10 | Seulgi

58 8 0
                                    

Heran, jempolnya pada keram apa gmn seh?
Sampe sampe nggak mencet tombol kiri bawah

»»——⍟——««

Eunji dan Kak Seulgi menjauhi area bumper. Eunji mencoba menahan isakannya, dadanya sesak dan napasnya tidak teratur. Ia mencoba menenangkan diri dengan melihat pemandangan sawah di kanan kiri nya.

Namun, hal itu sama sekali tidak berhasil membuatnya tenang. Matanya sudah tak kuat menampung cairan bening itu. Perlahan setetes cairan itu berhasil lolos dari ekor matanya. Ia menarik napas sedalam-dalamnya, menghembuskannya perlahan dan memejamkan matanya.






"Kalo nggak kuat nangis aja gapapa. Keluarin semuanya" Kak Seulgi. Perkataan Kak Seulgi barusan membuat dada Eunji makin sesak.


Ia memeluk erat pinggang Seulgi dan menenggelamkan wajahnya di bahu Seulgi. Eunji menangis sekeras-kerasnya. Meluapkan rasa sesak di dadanya yang sedari tadi ditahannya.

Paham akan keadaan, Seulgi melajukan sepeda motornya agak cepat dari sebelumnya. Ia memutuskan membawa Eunji ke sebuah tempat.























📍Sebuah taman

Seulgi memarkirkan sepeda motor nya. Ia melihat Eunji yang sudah mulai tenang. Napasnya sudah agak teratur dari yang sebelumnya. Ia merangkul Eunji dan menuntunnya ke dalam taman tersebut.

Taman ini terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang saja disana. Eunji mencoba mengatur napasnya berkali-kali dan menikmati suasana taman. Sebenarnya Eunji tidak tahu mengapa Seulgi membawanya ke tempat ini.









Seulgi mengajak Eunji ke sebuah gazebo kecil di pinggir taman. Ia memberi Eunji sebotol air mineral. Eunji menerimanya dan meneguk nya perlahan. Kemudian, mereka berdua sama sama terdiam.



"Oh iya, daritadi pasti lo nanya dalem hati. Kenapa lo dibawa kesini, iya kan?" Seulgi. Eunji mengangguk pelan.

"Jadi, gue sengaja ngajak lo kesini" Seulgi mendekatkan dirinya ke Eunji.

"Gue paham perasaan lo, Ji. Gue lihat apa yang lo lihat. Gue tau itu sakit. Terkadang berharap itu memang menyakitkan bukan? Semua orang mengalami itu. " Seulgi.


"Ji, lo kalo ada apa-apa bilang aja ke gue. Gue bakal dengerin semuanya. Jangan takut, gue disini" Seulgi.

Eunji tersenyum kecil sambil menatap Seulgi. Ia memeluk Seulgi erat. Begitu juga Seulgi yang membalas pelukan Eunji.

"Makasih Kak" Eunji yang masih memeluk Seulgi. Seulgi mengangguk.

"Kak, eumm. Aku boleh anggep kakak kayak kakak aku sendiri ga?" tanya Eunji.

"Boleh kok, lagian kakak juga pengen punya adek perempuan" jawab Seulgi.

Mereka tertawa bersama dan saling bertukar cerita. Tanpa mereka sadari sebentar lagi upacara pembukaan kemah akan dimulai. Eunji sedikit panik, namun tidak dengan Seulgi.

"Kak, ini udah mau upacara pembukaan loh. Kita ga balik" Eunji.

"Siapa bilang upacara pembukaan" Seulgi.

"Hah?" Eunji.

"Iya, upacara pembukaan nya diundur. Kepsek ada acara, jadi upacara nya nanti siang" Seulgi.

"Ihh, kakak ga bilang dari tadi" Eunji memukul pelan lengan Seulgi.

"Sakit Ji" Seulgi.

"Udah lah kak, balik aja yuk" Eunji.

"Bentar elah, gue pengen nostalgia sama nih taman" Seulgi.

"Emang ada kenangan apa kak?" Eunji.

"Kenangan berharga, dan paling nggak bisa gue lupain selama hidup gue" Seulgi. Eunji terdiam dan menatap Seulgi dalam.

"Dulu gue selalu main ke sini bareng nenek. Ketawa bareng, dibeliin eskrim, dibeliin permen, dan yang paling nggak bisa dilupain itu waktu nenek marahin gue gara-gara kebanyakan makan eskrim. Gue jadi batuk selama seminggu. Nenek khawatir banget dengan keadaan gue. Karena cuma nenek yang bisa ngerawat gue dengan baik. Ayah kerja di luar kota. Sementara bunda, udah bahagia di atas sana. Cuma nenek yang nyempetin waktunya buat ngerawat gue dari kecil.

Waktu itu, gue pulang sekolah dan gue pengen beli kado buat nenek. Kado yang sangat spesial hanya buat nenek. Jadi, gue ngajak nenek ke taman ini dan ngasih kado itu ke nenek. Nenek cium pipi gue dan tersenyum. Saat itu gue bener-bener bahagia bisa lihat nenek tersenyum lebar.

Paginya, waktu gue udah siap berangkat sekolah, nenek belum kelihatan. Gue coba masuk ke kamarnya. Ternyata nenek tidur pulas sekali. Gue yang saat itu berumur 12 tahun mencoba memegang dahi nenek. Dingin, hanya itu yang gue rasakan. Gue mencoba memegang pergelangan tangannya. Di saat itu, air mata gue jatuh. Gue memeluk erat tubuh nenek yang terbujur kaku disana. Berharap dia bangun, namun Tuhan sudah mengajaknya pulang. Gue nggak bisa ngapa-ngapain selain mengikhlaskan nenek. Dan hari itu, hari terakhir gue dan nenek tertawa di taman ini. Hal yang nggak bakal gue lupain." Seulgi.

Seulgi mendongak dan meneteskan air matanya. Ia tersenyum ke langit seolah menyapa sosok nenek yang sangat ia sayangi.

Eunji yang mendengar cerita Seulgi ikut menangis dan memeluk Seulgi. Berusaha menenangkan Seulgi. Begitu pula dengan Seulgi yang membalas pelukan Eunji.

»»——⍟——««

Voment nyaa

sᴄᴏᴜᴛWhere stories live. Discover now