0.1 [I WISH..]

32 4 7
                                    

Suara alarm itu semakin memekik, terlebih dia tak juga terbangun dari tidurnya. Dan malah semakin menarik selimutnya dalam untuk kembali ke alam mimpi. Bahkan dengan posisi tidur begini, dia malah mirip kura-kura terdampar. Sebuah bantal bahkan telah berpindah dari posisinya dari kasur. Terjatuh begitu saja di lantai putih bening yang untungnya tak begitu kotor sejak dia membersihkannya kemarin sore. Untung saja kamarnya masih bersih. Kalau tidak, mungkin tikus-pun takkan mau lewat depan pintu kamarnya.

Jari jari tangannya lalu berinisatif mematikan alarm tepat di samping telinga kiri nya. Dengan posisi sekarang, dia lalu membalikkan badan. Terlentang menghadap langit-langit ruangan yang cerah untuknya. Sementara tangannya yang lain lalu meraba jam kesetiaannya di nakas. Memeriksa apakah masih ada waktu untuk dia tidur kembali?

Kedua pasang mata nya masih mengerjap pelan sembari menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Masih dengan posisi tertidur, dan satu tangan yang ia gunakan untuk mengucek kedua mata nya. "Sial!." Pekiknya ketika menyadari sesuatu.

Sialnya, ia akan terlambat hari ini. Itu pasti!

Tanpa membuang waktu untuk berlama-lama lagi, gadis itu lalu berlari menuju kamar mandi. Tidak lama, belum juga genap tiga menit dia sudah kembali ke kasur. Jangan tanyakan apakah dia mandi atau tidak! Karna tentu jawabannya TIDAK. Terlebih karna waktunya yang semakin menipis. Bahkan dia sama sekali tak peduli dengan penampilannya saat ini. Baju sederhana sepertinya tak masalah. Sepatu juga sudah siap. Rambut? Tidak terlalu acak-acakan. Okelah, ini tak begitu buruk. Orang bilang, rambut berantakan adalah cantik bukan? Yah, setahuku itu trend fashion jaman sekarang.

Dia lalu berlari mencari keberadaan tasnya. Memasukkan beberapa buku yang perlu, dan tak lupa membawa laptop serta ponselnya di meja belajar. "Aku berangkat." Teriaknya, yang sama sekali tak mendapat jawaban. Bagaimana tidak?! Dia kan tinggal sendirian di apartemen. Kata-kata itu hanya sekadar berpamitan saja dari tempat tinggalnya untuk sementara waktu di New York City ini. Ah, mungkin selama beberapa tahun kedepan.

***

Namaku Auristela Midhelov, tapi kebanyakan orang memanggilku Rara. Orang di sini menganggapku begitu berbeda dari kebanyakan penduduk. Terlebih lagi, ini bukanlah kehidupanku yang normal. Mungkin sekitar tiga tahun, aku harus menghabiskan waktu ku di negara maju ini. New York.

Ku kayuh sepedaku sekuat yang aku bisa. Bahkan aku sama sekali tak peduli dengan keadaan rambutku yang semakin acak-acakan. Bukankah rambut yang berantakan itu cantik? :v

Perjalananku terhenti, tepat di sebuah stasiun kereta api yang biasa aku lalui. Aku menitipkan sepedaku di salah satu tempat khusus. Meskipun harus mengorbankan sedikit uangku, setidaknya ini lebih baik daripada aku terlambat datang ke kelas.

Aku kuliah di salah satu Universitas di sini. Lebih tepatnya, mahasiswa yang menghabiskan waktunya untuk berimajinasi di tempat baru yang aku temui. Haha, itu tak begitu buruk. Mengingat banyaknya orang yang tak risih dengan keberadaanku sekarang.

Begitu kereta nya datang, aku langsung masuk dan mencari tempat yang kosong. Satu-satunya bangku yang tersisa adalah di samping seorang wanita paruh baya di hadapanku. Langsung saja aku mendekat. Tersenyum ke arahnya meskipun dia sendiri tak membalas senyuman tulus dariku. HAH, ternyata tidak mudah dekat dengan orang di sini. Terlebih lagi, aku tak begitu biasa dengan keramaian. Berbeda jauh dari Indonesia ku yang tak lain adalah tempat kelahiranku.

Aku memainkan ponselku dengan memakai earphone agar oranglain tak merasa terganggu dengan musik yang ku setel. Terlebih lagi, mereka mana paham dengan lagu yang ku putar. Di sini semua orang memakai Bahasa Inggris, termasuk aku untuk berkomunikasi dengan mereka. Lalu apa jadinya jika aku memutar musik Jepang yang berhubungan dengan idolaku?  Apa mereka akan berpikir bahwa aku gila?

I wish.. : become a dreamer girl during My timeWhere stories live. Discover now