Chapter 17 (Next)

26.8K 1.6K 23
                                    

~Julia's P.O.V~

"Papa.."

Aku terus mengusap batu nisan papa. Air mataku tidak dapat terbendung lagi. Disampingku sudah ada mama dan kak Justin. Tamu tamu yang datang sudah pulang kembali. Papa ternyata pergi secepat ini..

"Mrs. Roger?"

"Eh.."

Mama menoleh pada polisi yang ada dibelakangnya. Mungkin mau memberitau penyebab kecelakaan papa. Aku harus memasang telingaku.

"Iya pak?"

"Begini bu, setelah diselidiki lagi kecelakaan itu bukan kecelakaan biasa.."

"Maksudnya?"

"Sepertinya ada yang ingin membunuhnya, karena jika hanya terjatuh biasa tidak akan jatuh beberapa meter dari motor. Sepertinya ada yang menyeretnya lalu.."

"Lalu?"

"Menusuknya. Tusukannya memang tidak terlalu dalam tapi cukup untuk membuat korban melemah. Dan saat itulah baru kepala korban tergiling truck karena posisi kepala korban yang berada disisi lain jalan."

Dadaku terasa menciut mendengar penjelasan para polisi, begitupun juga kakak. Berarti dugaanku benar. Siapa coba yang mau membunuh papa begitu saja? Setahuku, papa itu baik dengan siapapun.

Mama hanya terdiam dan menangis kembali. Pasti hati mama juga makin pedih mendengarnya. Apalagi mama tau ada yang membunuh papa.

"Pak, tolong cari. Cari siapa yang membunuh suami saya"

"Kami akan berusaha bu. Terima kasih atas waktunya"

Para polisipun pergi dan menghilang dari pandangan kami. Mama menyender pada pohon disampingnya dan menutup matanya yang sudah bengkak karena menangis begitupun juga aku. Kita semua sedih harus kehilangan papa.

Sesampainya dirumah, aku hanya terdiam dikamarku sembari memegang kertas merah misterius itu. Mama hanya memasak didapur untuk melupakan kesedihannya sedangkan kakak mungkin mengganti baju seperti putri solo atau sangat lama karena mungkin ia memikirkan papa. Aku memang tidak mau membunuh orang orang tak bersalah bersama mereka. Tetapi mereka malah merenggut papaku.

"Kamu suka kejutan ini? Ini belum seberapa"

Suara perempuan dingin itu kembali membekukan telingaku. Tidak ada bisikan go to sleep. Hanya suara perempuan. Apalagi yang dia mau dariku hah?

"Tunjukkan dirimu! Kenapa kamu malah membunuh papa?!"

Aku langsung mengambil pisau didalam laciku dan memegangnya erat. Aku melihat kanan kiri tetapi tidak ada siapapun juga. Tidak lama kemudian, kudengar teriakan mama dari dapur. Jangan jangan...

"Mamaaa!"

Aku berlari keluar dan berteriak melihat mama sudah tak berdaya di lantai. Darah berlinangan dari dadanya. Kak Justin yang sedang mengganti bajunya ikut berlari keluar kamar dan rasanya jantung Kak Justin berhenti berdetak. Papa dan Mama sudah tiada dan ini semua salahku.

Tanganku terasa bergetar dan memeluk mama. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menangis. Aku sayang kedua orangtuaku dan mereka merebutnya dariku dan kakak.

"Kakak. Jangan berpisah denganku"

"Kakak harus bawa mama kerumah sakit"

"Kakak sudah terlambat!"

Aku terus menangis dan memeluk tangan mama yang sudah dingin. Aku bodoh. Aku membiarkan hal ini terjadi.

"Aku minta sama kakak, jangan tinggalin aku walau hanya antara kamar kita"

"Kamu kenapa sih?"

"Aku mohon kak! Aku gamau kita jadi seperti ini juga"

Aku memeluk kak Justin sambil menangis. Aku tidak mau kak Justin ikut mereka ambil nyawanya. Siapa yang akan menjagaku nanti? Siapa yang akan mengurusku, memberiku kasih sayang dan menemaniku kalau semua yang aku punya mereka renggut begitu saja.

Hari ini juga pemakaman mama dilaksanakan. Makam mama ditempatkan tepat disebelah makam papa. Batinku tersiksa sekali melihat kedua orangtuaku sudah tidak bersamaku lagi. Apa salah mereka hingga harus mereka yang menanggung ini?

"Okay, kakak gaakan ninggalin kamu"

Kak Justin menggenggam erat tanganku. Aku belum bisa tersenyum dan hanya menoleh dengan mata sembab. Apa yang aku lihat ini kakak yang akan menjagaku hingga nanti atau kakak yang akhirnya akan dikubur tepat disebelah makam mama?

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang