MY FEELINGS~ BERTEMU DENGANMU

1 0 0
                                    

Sinar mentari menyapa hangat dunia importal. Menyentuh tanah, menembus air, melewati angin. Kicauan burung membuat suasana di pagi hari semakin kentara pemandanganya. Matahari terbit dari ufuk timur, menjadi cahaya di seluruh muka bumi, menandakan telah bergantinya hari.

Vania kini sedang duduk di teras gubuk yang telah menjadi tempat penginapanya. Melihat sinar matahari menembus hutan, menyediakan pemandangan alam yang sayang untuk dilewatkan. Senyum tipis terbit di bibir gadis itu. Tetapi sekeping memori menyeramkan muncul dikepalanya. Membuat gadis itu menjerit ketakutan sambil memukul keras kepalanya.

"Waaaaawwwwww... Hikss, pergi dari sini, pergiii, pergi!!!!" Teriak gadis itu meracau tidak jelas.
"Vania! Apa yang tengah kau lakukan?" Tanya seorang laki-laki yang baru keluar dari dalam gubuk karena mendengar racauan serta jeritan Vania.

"Pergi kau!! Sialan, pergi dari kepalaku!!! Hikss, hikss..." Tetap mengulangi kata-katanya, tenaga Vania melemah tertahan karena pelukan yang diberikan Azraell, membuat aksi pukul-memukul dikepalanya dihentikan.
"Akuu, hikss, aku takut mereka membunuh neneku."
"Shhhtt... Tenangkan dirimu, ayo masuk untuk mengistirahatkan tubuhmu." Kata Azraell seraya membopong tubuh kecil Vania.

"Grrebbb..."
Vania tiba-tiba jatuh pingsan dipelukan Azraell, membuat mau tidak mau Azraell menggendong Vania ala bridal style.
Setelah membaringkan Vania dikamarnya, Azraell menatap lekat wajah milik Vania. Kulit putih pucatnya, bibir merah ranumnya, alis tebal hitamnya, serta beberapa anak rambut menutupi wajah ayunya, membuat Azraell mengangkat wajahnya, menyingkirkan anak rambut yang mengganggu pandanganya.

"Nghhh..." Suara lenguhan gadis itu mampu membuat Azraell terlonjak kaget. Dia mengambil sikap formalnya, dan kembali menatap Vania datar.

"Pangeran? Untuk apa anda disini?" Tanya Vania tiba-tiba sambil mengerutkan keningnya.
"Kenapa? Ada masalah?" Jawaban Azraell membuat jengkel gadis itu.
'Ditanyain malah tanya balik.' Batin gadis itu kesal.

Krieett...
Terdengar suara pintu terbuka mengalihkan perhatian dua mahluk importal yang kini tengah berbincang-bincang di kamar Vania.

"Suara apa itu?" Tanya Vania menatap Azraell takut.
"Biar aku yang memeriksanya, kau disini saja, jika terjadi apa-apa cepatlah berlari lewat pintu belakang. Kau mengerti?" Tanya Azraell kepada gadis itu yang masih setia menatapnya.
"Ii... Iya Pangeran."

Azraell melangkahkan kakinya pelan sambil menggenggam pedangnya. Matanya meneliti sekitar untuk memastikan tidak ada musuh disekitarnya.

Setelah dirasa aman, Azraell membalikan tubuhnya, menuju kekamar Vania, hendak memberitahu Vania jika tidak ada apa-apa yang perlu ditakutkan.

Sesampainya diambang pintu, dia tercekat, rahangnya mengeras, tanganya mengepal erat hingga menampilkan buku jarinya yang memutih.

Vania hilang.
Dua kata tersebut mampu menjabarkan sosok gadis mungil yang kini berhasil merebut hatinya tidak ada dihadapanya. Azraell mengitari kamar Vania mencari tanda-tanda yang membuat gadis itu hilang. Pertama, gadis itu diculik, kedua gadis itu kabur. Namun dua dugaan dikepalanya sama-sama mustahil.

Gadis itu kabur? Tapi untuk apa? Azraell bahkan tidak  membuat kesalahan. Apakah dia sangat ketakutan hingga kabur masuk kedalam hutan yang lebih dalam lagi.

Dan gadis itu diculik? Untuk argumen kedua masih masuk akal, tapi dikamar Vania, tidak ada tanda-tanda kekerasan penculikan. Atau sosok yang menculiknya menggunakan teleportasi? Tapi jika menggunakan teleportasi Azraell seharusnya bisa merasakan aura sihir digubuk ini.

Tanpa berpikir panjang, Azraell berlari melihat pintu belakang rumahnya, mengecek apakah ada tanda-tanda yang bisa membuatnya menemukan gadis itu. Dan yang dia dapatkan hanya pintu yang terbuka lebar. Tanpa berpikir panjang Azraell mengambil pedang yang tertinggal di kamar Vania, lalu masuk kedalam hutan mencari gadis manis itu.

𝒎𝒆𝒔 𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒎𝒆𝒏𝒕𝒔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang