8. Jadi mantu?

3K 485 24
                                    

(Namakamu) sedikit mengerutkan dahi ketika mobil Iqbaal berbelok masuk kedalam pekarangan sebuah masjid. (Namakamu) melirik Iqbaal yang memutar stir dengan tenang.

Ah, (namakamu) tak tahu saja kalau Iqbaal tadi sedang berperang dengan setan-setan didalam dirinya, tapi beruntungnya sisi malaikat Iqbaal yang menang. Beruntung juga saat itu terdengar suara adzan, tanpa pikir panjang Iqbaal langsung mengarahkan mobilnya menuju masjid.

Saat mobil sudah terparkir (namakamu) masih menatap Iqbaal heran. "Turun," ucap Iqbaal.

(Namakamu) segera mendapatkan kesadarannya, dia langsung turun dari mobil. Lalu melihat Iqbaal mulai berjalan kedalam masjid. Wah, sisi baru apa lagi yang (namakamu) temui pada Iqbaal kali ini. Ah, Iqbaal yang agamis mungkin cocok.

Sholat ashar mereka berjalan baik, Iqbaal selesai terlebih dahulu, dia berjalan keluar, lalu menoleh untuk melihat (Namakamu) sudah selesaikah ia. Saat itu ia mendapati (Namakamu) sudah menyelesaikan doanya, dia mengusap wajahnya. Duh tuhan, selamatkan jantung Iqbaal yang berdetak tak karuan.

Saat (Namakamu) sudah berdiri setelah melipat mukena, barulah Iqbaal mendapatkan nyawanya lagi, dia segera bergegas menuju mobil, sambil pura-pura gak lihat tadi.

(Namakamu) berjalan menuju mobil, pikirannya masih bingung dengan sikap Iqbaal, tumben saja kan bosnya mengajaknya sholat. Ah atau mungkin...

"Abis ini mau kemana pak?" Tanya (Namakamu), ia pikir Iqbaal ingin pergi ke suatu tempat taoi karena adzan jadi berhentilah mereka terlebih dahulu.

"Pulang, emang mau kemana."

(Namakamu) mengerutkan dahi, Iqbaal memang aneh. Kalau ingin sholat kenapa memilih mesjid yang sangat jauh dengan kantor? Dasar Iqbaal aneh!

"Tas saya masih di kantor pak," ujar (Namakamu).

"Ya emang saya anterin kamu ke kantor lah, masa harus saya anterin pulang," ucap Iqbaal judes. Lalu setelahnya ia ingin menabok mulutnya sendiri.

(Namakamu) memutar bola matanya kesal, 'tenang, sabar (Namakamu)' ia menenangkan diri sendiri.

Saat sampai di kantor, tanpa berkata apapun (Namakamu) langsung keluar mobil, sekarang sudah jam pulang kerja, jadi ia segera saja merapikan barangnya lalu beranjak pergi.

Tiba didepan ia bertemu Bastian, Bastian mengajaknya pulang bersama. (Namakamu) mengatakan iya, jadi dia segera mengirim pesan pada adiknya agar tak usah menjemputnya.

"Gue lihat tadi lo keluar sama pak Iqbaal, kemana?" Tanya Bastian saat mereka melewati lobby.

(Namakamu) menelisik wajah Bastian, apa dia sedang cemburu? "Oh itu, Ke mesjid."

"Ha? Ngapain?" Tanya Bastian

"Makan rendang, ya sholat lah Bas," ucap (Namakamu).

Bastian tertawa, (Namakamu) menambahkan, "Mana sholatnya di mesjid deket alun-alun itu lagi."

"Buset jauh amat anjir," Ujar Bastian lalu tertawa lagi.

"Gak tau dah gatau, bos emang aneh."

"Siapa yang kamu bilang aneh?"

Astaga naga! Jantung (Namakamu) rasanya ingin copot saat mendengar suara itu terlebih si pemilik suara berdiri didepannya dengan wajah datar.

(Namakamu) memegangi dadanya, menetralkan degub jantungnya karena kaget.

Ingin (Namakamu) angkat bicara, Iqbaal sudah bicara, "Ikut saya, saya antar pulang," ujar iqbaal, entah kenapa keberaniannya tersulut setiap kali mendapati (Namakamu) dengan pria lain.

My Annoying BossWhere stories live. Discover now