Bagi Jingga Langit Sore, November adalah bulan yang kelabu.
Bulan itu hanya mengingatkannya pada kejadian kelam 8 tahun silam. Kejadian kelam yang membuatnya mendapatkan hal ajaib.
Sedikit aneh tapi nyata. Setiap kali Jingga menyentuh air mata ses...
November delapan tahun silam, di kediaman Jingga...
Keluarga kecil itu tampak sangat bahagia. Sosok gadis kecil berambut panjang dengan kulit sebersih bengkoang, kini sibuk bercengkerama dengan orang tuanya di taman rumahnya. Sungguh senja yang sangat terasa sempurna.
Sesekali ia bermain ayunan diselingi tawa riang tiap kali sang papa mendorong ayunannya.
"Udah ya, main ayunannya. Nanti kamu kecapean," kata Juliansyah, Papa gadis cilik itu.
"Tapi kayaknya dari tadi, aku nggak keringetan sih, Pa." Jingga kecil heran sendiri. "Papa nggak pernah bolehin aku main lama-lama," gerutunya.
Wajar saja, Jingga adalah anak tunggal dari keluarga kaya itu. Juliansyah adalah salah satu pengusaha furniture yang memiliki banyak cabang di beberapa kota. Bahkan rencananya bulan November ini, ia akan membuka gerai baru di Singapore.
"Papa kan pernah bilang sama kamu, Nak. Jangan kecapean, nanti kalo sakit gimana? Papa Mama pasti sedih," tukas Juliansyah lalu membelai kepala putrinya.
Ketika Jingga turun dari ayunannya, Papanya menuntun gadis itu dengan hati-hati. Bahkan hampir saja digendong, karena tak ingin putrinya terluka sedikit pun.
Melihat itu, Mamanya menghela napas panjang. "Papa jangan terlalu manjain Jingga. Nanti gedenya dia nggak gesit loh."
Juliansyah terkekeh. "Ya gedenya kita manjain lagi dong, Ma."
Nirina akhirnya mengalah. Kalau sudah urusan Jingga, keputusan suaminya tidak akan bisa diganggu gugat.
"Loh, iya.. Padahal tadi cerah." Tanpa berlama-lama lagi, Juliansyah segera menggendong Jingga sembari menyembunyikan kepala gadis itu ke dadanya. "Ayo cepet masuk rumah."
Asisten rumah tangga yang berjumlah lima orang itu, beberapa di antaranya mengemasi boneka dan mainan milik Jingga yang masih berserakan di halaman.
Sedangkan sisanya langsung menghambur ke Jingga. Menyodorkan handuk, segelas susu hangat bersama wafle hangat kesukaan Jingga.
"Lain kali kalo lihat kita bertiga kehujanan gitu, langsung bawain payung buat Jingga," tukas Juliansyah dengan wajah geram, khawatir jika putrinya sakit. "Paham?"
Jingga tersenyum kecil. Karena kerap dimanja, ia jadi terbiasa melakukan segala sesuatunya dengan bantuan asisten rumah tangga.
"Papa jangan gitu," tukas Jingga lembut nan lirih. "Bi Noni, Bi Ijah, sama Bi Rara udah baik bantuin Jingga selama ini."
Setelah berganti pakaian dan mengisi perut dengan berbagai makanan, Jingga masuk ke kamarnya.
"Papa Mama juga istirahat, ya." Jingga mengedipkan sebelah matanya lalu dibuka lagi dengan tempo lambat.
Untungnya kamar Jingga ada di dekat ruang keluarga lantai satu. Karena gadis itu pasti butuh banyak waktu untuk meniti anak tangga seandainya kamarnya diletakkan di lantai dua.
Menjelang malam, Jingga merasa dadanya tiba-tiba sesak. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam, namun entah sebab apa atsmofer di rumahnya terasa mencekam.
Sungguh ia tidak pernah menyangka.. Di malam November itu, sebuah kisah tragis terjadi di rumahnya.
***
Aku sempat melihat jam dinding di kamarku. Jarum pendek ada di angka dua, dan jarum panjang ada di angka sebelas.
Jam dua dini hari? Pikirku, di lantai bawah para asisten rumah tangga sedang membersihkan sesuatu. Namun kedengarannya terlampau berisik, sampai-sampai membuatku terbangun dari tidur.
Sambil mengusap-usap mata, aku mencoba keluar dari kamar. Karena terbiasa berjalan dengan pelan, suara langkah kakiku sampai tidak terdengar. Gerak-gerikku yang lambat, juga seringkali membuat orang-orang tidak menyadari keberadaanku.
Sampai akhirnya, kakiku berhenti melangkah di anak tangga pertama. Banyak orang asing, yang wajahnya disembunyikan di balik topeng hitam. Senada dengan warna baju dan celananya.
Orang-orang itu membentak Mama dan beberapa asisten rumah tangga kami. Bahkan mereka juga diikat, didorong-dorong sampai menubruk tembok.
Bola mataku mulai berkaca-kaca. Aku nyaris berteriak, namun tiba-tiba mulutku dibekap seseorang dari belakang.
***
Tadaaaaaaa!! Ada yang masih melek? Niatnya mau post jam 12 malam sekalian. Wkwkw Btw, aku mau nunjukin foto Jingga pas kecil tapi enggak nemu
Yaudah aku pamerin foto si Rainbow pas masih gemes gemesnya ya
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Partnya pendek tak? Akhirnya bisa nulis 700 kata. Wkwk. Sengaja, soalnya ini part flashback kenangan buruk Jingga. next part bakal balik lagi kok 1500 an yah. Doainnnn ide ide selalu bermunculan. Aamiin
Salam sayang, Rismami_sunflorist
OH YA JANGAN LUPAAAA IKUT SO NOVEL HAPPY BIRTH-DIE HEHE