PROLOG

20 7 5
                                    

Jangan mendekatiku jika kau masih takut menatapku.
Karena disampingmu, aku bisa merasakan kegelisahan terpancar ditubuhmu.
The Princes Darkness~
-------------------------------

"Andaikan aku menjadi kamu, dan kamu menjadi aku, apakah kamu akan melakukan hal sama seperti yang aku lakukan?" Kata seorang anak kecil bermata biru tua.

"Jika kamu menjadi aku, dan aku menjadi kamu, apakah kamu akan tetap selalu menemaniku seperti aku menemanimu?" Kata seorang anak laki-laki bermata coklat kehitaman sambil sesekali menatap mata seorang gadis kecil berwarna biru tersebut.

"Tanpa kau suruh, akupun akan melakukan hal sama terhadapmu jika aku menjadi kamu." Kata anak kecil bermata biru bersurai merah merah tersebut sambil memamerkan gigi rapinya.

"Aku juga." Jawab anak laki-laki itu dengan suara pelan, lirih, dan tulus, sambil menunduk melihat mata berwarna biru laut tersebut yang baginya terlihat sedikit menenangkan.

"Hmm, baik, kunanti janjimu." Kata gadis kecil itu sambil menatap mata anak laki-laki itu, dengan tatapan lembut.
Hingga senyumnya merekah, membuat kedua sudut bibirnya naik keatas.

Dann...

Duuarrrrr...
Suata dentuman mulai terjadi, keadaan hutan yang tadinya terlihat nyaman dan tentram sekarang hancur berantakan.
Para penghuni hutan berlari keluar meninggalkan habitat asli mereka.
Kekacauan dimana-mana, suara tembak-menembak silih mengganti memenuhi indra pendengar mereka.
Suara teriakan yang mengalahkan bariton mampu membuat sang pendengar merasa cemas, dan khawatir akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Tidak!
Ini bukan hari kiamat!
Dan ini bukan ahkir dari segalanya.

Terlihat dari arah kejauhan, terdapat dua anak kecil bermata biru bersurai merah, dan anak bermata coklat tua bersurai coklat sedang berusaha melindungi diri dari kegaduhan yang terjadi.

"Aku akan pergi kesana, menyapa kegaduhan itu, supaya berhenti untuk membuatmu ketakutan setengah mati." Kata seorang anak laki-laki tersebut sambil menatap tajam sebuah kornea mata yang kini mulai membuat genangan air disekitar mata indah itu.
"Ja... Jangan, aku takut kau takkan kembali, kita masih bisa berlindung kan? Yakan??" Kata gadis kecil itu sambil sesekali menghapus air mata yang sudah meluncur mendarat dipipi gembulnya.
"Aku berjanji, aku akan kembali, berjanjilah seusai perang ini berahkir, pulanglah cepat kerumah, jangan menantiku dengan menatap pohon-pohon dihutan tersebut." "Sebelum semuanya akan menjadi sebuah tragedi mengerikan." Kata anak laki-laki tersebut lalu melirihkan suaranya di kalimat terahkirnya.

"Aku tidak takut, aku berani, kumohon jangan pergi, aku hanya mempunyaimu, jika kau pergi siapa yang akan menemaniku mengambil buah Roseberry kesukaan kita? Siapa yang akan membuatku tersenyum, siapa yang akan menggandeng tanganku ketika aku ketakutan nanti? Siapa yang akan memelukku ketika aku menangis nanti?" Kata gadis cilik itu sambil menangis sesenggukan.

"Itu semua akan aku yang lakukan. Jika tidak ada aku, jangan takut! Jangan menangis! Jangan mencari buah Roseberry sendirian! Dan ketika aku kembali, maka aku akan membuatkan sebuah senyuman yang tidak akan luntur, tidak akan pudar, dan tidak akan ada air mata kesedihan lagi disat aku kembali nanti." Kata anak laki-laki tersebut dengan raut wajah serius dan tulusnya. "Aku berjanji, aku akan kembali kepadamu, karena seluruh jiwa dan tubuh ini sudah kuserahkan untukmu, Rellia, Putri kegelapan yang hidupnya terang diselimuti cahaya terang. Dan akulah cahaya itu." Kata anak laki-laki tersebut dengan mata sorot penuh ketulusan, dan keberanian.

Terpaksa gadis kecil itu mengangguk.
"Berjanjilah, seperti yang kau katakan." Kata gadis kecil yang dipanggil Rellia tersebut.
"Tentu... Akan kutepati, simpanlah gelang ini, pakailah kemanapun kau berada, supaya aku bisa menemukanmu nanti, setelah aku masuk kedalam sana, kau langsunglah pulang tanpa menungguku, cepatlah sembunyi dikastilmu. Dan jika ada seseorang wanita tua menemukanmu dikastil tersebut, jangan ragu, ikutlah bersamanya." Kata anak laki-laki tersebut yang sepertinya sudah mengerti akan sebuah takdir yang sebentar lagi mempermainkan gadis ciliknya itu. Anak laki-laki tersebut menyerahkan sebuah gelang ber-liontin Bintang dan Bulan yang terlihat cantik dan indah.

"Ba... Baikk, akan kuturuti semua perintahmu. Hikss... Hikss... Asal kau juga harus menepati janjimu. Hikss... Hikss... Hikss... Kau jan... Janji kan?" Kata Rellia sambil sesekali mengusap kasar air matanya.
Cupp...
Sebuah kecupan mendarat dibibir pinknya. Hanya kecupan biasa, dan yang melakukannya adalah seorang anak laki-laki bersurai coklat tersebut.
"Aku berusaha, untukmu." Katanya lalu memasang gelang ber-liontin Bulan dan Bintang tersebut, setelah itu mengecup puncak rambut Rellia.
"Aku akan kembali, untukmu, dan demi kamu."
Setelah mengatakan kata-kata tersebut, anak laki-laki itu berlari menuju kedalam hutan.

Tiba-tiba
Sebuah sinar merah berkekuatan ultrasonik dan sedikit percikan api mengelilingi hutan tersebut, menimbulkan sebuah dinding besar membentuk sebuah lingkaran dan menutupi hutan yang telah dijadikan sarang Lolusan, mahluk setengah dewa setengah iblis.

Bummmm....
Suara ledakan keras memenuhi pendengaran seorang anak perempuan yang masih bersembunyi dibelakang pohon yang telah tumbang.

"Zayyynnnnn!!!!!!" Teriak gadis itu keras disusul suara keheningan hutan yang kini menjadi ladang abu tersebut, seolah membuktikan bahwa didalam sana sudah tidak ada lagi kehidupan.

𝒎𝒆𝒔 𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒎𝒆𝒏𝒕𝒔 Where stories live. Discover now