💐don't be reckless!

2.5K 295 6
                                    

Pagi ini Jisung sudah pulih dari demamnya. Dan seperti Jisung yang biasanya, dia merengek meminta Chenle menemaninya ke gedung pelatihan. Ia bilang sudah lama tidak pergi kesana

"Memangnya apa yang mau kau lakukan disana? Jika kau ingin menari, aku akan pulang."

"Ah, jangan begitu. Aku tidak akan menari, janji."

Jisung menarik lengan Chenle dan membawanya masuk ke lift lalu menekan tombol angka 3 disana

Ketika pintu lift terbuka, Jisung kembali menarik lengan Chenle dan membawanya berlari

"Jisung, jangan lari." tegur Chenle

Jisung memperlambat langkahnya dan melepas genggamannya pada lengan Chenle

"Kenapa?" tanya Chenle

"Hyung, itu Johnny hyung kan?" ucap Jisung sambil menunjuk seseorang yang berdiri dibalkon ujung koridor

Belum sempat Chenle menjawab, Jisung kembali berlari menghampiri orang yang ia sebut Johnny tadi

"Johnny hyung!" panggil Jisung

Orang itu berbalik, menampakkan Johnny dengan wajah bengkak seperti habis menangis

"Hyung, kau kenapa?" tanya Jisung sambil meraih lengan Johnny

"Tidak, Jisung. Jangan sentuh aku. Aku bukan Johnny yang kau kenal."

"A– apa? Hyung, apa maksudmu?"

Tiba tiba Johnny berlari ke arah tangga yang ada disebelah kanan balkon itu, menuju rooftop. Jisung ikut mengejarnya dan diikuti Chenle dibelakangnya

"Johnny hyung!"

Johnny berhenti didepan dinding pembatas rooftop

"Aku bukan Johnny yang kalian kenal. Aku Johnny si pembunuh. Jangan dekati aku, Jisung."

"Apa maksudmu, hyung? Siapa yang bilang kau pembunuh?"

"Aku membunuh staff, aku membunuhnya..."

Perkataan Johnny terhenti karena isak tangisnya. Jisung menghampiri Johnny lalu memeluknya

"Tidak, Johnny hyung ku bukan pembunuh. Mereka berbohong, aku tahu kau orang baik, hyung."

Johnny menepis pelukan Jisung, membuatnya terhuyung ke belakang

"Pergi, Jisung!"

"Tidak, Johnny hyung! Jangan lompat!"

Jisung menarik lengan Johnny hingga terjatuh ke belakang. Johnny terlihat menangis kencang, Jisung yang tidak tega pun akhirnya memeluknya

"Hyung, jangan pernah mencoba untuk bunuh diri. Hidupmu masih panjang, hyung. Jangan dengarkan omong kosong orang lain, mereka hanya iri denganmu. Masih banyak yang menyayangimu, pikirkan perasaan orang lain ketika tahu kau pergi. Jangan, hyung."

Johnny membalas pelukan Jisung dan menangis dipundaknya. Chenle pun menghampiri keduanya dan mengusap punggung Johnny

"Jangan nekat, hyung, kumohon. Setidaknya kau harus tahu orang yang mati karena bunuh diri tidak akan diterima Tuhan. Jika hanya karena omong kosong itu, lebih baik kau bertindak dan jangan menyerah. Banyak yang mendukungmu, jangan mengecewakan mereka."

Johnny mengangguk pelan sambil mengeratkan pelukannya dengan Jisung

"Hyung, berhentilah menangis. Ayo, bangun. Hapus air matamu itu dan ceritakan padaku semuanya. Jangan berpikir aku anak kecil yang sok tau ya. Aku lebih pintar darimu."

Johnny tersenyum kecil sambil menunduk. Jisung mengangkat dagu Johnny dan tersenyum

"Hyung, kau tidak malu menangis didepan kami?"

"Hey, apa apaan?"

"Malu dengan kumismu, hyung."

"Apa? Aku tidak punya kumis. Jisung, diamlah, jangan membuatku kesal."

Jisung dan Chenle tertawa bersama sambil melakukan tos. Johnny terkekeh lalu mengusak rambut Jisung

"Ternyata kalian bekerja sama ya."

"Hyung, aku katakan lagi ya. Jangan pernah berpikir untuk bunuh diri lagi. Tuhan benci orang yang bunuh diri dan orang itu tidak akan tenang."

"Hm, baiklah. Aku akan mendengarkanmu."

"Janji?" tanya Jisung sambil mengangkat jari kelingkingnya

Johnny tersenyum lalu menautkan jari kelingkingnya, "janji."

"Baiklah. Chenle hyung, ayo pergi. Aku lapar sekarang."

"Ck, dasar. Ayo."

"Bye, hyung."

Epoch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang