MY FELLINGS~ HAI! MY NAME IS VENIA

11 1 0
                                    

Jika kamu memberikan dua pilihan terhadapku, maka aku akan memilih dirimu untuk selalu disampingku.
THE PRINCES DARKNESS~
-------------------------------

Suara kicauan burung bersahut-sahutan dan bersenandung dipagi hari sambil bertengger di ranting pohon basah karena embun pagi menambah paranorma alam tersendiri.

Terdapat seorang gadis yang tengah menjelajah alam mimpi bergerumul dengan selimut tebalnya yang terbuat dari kain jahitan, memeluk sebuah boneka beruang usang yang sudah buluk karena jarang dicuci.

Suara nyanyian burung dipagi hari adalah alarm kecil untuknya, dia mencoba untuk membuka matanya dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentinanya.

Mata gadis itu mengerjap-ngerjap pelan, mencoba untuk membuka matanya secara sempurna.
Warna biru laut yang dominan menuansai kornea matanya membuat siapapun yang memandang merasa tenang, entah karena warnanya, atau simbol warnanya yang menandakan ketenangan dan keharmonisan seseorang, yang masih dipercaya oleh para tetua hingga berahkir di cicit-cicit mereka. Mata biru tersebut terlihat berkedip berkali-kali berusaha membuka matanya yang susah di ajak kompromi.

Setelah selesai melakukan ritual gerakan mata yang rutin dia lakukan disetiap pagi, gadis kecil itu menguap pelan lalu duduk untuk meregangkan otot-otonya.
"Nghh..." Suara lenguhan gadis kecil itu terdengar seperti orang yang tidak punya semangat hidup.

"Vania, cepat bangun, bantu nenek dibawah sini!" Suara serak khas orang tua dan keras tersebut berasal dari bawah kamarnya.
Bentakan tersebut mampu membuyarkan rasa kantuk gadis yang dipanggil Vania itu. Membuat sang pemilik nama yang dipanggil dengan cepat-cepat berdiri untuk menghampiri seorang nenek tua yang masih terlihat bugar, walau usia mulai menggerogoti.

"Iyaa nenek, aku dat... Awww..." Teriak Vania karena terpeleset  lantai kayu dikamarnya yang licin sehabis ditetesi beberapa milyaran butir air akibat hujan kemari.
"Ishh... Sakitt sekalii, Dewi Fortuna." Kata gadis itu mengeluh sambil meneliti beberapa goresan di lutut putihnya.
Ditiupnya pelan-pelan luka tersebut, supaya rasa nyeri tambah perih dikakinya bisa lebih baik.

"Sehabis ini biar aku meminta tanaman herbal untuk luka ini, kurasa akan lebih baik jika memakai tanaman obat daripada obat sihir." Kata Vania mengamati luka dilutunya itu yang perlahan rasa sakitnya mulai memudar namun rasa perihnya masih menjalar membuat  Vania sesekali meringiss kecil.

Lalu keajaiban pun dimulai. Luka dilutut putih Vania tersebut terlihat bersinar mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan mata, membuat siapapun yang melihat langsung akan mengalami buta permanen. Dia sempat menutup matanya supaya tidak terkena sinar yang dapat membutakan matanya itu dalam sekejap.

Beberapa menit berlalu, hingga rasa sakit dikakinya hilang tak berbekas.
Vania  memastikan sinar itu hilang, gadis itu membuka pelan matanya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Huhh... Selalu seperti ini." Katanya menggerutu kecil. "Kali ini kau sedikit terlambat tuan penyembuh... Aku baru saja hampir mengobati kakiku sendirian. Hehehe..." Kata Vania terkekeh geli.

"Vaniaaa!!! Cepat kemariii!!" Suara keras tersebut kembali terdengar. Menyuruh nama yang dipanggil segera menyusul orang yang memanggil.
"Iya nenek, Vania datang." Kata Vania tak kalah keras supaya orang yang dituju bisa mendengar suara gadis gemoy tersebut. 
Vania bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah normal seperti tidak ada kejadian apa-apa. Ya itulah Vania, gadis ceroboh yang selalu terlihat tenang walaupun masalah menunggu didepanya.

𝒎𝒆𝒔 𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒎𝒆𝒏𝒕𝒔 Where stories live. Discover now