Bab 10 Kali Pertama

Start from the beginning
                                    

"Dua hari lagi kamu 'kan udah berangkat, kak. Aku mau sama kamu agak lama sore ini, gakpapa 'kan?" Vito yang sedikit kaget dengan permintaan Chika pun mengangkat kepalanya, melihat ke dalam mata Chika, ada tatapan penuh harap di sana.

Vito tak bisa menyembunyikan senyumnya, dia mengangguk menepuk puncak kepala Chika sebentar. Semakin hari, sifat manja Chika semakin terlihat oleh Vito.

Nah, lihat! Bagaimana gadis ini telah melingkarkan tangannya dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar itu. Vito hanya tersenyum sambil mengusap kepala Chika dengan tangan kanannya. Jujur, dia suka dengan sifat manja Chika yang seperti ini. Sifat manja yang hanya terlihat jika dia bersama Vito ataupun keluarganya.

"Tumben kamu gak mandi dulu?" Reflek Chika mengangkat kepalanya dari lengan Vito. Dia mengendus-endus bau badanya sendiri.

"Bau ya kak?" Vito menggeleng. Memang tidak bau, bahkan wangi parfum dan shampo Chika masih bisa ia cium tadi.

"Aku pengen cepet-cepet ketemu kamu, jadi gak mandi dulu," Chika kembali bergelayut di lengan Vito.

"Kok jadi manja gini, hmm?"

"Gakpapa. Eh kak, beli es dulu enak kali ya?"

"Mau es apa? Dawet ayu mau?" tawar Vito. Chika terdiam, sepertinya sedang berpikir.

"Hmmm boleh deh kak,"

"Ya udah, jalan sekarang?" tanya Vito. Di rasakannya Chika mengangguk.

"Peluk dulu sebentar," Vito langsung menggeser badannya sedikit dan merengkuh Chika. Agak sulit sebenarnya berpelukan dalam posisi seperti ini. Tapi tidak masalah bagi Chika, ia hanya ingin mendengar detak jantung Vito sejenak.

"Besok kalau udah di sana, kalau kamu gak keberatan tiap hari kabarin aku ya, kak," pinta Chika yang masih betah menempelkan mukanya di dada Vito.

"Iya. Gak keberatan kok, saya janji bakal kabarin kamu terus. Ya udah, lepasin dulu ini, gak jalan-jalan nanti kita, hehe,"

Sepanjang jalan, tangan mereka terus berpaut, dan hanya akan lepas ketika Vito akan memindahkan perseneling mobilnya. Banyak cerita yang keluar dari mulut Chika, dan Vito dengan setia mendengarkannya. Dia juga sering menanggapi, memberi nasehat ketika keluhan lolos dari simpul bibir tipis milik Chika.

Bibir Chika masih saja bergerak ritmis menceritakan semua yang ada di kepalanya. Tadi padahal dia terlihat begitu lelah, tapi sekarang dia begitu antusias menceritakan semua yang ia alami hari ini. Kebiasaan Chika menceritakan keseharianya ini telah menjadi favorit Vito, karena dari cerita-cerita yang Chika tuturkan, dia bisa semakin tahu tentang diri Chika.

Apa yang diharapkan dalam menjalin sebuah hubungan nantinya. Nantinya, iya! Karena sampai sekarang, mereka masih sama-sama berproses untuk memantapkan hati satu sama lain. Vito belum berani mengajak Chika untuk menjalin hubungan dengan dirinya. Vito sendiri pun memiliki keyakinan, kalau gadis di sebelahnya ini juga masih mencoba memantapkan perasaanya.

Mengulang pertanyaan, apa yang diharapkan dalam menjalin sebuah hubungan? Tentu memperkuat komunikasi. Terbuka satu sama lain, menceritakan kegiatan yang telah dilalui, berkeluh kesah, mungkin bisa dikatakan sangat diperlukan. Menjadi pendengar yang baik pun harus bisa dilakukan. Kenapa harus bisa menjadi pendengar yang baik? Karena sebagian orang tidak memiliki tempat untuk bercerita. Padahal, mereka hanya ingin didengar, tidak ditanggapi pun tidak apa-apa, asal apa yang bising di otak dan hati mereka bisa dikeluarkan. Jadi, jika ada seseorang yang sedang bercerita, cobalah untuk memasang perhatian penuh kepada penutur.

Vito mencoba memosisikan diri sebagai pendengar yang baik untuk Chika. Dia sangat bersyukur jika gadis yang sedikit demi sedikit mencuri hatinya ini selalu antusias menceritakan keseharianya pun keluh kesahnya. Mungkin tidak semua ia ceritakan pada Vito, tapi setidaknya itu bisa membuat mereka paham satu sama lain. Pun sebaliknya, semenjak dekat dengan Chika, Vito jadi sering bercerita dengan Chika tentang berbagai hal yang dia alami. Entah secara langsung ataupun melalui sambungan telefon.

Rhythm Of LoveWhere stories live. Discover now