20. Seharusnya

336 32 0
                                    

"Jauh juga ya kak, kantor baru kakak," Ujar Abim. Saat motornya sudah berhenti dihalaman kantor Maldini Group.

"Awas ya kak, kalo lo minta gue anter apa-apa kesini, jauh ini," lanjutnya.

(Namakamu) mendengus kesal, pagi-pagi adiknya ini sudah mengingatkan (Namakamu) dengan kejadian yang lalu-lalu, "Nggak, gak ada lagi, gue udah gak punya bos nyebelin."

Abim langsung diam, menutup bibirnya rapat. Dia tahu alasan kakaknya pindah tempat kerja karena putus dari pacarnya. Bukan (Namakamu) yang bercerita pada Abim, Abim hanya menguping pembicaraan kakaknya dan ibunya.

"Udah sana pulang lo masih mau disini?" Tanya (Namakamu) membuat Abim tersadar dan langsung menghidupkan motornya kembali untuk pulang.

"(Namakamu)!" Panggilan itu berasal dari pria berkemeja biru dari arah kiri, dia memanggil tepat sebelum (Namakamu) melangkahkan kakinya memasuki kantor.

"Bastian, ngapain disini?" Tanya (Namakamu), saat menyadari orang yang memanggilnya adalah Bastian.

"Gue tinggal di deket sini," ucap Bastian, dia menunjuk arah dimana dia datang.

(Namakamu) mengangguk, "Oh."

"Lo berhenti kerja kok gak bilang sama gue sih?" Tanya Bastian.

"Heum..." (Namakamu) menimbang-nimbang apa jawabannya, sebab ia benar-benar lupa segala hal waktu memutuskan berhenti, "Sorry."

Bastian menghela napas, "Lo putus dari pak Iqbaal?" Tanya Bastian tiba-tiba.

(Namakamu) mengangguk, "Gue gak profesional banget ya?" Ucapnya, sambil terkekeh.

"Udah gak papa lah, daripada lo gak nyaman di kantor," ucap Bastian, membuat (Namakamu) mengangguk.

"Pak Iqbaal tunangan nanti malam," ucap Bastian, membuat (Namakamu) hampir tersedak ludahnya sendiri. Padahal ia sudah tahu kalau Iqbaal akan bertunangan.

(Namakamu) berusaha menetralkan air mukanya, "Gue udah tahu," ucapnya.

"Lo di undang?"

(Namakamu) menggeleng, "Mana mungkin gue di undang," ucapnya lemah.

"Lo mau datang?" Tanya Bastian. Biar bagaimanapun, lelaki itu tahu kalau sahabatnya ini masih menyukai Iqbaal. "Bareng gue." Ucap Bastian.

"Tapi kan gue gak di undang."

"Gak papa, jadi pasangan gue," ucap Bastian santai, seolah tak tahu badai apa yang bergemuruh didalam diri (Namakamu).

"Gue pikir-pikir lagi deh," ucap (Namakamu). Hatinya bimbang lagi. Ia seharusnya tak perlu datang agar hatinya tak hancur. Tapi lain sisi ia ingin sekali bertemu Iqbaal. Memastikan apa lelaki itu memang benar-benar menyerah. Rupanya jauh dalam lubuk hati (Namakamu), ia masih menaruh harapan pada Iqbaal. Menunggu Iqbaal berbalik kearahnya setelah meninggalkannya.

"Lo harus tunjukin kalau lo baik-baik aja tanpa dia."

Kali ini ucapan Bastian mampu membuat (Namakamu) meremas roknya kuat. Memang seharusnya begitu kan? (Namakamu) harus mengubur harapan tadi. Seberapa lamapun (Namakamu) menunggu Iqbaal tak akan datang.

"Oke gue datang," putusnya. Meski setelah ini ia tak tahu apakah akan menyesali keputusannya.

Bastian tersenyum, "Gue jemput nanti malam," ucapnya, sebelum pergi meninggalkan (Namakamu), yang sekali lagi memasang wajah sedihnya.

***

"Apa gue gak usah datang aja ya Stef?"

Lagi. Entah sudah pertanyaan keberapa kalinya yang (Namakamu) utarakan. Membuat Steffi berdecak kesal dibalik layar telpon.

My Annoying BossDove le storie prendono vita. Scoprilo ora