Apa mungkin dia orang lain? Tapi mataku tak se-rabun itu.

"Ayo, Nath," Sania menepuk bahuku.

"Eh, udah? Mana bocahnya? Kok, gue ga liat," cepat sekali, bukankah si 'bocah' itu belum datang?

"Udah, lo-nya aja yang sibuk mantengin cowok-cowok di sini. Hahaha," Sania meninju kecil bahuku. Dia meledekku sekarang.

⚫⚫⚫

Aku mencoba melupakan sejenak kejadian tadi. Dengan menikmati bakso hangat ditemani rintik-rintik air yang turun dari langit. Sepertinya langit sedang menumpahkan sisa hujan yang ada sebelum beranjak pada musim kemarau besok.

"Mas, pesen satu lagi, ya. Dibungkus," pintaku pada mas-mas pelayan.

Setelah mendapat apa yang kupesan dan membayarnya, sekarang waktunya aku pulang.

Jarak kampus dan kost ku hanya sekitar 12 meter.

Cukup berjalan kaki untuk menempuhnya. Tak perlu menggunakan motor karena selain boros, aku juga tak bisa mengendarainya.

Tok-tok-tok

"Mbaa," panggilku di depan kamar milik Mba Lina.

"Nih, bakso buat Mba Lina," ucapku sambil menyerahkan bungkusan plastik padanya setelah Mba Lina membuka pintu.

"Gue ga nitip kok, Nath," Mba Lina menerima plastik dan membuka sedikit untuk melihat isinya.

"Iya itu aku beliin buat Mba. Hehehe."

"Yaampun Nath, gausah repot-repot kali. Yaudah deh makasih ya."

"Ga ngerepotin kok, Mba. Aku ke kamar dulu ya," pamitku yang diangguki Mba Lina dan mendapat ucapan terima kasih darinya.

Mba Lina adalah teman kostku sekaligus kakak tingkat beda jurusan. Mba Lina merupakan mahasiswi kedokteran gigi.

"Eh Mba Linaa!!" Mba Lina yang baru saja mau menutup pintu mendadak terhenti. Saat aku teringat sesuatu.

"Mba Lina kenal yang namanya Reza ngga?" tanyaku to the poin.

"Rezaa??" Mba Lina menautkan alis dan memutar bola matanya tampak berpikir.

"Iya, Fareza Bintang. Dia masuk tahun ini. Satu angkatan sama aku," jelasku penuh harap Mba Lina akan mengenalnya.

"Ooohhh! Gue tau deh kayaknya," mataku berbinar mendengar pernyataan Mba Lina.

Aku tidak salah kan? Dia Reza. Lelaki yang kulihat tadi di kampus!

"Beneran mba??" aku memastikan.

"Iya, Reza yang bajunya berantakan itu kan?" Mba Lina terkekeh kecil. Membuatku tersenyum.

"Kok, lo kenal?"

Aduh! Aku harus menjawab apa?

"Emm, dia temen aku waktu SMP, ehehe," jawabku jujur.

"Mba Lina sendiri kenapa bisa kenal sama Reza?" aku balik bertanya.

"Iya, dia sempet nolongin gue. Waktu motor gue mogok itu. Lo tau kan?" aku hanya ber 'oh' ria.

Dan, aku tak bisa berhenti tersenyum. Setelah pamit pada Mba Lina untuk kedua kalinya, kini aku benar-benar masuk ke kamar.

Lihat, betapa kasur sangat menggodaku. Dengan senang hati, aku memeluknya. Menghempaskan tubuhku, seakan beberapa beban hidup juga ikut terbuang.

Entahlah, hari ini aku harus merasa senang atau sedih. Senang karena bisa bertemu dengan seseorang yang sudah lama aku 'rindukan'. Sedih karena dia bahkan tak mengingatku. Atau mungkin,, belum.

Aku hanya ingin terpejam sekarang. Anginpun sepertinya mendukungku. Memberi tiupan kecil lewat jendela.

Lima menit kemudian aku memutuskan untuk mandi. Membersihkan badanku. Dan tentunya, menyelesaikan tugas-tugas yang sudah banyak terkumpul. Aku tak sabar untuk berkuliah besok!

⚫⚫⚫


Hai,
Ini pertama kali aku bikin cerita wattpad. Jadi, i need ur help n support guys.

Aku bakal seneng banget kalau kalian kasih kritik dan saran tentang cerita ini.

I hope u enjoy it;)

Hug from far ♥

-N-

[7.6.20]

Anemone SparkleWhere stories live. Discover now