutuskan untuk mengakhiri perjalanan hidupnya disini maka berakhirlah, tetap saja dia tidak akan bisa melawan kekuatan Dewa. Sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup bahagia dan menikmati harumnya dedaunan. Tubuh mungilnya tiba-tiba dibawa arus laut, jauh menuju kegelapan, meskipun sekeras mungkin Ia berusaha mencapai permukaan, rasanya tak mungkin bisa lepas dari ini. Nafasnya sebentar lagi akan habis, perutnya mual akibat dorongan yang terlalu keras menghantam perut rata itu, mungkin saja jantungnya akan berhenti berdetak dan mayatnya akan mengambang sebentar lagi.

Namun dalam waktu yang dekat, saat perempuan itu merasa jika hidupnya tak lama lagi berakhir, seketika saat semuanya menjadi gelap dan matanya seperti sama sekali tidak berfungsi, Ia mendengar derap langkah kaki yang menghampirinya,

"Aku akan menunggumu hingga suatu hari nanti kau akan sedikit lebih dewasa."

Suara itu terdengar sangat asing, seperti seorang bocah yang biasa ingin mengajaknya bermain namun jika diingat lagi, itu jelas tidak sama.

Anak perempuan itu kebingungan, sesekali Ia ingin berbicara namun bibirnya seolah-olah tertutup kain, sedikit ketakutan karena masih merasakan apa yang baru saja terjadi padanya. Terseret menuju tempat tak diketahui benar-benar tidak menyenangkan terutama bagi anak kecil yang baru berusia sebelas tahun. Ia menangis dan berteriak sekencang-kencangnya, berlarian seperti domba berkeliaran yang berharap menemukan jalan keluar, lututnya terasa seperti lumpuh dan tidak ada tenaga yang tersisa untuk berteriak meminta tolong.

Philotimo.Where stories live. Discover now