¤dua¤

56 11 5
                                    

Tuhan pun akan terlena melihat hambanya tersenyum,
begitupun aku~

Menjelang matahari terbit, gue sudah bertengger di sebuah ruangan berisi piano besar dan beberapa lukisan yang salah satunya gue kenal sebagai karya Pak Changmin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menjelang matahari terbit, gue sudah bertengger di sebuah ruangan berisi piano besar dan beberapa lukisan yang salah satunya gue kenal sebagai karya Pak Changmin. Gue mengetahui itu dari tanda tangan simple yang terpoles di ujung kanvas.

Mata gue menerawang ke arah jendela yang hanya tertutup selembar kain transparan. Memergoki bulan yang hampir undur diri karena sapaan sinar matahari dari ufuk timur.

Belum mendengar adanya tanda-tanda aktivitas berlangsung, gue memutuskan untuk duduk memandangi tuts piano yang sepertinya sudah lama tak disentuh. Banyak timbunan sarang laba-laba dan debu di atasnya.

Jari-jari gue meraba tuts piano dari ujung hingga ujung. Memejamkan mata, gue berusaha mengenali lagu apa saja yang pernah dibawakan bersama piano ini. Senyum gue merekah setelah mendengar instrumen lagu Downpour secara samar. Lagu pertama yang membuat gue jatuh hati dengan hujan.

Mendengar salah satu pintu terbuka, gue tergerak untuk segera keluar dari sana. Bukan karena takut terpergok sedang berduaan dengan piano, tapi gue ingin melihat aktivitas apa yang dia lakukan sepagi ini.

Setelah sampai di depan ruang tengah, gue mendapati Pak Changmin membawa gelas dan piring kosong ke wastafel. Dengan rambut setengah berantakan, beliau meraih sarung tangan karet dan mulai mencuci alat makan itu.

Gue tersenyum, seketika teringat bertapa manisnya Doyoung saat menaruh santapan malam di meja Pak Changmin. Seperti robot yang konslet saat melihat pemiliknya tertidur, dia sempat berpikir untuk memakan kedua sandwichnya malam itu.

Selesai mencuci gelas dan piring, Pak Changmin langsung menyalakan televisi kemudian bergegas menuju kamar mandi. Saking senangnya melihat acara ragam kesukaan gue tampil di sana, gue langsung melompat ke sofa dan mengambil posisi rebahan.

Tak lama dari itu gue melihat Pak Changmin keluar sambil mengelap wajah menggunakan handuk. Samar-samar gue menangkap pemandangan wajah yang semalam penuh dengan rambut kecil kini kembali bersih. Persentase ketampanannya bertambah dua kali lipat.

Sangat terpesona, gue bahkan ngga terusik dengan keberadaan Doyoung yang mulai mengganti saluran televisi ke serial kartun kelinci.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Pak Changmin yang membuat gue salah tingkah.

Doyoung berpikir sebentar, kemudian tersenyum. "Terserah Om aja, Doyoung suka apapun."

Gue yang tadinya antusias mendengar deretan nama makanan lezat langsung mencaci jawabannya. Bagaimana bisa pertanyaan tentang menu makanan dijawabnya dengan 'Terserah'.

"Sup iga sapi mau?" Doyoung mengangguk.

"SERIUS sarapan sup iga sapi?! Tuhan, ubahlah aku menjadi manusia selama satu jam ke depan, pweseee??"

GhostinationshipWhere stories live. Discover now