KAMBEKNYA

3.4K 630 314
                                    

GIMBAL GEMBEL KAMBEEEEK

Eh, salah. Itu Rainbow dengan kearifan lokal. Hehe.
Nah, ini yang bener.

Kenapa lama up? Soalnya lagi pandemik gini, semua event bola dihentikan. Rainbow jadi ikut Hiatus. (Ngeles mlulu lu, Ris. Hehe.)
Aku emang lagi stuck ide di cerita ini. Tapi aku masih aktif ngerjain beberapa ceritaku yg on going. Alhamdulillah akhirnya aku dapet ilham buat lanjutin cerita ini.😂
Happy reading!

***
Jarak kediaman Jingga ke pangkalan angkot sebenarnya hanya lima langkah dari rumah. Tapi karena setiap langkahnya Jingga butuh waktu lebih lama dibanding seekor siput berjalan, ia jadi melewatkan beberapa angkot.

Kini Jingga berdiri di salah satu pertokoan yang ada dekat pangkalan angkot. Menunggu angkot lain datang walau mungkin agak sedikit lama karena situasi jalanan sudah lebih ramai. Sampai akhirnya ada kendaraan yang berhenti di depannya. Anehnya, roda kendaran itu hanya berjumlah dua, bukan empat seperti angkot pada umumnya.

Jingga jadi bingung sendiri saat memperhatikan roda-rodanya. Belum juga ia mendongak untuk melihat si pengemudi, tangannya tiba-tiba ditarik begitu saja.

"Hai, Kak!"

Ceri menyapa Jingga dengan senyum cerah. Sebelah tangannya diangkat sampai setara dengan telinganya. Tak sabar menunggu reaksi Jingga, gadis kecil itu menarik tangannya lantas membawanya sampai ke motor Rainbow.

"Gue mau anter dia ke tempat penitipan anak," tukas Rainbow sebelum Jingga sempat bertanya. Ia seolah bisa menebak isi kepala Jingga. Lama-lama Rainbow mungkin alih profesi dari atlet futsal jadi cenayang.

"Kok dianter ke tempat penitipan? Kasihan, dong." Jingga berdiri di samping motor Rainbow. Sementara si pengemudi sudah tampak gusar.

"Ya terus mau lo bawa ke sekolah? Gitu? Ya serah lo, sih. Tapi nanti ikut ke kelas lo, ya. Jangan ke kelas gue. Dan selama sehari itu kita pura-pura nggak kenal aja," jawab Rainbow sembari memonyongkan bibirnya.

LovemberWhere stories live. Discover now