13 - Can Not Take

759 67 2
                                    

Apakah ini sebuah karma? Sebuah balasan yang menimpa Wonwoo karena ia pernah mengacuhkan seseorang yang sangat berharga baginya. Sepertinya, ini benar-benar karma bagi Wonwoo.

Wonwoo benar-benar merasa bersalah dan menyesal. Kenapa ia harus melakukan hal itu? Kini, orang yang seharusnya ada di sampingnya, harus hilang begitu saja dan berganti dengan seseorang yang berbeda jauh.

Wonwoo hanya tersenyum miris, mengingat bagaimana tanggapan lelaki yang selalu mengganggunya itu. Apa, sih? Sungguh sakit hati Wonwoo mengingat kata itu.

Mingyu benar-benar berbeda, seperti seseorang telah menukar jiwa Mingyu dengan jiwa orang lain. Membuat Wonwoo benar-benar sakit.

Jadi begini rasanya di acuhkan oleh seseorang yang disayang? Sungguh menyedihkan, Wonwoo tak sanggup. Apakah Mingyu akan selamanya menjadi lelaki asing di mata Wonwoo? Atau Mingyu yang dulu akan kembali? Hanya itu yang dikhawatirkan oleh Wonwoo.

Yang ia harapkan sekarang adalah  Mingyu-nya yang dulu, bisa kan kembali sekarang juga? Menatap Wonwoo lekat, menjahili dan mengganggu Wonwoo, resek dimana-mana. Wonwoo ingin didekap oleh Mingyu, serta merasakan kembali bagaimana Mingyu menciumnya.

Bisakah semua itu kembali sekarang juga? Hanya itu yang Wonwoo mau, hanya itu. Bisakah ungkapan perasaan Mingyu pada Wonwoo bisa ia dengar lagi? Bisakah? Sepertinya sulit sekali.

Bisakah Tuhan memberikan kesempatan kepada Wonwoo untuk menyatakan aku mencintaimu Mingyu. Bisakah memberikan kesempatan itu? Jika kesempatan itu ada, Wonwoo berjanji tak akan pernah menyia-nyiakan Kim Mingyu.

“Ego ku dan gengsi ku benar-benar keterlaluan. Karena dua rasa tersebut, aku kehilanganmu, Mingyu. Memang, penyesalan memang dibelakang, tidak ada penyesalan di depan. Jika semua penyesalan ada di depan, lalu apa gunanya Tuhan membuat hukuman?”

“Aku mencintaimu, Kim Mingyu. Andai Mingyu-ku yang bisa mendengar, pasti ia akan dengan senang hati membalas, ‘Aku mencintaimu juga Jeon Wonwoo’. Bodohnya aku, haha...”

“Nggak ada yang bisa gue lakuin selain menyesal-menangis-merutuki kebodohanku.”

***

“Aw! Kenapa sakit banget sih kepala gue? Tunggu— akh!” Mingyu menggelengkan kepalanya,dan memukul pelan kepalanya.

“Permisi, ini makan malam anda, Tuan Kim,” ujar seorang petugas pengantar makanan.

“Ah iya, terima kasih.”

***

Keesokan harinya, Moonbin menatap Wonwoo iba. Wonwoo yang biasanya menyebalkan tiba-tiba diam tanpa suara.

“Wonwoo, lo kenapa?” tanya Moonbin basa-basi.

“Nggak kok, udah catet sana materinya.” Wonwoo kembali sibuk mencatat materi yang disampaikan dosen hari ini.

Tak lama kelas hari ini usai, Wonwoo berjalan menuju kantin fakultasnya untuk menunggu seseorang.

“Wonwoo! My Bestfriend! Ada apa ini? Kenapa, lo?” tanya Mina.

Wonwoo terdiam, saat Mina bertanya.
“Lo kenapa? Sini cerita,” pinta Mina. Ia segera duduk di samping Wonwoo.

Tiba-tiba air mata Wonwoo mengucur deras, dan Wonwoo menangis dengan kencang. Untung saja hanya ada sedikit orang disini.

RESEK! || Meanie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang