26. Tentang dia (3)

Start from the beginning
                                    

Dwina mengangguk paham. Ketika dia tahu jika alur kehidupan menuntun orang-orang ke alurnya masing-masing namun dia masih saja tidak menyangka akan hal tersebut. Takdir lebih tersembunyi dari detak jantung manusia. "Joshua minta aku untuk nggak nemuin dia lagi."

"Pengecut dia."

"Biarin aja." Dwina mendelikkan bahunya. Itu hanya masa lalu dan kenapa dia tidak memilih untuk memaafkan perbuatan Joshua saja? Bukankah itu yang terbaik?

...….


Menu makanan yang dipesan Dwina dan Putri akhirnya datang juga. Mereka berdua baru sempat makan siang jam dua. Di Galery Gold Art tadi sangat seru oleh sebuah event pertunjukan lukisan unik dan pelelangan besar.

"Pelelangan tadi bisa diikutin di webnya dia sampai besok."

"Memang ada yang mau kamu beli?" Tanya Dwina sambil menyipitkan matanya penuh curiga.

"Iya hehe. Aku tergoda beli lukisan yang mirip Joshua." Putri terbahak. Tentu dia bercanda namun tak berhasil membuat Dwina ikut tertawa.

"Apaan sih. Lukisan itu nggak mirip Joshua. Gambarnya aja cowok bule, rambutnya pirang."

"Siluet wajahnya lumayan mirip." Dwina mendengus apa tidak ada bahasan lain yang lebih bermakna dari Joshua? Dia tahu jika Putri juga kurang bergairah selain menjadikan Joshua sebagai bahan umpatan saja.

Dwina meneguk pelan lemon tea nya, dia kemudian menyantap cumi berpadu sambal tomat. Restauran yang mereka pilih tidak sesuai ekspektasi, mereka berdua sekarang berada di tempat makan lesehan dengan sambal pedasnya. Baru mulai saja Dwina sudah berpikir akan sakit perut.

"Dwi, aku mau cerita. Sebenarnya minggu lalu itu aku ketemu Arya mantan pacar aku waktu itu di acara nikahan senior." Seru Putri.

Dwina masih mendengarkan secara baik karena dia tampak tak keberatan akan hal tersebut. Arya dan dirinya tidak memiliki hubungan apapun bahkan sampai detik ini Dwina belum mempunyai perasaan lebih tentang laki-laki itu. "Terus?"

"Kita saling nyapa sebentar sih. Kayak dia masih marah sama aku udah mutusin dia." Tumben sekali Putri terdengar bersalah. Padahal label Putri adalah seorang playgirl tanpa memikirkan perasaan laki-laki yang naksir dia. "Baiknya gimana ya?"

"Minta maaf."

"Minta maaf? Malah ngasih dia peluang untuk balikan."

"Memang kenapa sama dia?" Dwina sering merasa aneh atas pemikiran Putri. Entah apa yang Putri cari dalam hubungan berpacaran seolah cinta dan harta tidak cukup untuk dia.

"Ya.. Arya cowok yang baik. Aku ngakuin keseriusan dia bahkan ngelakuin banyak hal buat aku." Putri menarik napas dalam-dalam bagikan dia berusaha menelaah pikiraan, perasaan dalam bentuk kata-kata. "Arya dulu cinta banget sama aku. Tapi rasanya aku nggak bisa nerima itu karena berulang kali aku coba balas perasaan dia dengan sungguh-sungguh nyatanya aku tetap gagal. Bahkan meski dia tahu itu, dia nggak peduli. Kadang aku pikir dia cowok gila."

Segera Dwina menyetujui hal yang sama. Keseriusan Arya sulit dianggap remeh bahkan Dwina sampai kebingungan menghadapi itu.

"Bayangin. Dia sampai berani beliin aku apapun tanpa pikir panjang, dia belain nemenin aku pergi padahal dia sendiri juga abis capek kerja. Itu belum seberapa, dia pernah sampai mau beliin aku apartermen waktu tau rumah aku pernah di bobol pencuri. Perhatian berlebih dia bikin aku kesel sama diri sendiri." Putri memijit pelan keningnya. "Apa sebenarnya yang aneh itu aku? Namun disisi lain aku pikir dia punya kehidupan yang jauh lebih penting dari pacaran." Pengorbanan terlalu besar membuat Putri semakin sulit membalas.

Dwina yakin ada sesuatu hal penting yang sulit dijelaskan oleh Putri perihal Arya. Walaupun disamping itu Putri memang punya kesulitan tentang memiliki hubungan ke jenjang lebih serius, dia belum berani dan yakin.

Gambaran tentang Arya masih tetap samar-samar bagi Dwina. Tetapi dia bisa meraba dan merasakan secercah ketulusan Arya yang dulu begitu mencintai Putri. "Arya Wijaya.." Sebut nama itu dari mulut Dwina seolah dia tanam dalam di benaknya untuk sekian kalinya.


__________________

Hai., Jangan lupa letakan vote ⭐ anda dan cuatkan komentar atas cerita ini,.

Terima kasih sudah membaca 😘😘🥰

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now